MENYAMBUT Hari Komunikasi Sedunia ke -53 tahun 2019, Paus Fransiskus pada awal September 2018 lalu telah mengumumkan tema perayaan, yakni “Karena kita adalah sesama anggota” (Ef 4.25). Dari Komunitas Berjejaring Menuju Komunitas Kemanusiaan (Terj. Penulis). Paolo Ruffini, Kepala Bidang Komunikasi Vatikan, pun mengomentari pesan di balik pilihan tema tersebut.
Ruffini mengatakan, pemilihan tema tersebut merupakan ajakan Paus kepada siapapun untuk membantu orang muda guna menemukan dan mengalami kemerdekaan di media sosial lewat kebenaran.
Komentar Ruffini itu disampaikan dalam sebuah wawancara dengan vatican News dan dipublikasi pada 28 September lalu. Saat itu, Ruffini membahas tentang apa yang menurutnya perlu dikerjakan untuk membantu setiap orang dapat beralih dari “komunitas berjejaring ke komunitas manusiawi”.
“Sampai pada titik mana kita dapat berbicara tentang komunitas sesungguhnya ketika kita dihadapkan dengan logika yang menjadi ciri beberapa komunitas jejaring sosial kita? Pada Hari Komunikasi Dunia 2019, Paus Fransiskus sekali lagi memusatkan perhatiannya pada kehadirannya di media sosial melalui akun Twitter dan Instagram-nya (masing-masing @pontefix dan @franciscus)”, kata Ruffini.
Komunitas, Bukan Suku
Ruffini menegaskan bahwa “risiko yang muncul bersamaan dengan perjalanan waktu hidup kita adalah munculnya semangat membangun kelompok atau kesukuan daripada komunitas”. Logika kesukuan ini, demikian diterangkan Ruffini, didasarkan pada semangat pengucilan orang lain, pada sekat-sekat, bukan pada komunitas.
Ia menambahkan,spirit Fransiskan-lah menjadi dasar Paus Fransiskus menjalani kepausannya sebagaimana doa Santo Fransiskus: “Tuhan, jadikan aku pembawa damai-Mu. Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih; bila terjadi penghinaan, pengampunan … “. Hanya dengan cara ini kita tidak akan terjebak pada sebuah jaringan sosial.Sebaliknya, jejaring sosial itu menjadi sarana pembebasan – makna yang plaing sejati dan lebih indah.
Iri dan Dendam Menghancurkan
Selanjutnya, Ruffini mengatakan bahwa orang-orang muda selalu mencari momen dan tempat di mana mereka dapat disatukan. Dan, komunitas berjejaring dapat ’membantu kaum muda untuk memperoleh akses secara khusus, meskipun berada dalam dimensi virtual.
“Sekalipun jejaring yang mereka cari adalah hanya salah satu orang dan bukan komunitas berjejaring tetapi jika komunitas berjejaring yang ditawarkan itu dibentuk atas rasa iri dan dendam, lalu apa yang kita lakukan? Kita menghancurkan masa depan dan masa depan mereka, ” tandasnya.
Ia pun menyarankan agar sekalipun orang hidup dalam dimensi virtual lewat komunikasi teknologi dan digital, penting bagi siapapun untuk segera keluar dan beralih dari komunitas berjejaring yang dibangun atas relasi dan persahabatan palsu menuju persahabatan yang dibangun atas dasar “keindahan”, kerja keras dan kejujuran.
Kebenaran Memerdekakan
Pada akhirnya orang bertanya-tanya, apa yang dicari orang muda? Mereka mencari kebebasan. Tetapi, “hanya kebenaran yang bisa memerdekakan mereka, ” kata Paolo Ruffini.
Diterjemahkan dan Diolah dari Vatican News
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.