ADA yang menarik ketika kami, tim Komsos KWI memasuki Kota Manggarai-Flores. Sepanjang perjalanan darat dari Labuan Bajo menuju Ruteng, kami disuguhi pemandangan perbukitan dan sawah. Jalan berkelok dan naik turun membuat kami yang tidak biasa melewatinya menjadi mabuk dan pusing. Bahkan 2 teman kami tak kuasa menahan rasa mual akibat diguncang kendaraan yang berpusing ke kiri dan kanan hingga muntah-muntah.
Perjalanan kali ini dipimpin Sekretaris Eksekutif Komsos KWI RD Kamilus Pantus bersama para pembicara Budi Sutedjo Dharma Oetomo dan Maria dari Indonesia Menulis serta Errol Jonathan, CEO Suara surabaya group. Selama tiga hari ke depan (19-21 Februari 2015) Kami bakal berada di Ruteng, Manggarai Tengah, Flores untuk kegiatan Workshop atau Pelatihan Menulis dan Public Speaking bersama para mahasiswa STKIP Santo Paulus di Rumah Retret Putri Karmel Waelengkas – Ruteng.
Setelah menempuh perjalanan darat selama kurang lebih 4 jam dari Labuan Bajo kami sampai di Rumah Retret Putri Karmel Waelengkas – Ruteng. Sesampainya di tempat yang sejuk ini, kami disambut dengan ramah oleh romo Rm. Fransiskus S. Sawan, Pr sebagai Pembantu Ketua 3 Bidang Kemahasiswaan STKIP St. Paulus Ruteng.
Masyarakat Manggarai dikenal sangat ramah, begitu pula kesan kami saat disambut panitia acara workshop ini. “Kepok” yang dalam Bahasa Manggarai berarti “sapaan” pun dilakukan untuk sebagai upacara kecil menerima kami. Sebelum upacara Kepok dimulai, dua mahasiswi menyambut kami dengan mengalungkan kain tenun dan peci bagi tamu laki-laki dan kain tenun untuk tamu perempuan.
Setelah acara pengalungan kain tenun selesai, tiga mahasiswa, 2 diantaranya membawa kendi berisi moke (minuman arak), dan ayam menyambut kami. Masing-masing tamu harus menerima kendi dan meminumnya secara bergiliran. Lalu tuan rumah menyerahkan ayam untuk dipegang oleh setiap tamu juga secara bergilir.
Upacara Kepok merupakan ritual penyambutan setiap tamu yang datang ke Tanah Manggarai. Kendi berisi moke merupakan simbol bahwa tuan rumah memberi minuman terbaik untuk tamu. Tamu dianggap haus, karena telah datang dari jauh. Sehingga tuan rumah wajib memberi minum. Sementara ayam adalah simbol bahwa tamu yang datang dari jauh ini harus disambut, disapa, dihormati dengan cara dipangku. Namun karena tamu yang datang orang dewasa yang tidak mungkin dipangku digantilah dengan seekor ayam.
“Upacara Kepok ini menunjukkan betapa orang Manggarai itu sangat ramah kepada siapa saja”,ujar Romo Frans.
Manggarai adalah sebuah Kota Kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kotanya Ruteng. Luas wilayahnya 7.136,4 km² termasuk pulau Komodo dengan jumlah penduduk 504.163 jiwa. Kabupaten Manggarai dikenal dengan hasil pertaniannya, antara lain kopi, cengkeh, vanili, cokelat, dan masih banyak yang lainnya. Orang Manggarai juga terkenal dengan keramahtamahannya. Salah satu tarian yang terkenal dari Manggarai adalah tarian caci yang sudah terkenal di banyak negara seperti Eropa dan Australia selain upacara Kepok.
Praktisi di bidang Public Relation, Tim Komsos KWI