MIRIFICA.NET, Bali – Keragaman dan kekayaan budaya Indonesia tampak dalam acara pembukaan Konpernas Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) KWI yang diselenggarakan di Bali, Senin (30/5/2022).
Dalam acara pembukaan itu para peserta maupun panitia semuanya membalut tubuh mereka dengan busana khas daerah masing-masing, menampakan keindahan keberagaman Indonesia.
Namun, keindahan dan kekayaan budaya yang tampak dari aneka motif dan warna pakaian adat nusantara itu, tak selaras lagi dengan kemolekan alam lingkungannya yang disinyalir telah banyak dieksploitasi karena keserakahan manusia. Isu seputar ekologis (alam-lingkungan) ini menjadi tema sentral pertemuan ini.
Kegiatan Konpernas ini berlangsung selama hampir sepekan, 30 Mei – 4 Juni 2022. Para peserta adalah utusan Komisi PSE Keuskupan dari seluruh Indonesia, serta beberapa utusan komisi terkait dari KWI antara lain Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP), Komisi Keadilan, Perdamaian dan Pastoral Migram Perantau (KKP-PMP), serta Caritas Indonesia (Karina).
Pertemuan PSE KWI tahun 2022 ini adalah Konpernas yang ke-25, dengan tema yang diusung “Mewujudkan Gerakan Sosial Ekonomi Ekologis.”
Rangkaian pertemuan nasional ini diawali dengan perayaan Ekaristi, dilanjutkan protokoler pembukaan.
Misa pembukaan dipimpin langsung Ketua Komisi PSE KWI Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM.Cap, selaku Selebran Utama, didampingi dua imam konselebrasi yaitu RM. Lewi dari Regio Papua dan Rm. Gregorius dari Regio Jawa.
Terkait tema yang diusung dalam Konpernas ini, Mgr. Samuel, dalam homilinya menegaskan bahwa persoalan ekologis sifatnya sangat kompleks tidak hanya bersangkut paut dengan alam lingkungan tetapi dengan aneka dimensi kehidupan manusia.
Dikatakan oleh Mgr. Samuel, hal itu juga terungkap oleh Paus Fransiskus, yang mengatakan bahwa problem ekologis bersangkut paut dengan seluruh dimensi kehidupan.
“Aneka dimensi kehidupan yang ditimbulkan dari problematik ekologis itu antara lain problem sosial ekonomi, politik dan budaya yang mengasingkan alam dan sebagainya,” katanya.
Lebih jauh Uskup Keuskupan Sintang itu menguraikan bahwa dalam kenyataannya banyak juga korban penindasan, keterpinggiran, ketidakadilan maupun persoalan kemanusiaan lainnya sebagai akibat dari problematik ekologis. Uskup Samuel mencontohkan di Kalimnatan banyak pertambangan emas tanpa ijin.
“Sepanjang sungai kapuas dari hulu sampai hilir banyak mesin pengeruk emas. Banjir di Sintang beberapa waktu lalu juga akibat ulah manusia. Banyak yang mengalami derita karena banyak hak masyarakat yang diserobot,” ungkap Mgr. Samuel.
Dalam pertemuan ini, Ketua PSE KWI ini meminta para peserta untuk berefleksi. “Dalam pertemuan besar ini, kita akan merefleksikan secara serius bagaimana merangkul mereka semua yang tertindas, terpinggirkan dan mengalami ketidakadilan itu agar mereka tidak sendiri. Bagaimana kita bertindak, berbuat? Bagaimana tindakan kita dalam panggilan khusus sebagai Rasul atau penggerak PSE? Semua itu kita pikirkan dan rumuskan bersama dalam pertemuan ini,” ungkap Mgr. Samuel.
Mgr. Samuel juga mengingatkan PSE (Gereja) diharapkan jeli melihat dan menemukan cara-cara untuk membantu masyarakat agar tidak terus menerus menjadi korban praktek peminggiran.
Diharapkan pula dalam Konpernas ini para penggerak PSE selalu disemangati oleh Tuhan sendiri supaya memiliki langkah-langkah yang pas untuk merubah mereka yang terpiggirkan ke arah yang lebih baik.
Usai perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan acara protokoler pembukaan. Dalam acara ini, selain diisi oleh laporan Ketua Panitia Pelaksana RD. Evensius Dewantoro (Ketua PSE Keuskupan Denpasar), juga ada sapaan kasih dari Ketua PSE KWI Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM.Cap, serta sambutan Uskup Denpasar Mgr. Silvester San,yang sekaligus membuka Konpernas ke-25 ini secara resmi.
RD. Evensius Dewantoro, selaku Ketua Panitia Pelaksana, selain melaporkan berbagai persiapan panitia lokal dalam koordinasi dengan panitia nasional (Komisi PSE KWI), juga mengharapkan agar giat Konfernas ini ikut memberikan nafas kehidupan untuk Bali yang dua tahun terakhir sunyi senyap karena pandemi Covid 19.
Sementara Uskup Denpasar Mgr. Silvester San, dalam sambutannya mengungkapkan selamat datang kepada seluruh peserta dari seluruh Indonesia, serta menyambut dengan gembira kegiatan ini dapat dilaksankan di Bali.
“Dengan diselenggarakannya kegiatan ini di Bali, berarti mulai ada tanda-tanda kehidupan yang dua tahun ini mengalami ‘tidur nyenyak’ terutama di sektor pariwisata sebagai andalan Bali,” ungkapnya.
Selaku pimpinan Gereja Lokal Keuskupan Denpasar yang menjadi tuan rumah Konpernas ini, Mgr. San, juga menjelaskan secara sekilas gambaran mengenai wilayah keuskupan yang dimpimpinnya.
Uskup San juga menyinggung terkait tema perhelatan G-20, di Indonesia yang mengakat tema “Recovery Together, Recover Stronger – Pulih Bersama, Bangkit Perkasa.” Menurut Mgr. San, melalui tema ini Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bersama-sama mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Semakin terintegrasinya perekonomian global, keberhasilan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi di suatu negara tidak akan dapat bertahan lama apabila tidak diikuti oleh keberhasilan yang sama di negara-negara lain. Melalui pertemjuan ini, sebagai Presidensi, Indonesia berkesempatan mendorong upaya kolektif dunia mewujudkan kebijakan yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi global secara inklusif.
Uskup San berharap tema pertemuan G-20 ini dapat menginspirasi Gereja Katolik, dalam hal ini Komisi PSE sebagai motor gerakan pemberdayaan ekonomi untuk membuat ekonomi umat kembali berdaya pasca pandemi Covid 19.
Terkait tema Konpernas ke-25 “Mewujudkan Gerakan Sosial Ekonomi Ekologis” menurut Mgr. San sangat relevan dengan situasi yang dialami dunia sekarang ini di mana bumi sebagai rumah tinggal bersama telah dieksploitasi melebihi batas maksimal yang mengakibatkan krisis ekologis dan perusahan besar-besaran keanekaragaman hayati. “Kita juga dihadapi dengan kesenjangan sosial ekonomi,” imbuhnya.
Dalam run down acara dari Panitia Pengarah, beberapa acara pokok dalam pertemuan ini antara lain masukan dari narasumber dalam bentuk panel diskusi mengenai ekonomi ekologis. Ada dua orang narasumber yang dihadirkan yaitu RP. Andang L. Binawan, SJ (Pakar dan Aktivis Lingkungan Hidup), yang akan mencerahkan wawasan peserta tentang “Spiritualitas Ekonomi Ekologis” dan Setyo Budiantoro (Manajer Pilar Ekonomi Pembangunan/SDGs BAPPENAS RI) yang memberikan pencerahan mengenai “Konsep Pembangunan Ekonomi Ekologis.”
Acara lainnya adalah shering Regio serta penyampaikan Arah Dasar Gerakan PSE. Peserta juga akan diperkaya dengan menghadirkan sharing seputar pengembangan UMKM berbasis Digital dari CU Sauan Sibarung, lalu dilanjutkan dengan pendalaman isu sosial ekonomi regional, serta pengembangan program kerasulan PSE – Perumusan Strategi Program, Kebijakan program Komisi PSE dan Penguatan Komisi PSE Keuskupan.
Untuk memperkaya pengalaman dan pengetahuan para peserta, dalam satu hari kegiatan in, akan diajak keliling untuk melakukan studi lapangan berupa exposure.
Ada beberapa tempat yang akan dikunjungi antara lain mengunjungi kelompok kerja Eco Enzyme di Rumah Singgah di Kerobokan Kuta, tempat budidaya lele ‘Haleluya’ sebuah kelompok budidaya lele yang anggotanya terdiri dari umat Katolik, Kristen, Hindu dan Muslim.
Lalu mengunjugi kelompok usaha pertanian dan peternakan yang dikembangkan oleh PSE Paroki Gianyar-Bali, serta mengunjungi kebun hidrophonik milik SVD Distrik Bali-Lombok.
Dari pertemuan ini diharapkan pada akhirnya akan menghasilkan rumusan akhir program strategis dan kebijakan kerasulan Komisi PSE KWI 2022-2025.
Seluruh rangkaian kegiatan akan ditutup dengan Perayaan Ekaristi meriah yang akan dipimpin oleh Uskup Denpasar Mgr. Silvester San, di Gereja F.X. Kuta pada Jumat (3/6) sekaligus acara ramah tamah bersama di paroki di pusat pariwisata internasional Bali itu. *
Kontributor : Hironimus Adil, Keuskupan Denpasar
Baca juga: Konpernas XXV PSE KWI – Dalam Kerasulan Sosial Ekonomi Paling Utama adalah Manusia
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.