MIRIFICA.NEWS, GUNUNGSITOLI – “Yang dituntut hari ini adalah Gereja Katolik bisa berbicara dengan baik. Secara bobot, katekese Gereja Katolik sangat mendalam, maka itu mutu katekis dan pembawaannya juga harus ditingkatkan,” ujar Errol Jonathans kepada sekitar 50 calon guru dari STP Dian Mandala, Gunungsitoli, Nias.
Dalam menguasai public speaking, penting untuk memahami alasan kenapa para katekis harus mendalaminya; begitu pula faktor-faktor yang menghalanginya. “Jangankan public speaker, bisa saja dosen Anda yang mengajar di sini Anda rasa kurang menarik?” tanya Errol mengantar diskusi.
Peserta dibagi menjadi lima kelompok, kemudian diajak untuk mengelaborasi alasan kurang menariknya seorang public speaker, serta faktor-faktor penyebabnya.
“Kurang kontak mata dan menguasai materi. Penampilan yang tidak menarik dan tidak percaya diri,” ungkap kelompok tiga.
“Penguasaan tempat yang kurang, ekspresi pembicara yang tidak kontekstual, lalu bahasa yang sulit dipahami,” kata kelompok lima.
Errol menegaskan, “Inilah dosa-dosa seorang public speaker yang perlu dihindari. Kita akan membahasnya nanti, meskipun dari analisis teman-teman semua ternyata sudah mengetahuinya.” Errol mengajak para calon katekis ini untuk serius dalam mendalami public speaking, “Ketika Anda mengajar nanti setelah lulus, Anda membawa nama baik STP. Ketika Anda menjadi katekis yang mengajar secara luar biasa, orang akan bertanya “Dulu sekolahnya di mana?” Kemudian mereka berkata, “Oh pantas!””
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.