Beranda SEPUTAR VATIKAN Urbi Keluarga Ciptakan Nilai-nilai Kehidupan

Keluarga Ciptakan Nilai-nilai Kehidupan

KELUARGA menciptakan nilai-nilai kehidupan, bukan media sosial. Namun sering yang terjadi adalah media sosial begitu mendominasi kehidupan manusia. Akibatnya, orang beranggapan bahwa media sosial yang menciptakan nilai-nilai kehidupan. Untuk itu, keluarga-keluarga mesti terus-menerus menumbuhkembangkan nilai-nilai kehidupan meski dibombardir oleh media sosial.

Hal di atas mengemuka dalam Hari Studi Pertemuan Tahunan SIGNIS Asia 2015 di Hotel Golden Star Beach Negombo, Sri Lanka, Senin (24/8) pagi. Hadir dalam pertemuan tahunan ini 40 utusan dari 20 negara anggota Signis Asia. Bagi Sri Lanka, Pertemuan Tahunan SIGNIS Asia ini pertemuan pertama. Tahun lalu pertemuan diadakan di Kota Palembang, Sumatera Selatan. Thema yang diangkat dalam pertemuan tahunan kali ini adalah Social Media and Family Values.

Mgr Dr Raymond Wickremasinghe, Uskup Komisi Komunikasi Sosial Srilanka, mengatakan bahwa SIGNIS Asia telah memilih tema yang tepat yang kini sangat hangat dibicarakan dan digunakan di mana-mana. “Pengaruh media sosial luar biasa bagi kehidupan. Tetapi yang penting adalah kita mengerti resiko-resiko dari pengunaan media sosial dibandingkan dengan media lain yang butuh waktu lama untuk menjangkau banyak orang,” kata Mgr Dr Raymond Wickremasinghe.

Lebih dari itu, pertemuan tahunan ini ingin mengerti lebih dalam kekuatan media sosial, baik dari segi positif maupun negatif. Mgr Raymond mengatakan bahwa kita dikelilingi oleh media sosial di mana-mana dan dampaknya terhadap keluarga sangat mengejutkan.

“Jelas, media sosial datang begitu cepat seperti tanah longsor,” kata Mgr Raymond saat memberikan sambutan pada pembukaan Rapat SIGNIS Asia, Senin (24/8) lalu.

Menurutnya,  belum ada waktu bagi kita untuk dididik tentang kekuatan, kelemahan, aturan dan konsekuensi dari media sosial. Karena itu, anak-anak mesti mengambil langkah seribu untuk mulai menguasai media sosial bagi kehidupan mereka.

“Di rumah, orangtua wajib membimbing dan mengawasi anak-anak mereka dalam menggunakan media sosial. Yang penting, orangtua dan anak-anak harus berdialog bersama tentang apa yang dilihat dan diamati di dunia maya, sehingga anak-anak tidak menjadi pecandu media sosial atau mengabaikan relasi dengan keluarga mereka dan dengan alam.

“Gereja bisa menggunakan media sosial secara kreatif untuk pewartaan Injil ke seluruh dunia,” tandas Mgr Raymond.

Sementara itu, berbicara sebagai Keynote Speaker, Dr Dharshani Gunathileke, Direktur Jenderal Informasi Sri Lanka, mengatakan bahwa tidak seperti media yang biasa yang hanya satu arah, media sosial memungkinkan orang berbagi atau bertukar informasi, ide, gambar dalam komunitas virtual dan jejaring.

RD-Gabriel-Presiden-Signis-Asia-memberikan-kata-sambutan-saat-pembukaan-Signis-Asia-Assembly-di-Sri-Lanka
RD-Gabriel-Presiden-Signis-Asia-memberikan-kata-sambutan-saat-pembukaan-Signis-Asia-Assembly-di-Sri-Lanka

Berkenaan dengan hal ini, Dharshani Gunathileke mengingatkan pentingnya berbagi (sharing) tentang nilai-nilai keluarga yang begitu indah. Nilai-nilai seperti cinta, perdamaian, kebenaran, persatuan dan non-kekerasan, kepedulian dan solidaritas dapat dibawa oleh media sosial.

“Jika dikelola dengan baik, media sosial dapat menambah nilai-nilai keluarga dan bahkan membantu untuk menyebarkannya. Selain itu, media sosial bukanlah sumber informasi secara pasif,” kata Dharshani Gunathileke yang beragama Budha ini.

Soal yang masih tertinggal, bagi Dharshani Gunathileke, adalah apakah media sosial terpercaya, akurat, relevan dan dapat dipercaya? Apakah media sosial melindungi privasi? Apa dampaknya terhadap hubungan interpersonal?

Dr Gunathileke mengatakan, manusia yang menciptakan nilai-nilai keluarga bukan media sosial. Ia menganjurkan keluarga-keluarga untuk berbicara tentang nilai-nilai keluarga dengan anak-anak mereka. Pada saat yang sama, keluarga-keluarga menggunakan media sosial untuk menyebarluaskan nilai-nilai keluarga itu.

Pater Cyril Gamini Fernando, Ketua Panita Penyelenggaraan Pertemuan Tahunan Signis Asia, mengamati bahwa orang-orang muda di Srilanka merasakan sejumlah kontrol dari orangtua mereka. Untuk itu, ia menganjurkan mereka untuk duduk bersama belajar tentang media sosial, sehingga mereka pun terlibat dalam media sosial.

Chathura, mahasiswa humaniora di Universitas Kelaniya, Sri Lanka, mengatakan bahwa ia akrab dengan Facebook dan Twitter. Apa yang dia temukan paling menarik adalah kolom gosip. Dia mengatakan bahwa melalui gosip, dia bisa mengenal pendapat orang dan kesadaran sosial mereka. Karena ia adalah penulis naskah dan dramawan, media sosial membantu dirinya untuk belajar banyak hal tentang orang lain dan apa yang mereka pikirkan dan lakukan.

Media sosial telah menciptakan sebuah platform untuk berbicara pada tataran tertentu. Media sosial membantu dia untuk tetap terhubung dengan keluarganya. Tidak hanya itu. Media sosial membantu dirinya untuk melanjutkan relasi dengan teman-teman, meski ia tidak memiliki waktu untuk mengunjungi mereka secara pribadi.

Dengan cara itu, kata Chathura, Media Sosial menjadi kesempatan besar untuk memecahkan masalah waktu dan ruang. Meski benar bahwa kita dapat mengenal banyak hal yang terjadi di dunia ini melalui media sosial, Chathura setuju bahwa hal itu dapat membuat orang kecanduan, bahkan jika media sosial hanya digunakan untuk satu jam sehari.

Meski dunia sudah maju dalam penggunaan media sosial, masih ada banyak kaum muda di Sri Lanka belum menggunakan Facebook atau smartphone. Bagi Natalia, mahasiswa dari Ayurvedic Medicine University, media sosial telah terbukti menjadi sumber daya yang besar, terutama untuk memiliki teman baru, mengatasi kesepian, hiburan, rekreasi dan mendapatkan update berita.

“Bahkan, di negara berkembang seperti Sri Lanka, penting untuk tetap up to date dengan berita. Selama Pemilu baru-baru ini, Facebook banyak digunakan untuk kampanye pemilu. Hal ini memungkinkan orang-orang muda untuk mengikuti kampanye,” kata Natalia yang juga seorang penyiar radio ini.

Selain dua hari studi bersama yang diisi dengan seminar-seminar, Pertemuan Tahunan Signis 2015 ini juga diisi dengan pertemuan kelompok dan sub regio, yaitu Asia Timur, Asia Selatan dan Asia Tenggara. Sub regio Asia Tenggara membagi dirinya ke dalam dua kelompok, yaitu yang berbahasa serumpun Melayu dan kelompok berbahasa Inggris. Kelompok serumpun Melayu telah memproduksi sebuah film pendek dengan durasi 20 menit yang akan ditayangkan di tiga Negara, yaitu Indonesia, Malyasia dan Timor Leste. Judul film adalah A Most Beautiful Gift (Hadiah Terindah) yang diproduksi Signis Indonesia. Selain itu, Signis Indonesia juga sedang memproduksi 12 program radio dalam bahasa Indonesia untuk disiarkan di tiga Negara ini. Pater Baltasar Manehat SVD dari Radio Trilolok Kupang sedang mengerjakan 12 program radio ini.

 

Alasan Pemilihan Tema

Pada Pertemuan Tahunan Signis 2014 di Palembang disepakati sejumlah tema yang akan diangkat dalam Pertemuan Signis 2015 di Sri Lanka. Lalu Presiden Signis Asia (RD Gabriel) dan badan pengurus memutuskan untuk mengangkat tema Social Media and Family Values. Tema ini dipilih, menurut RD Gabriel yang asal Myanmar, untuk menjawab seruan Bapa Paus Fransiskus berkenaan dengan media sosial dan peranan keluarga-keluarga dalam pengembangan iman. Ia mengatakan, media berperan penting dalam menyebarluaskan nilai-nilai keluarga. Karena itu, Gereja mesti mulai menggunakan media sosial untuk karya-karya kerasulan di seputar keluarga.

 

Apa itu SIGNIS

SIGNIS merupakan sebuah asosiasi para komunikator profesional katolik yang diakui oleh Takhta Suci. Asosiasi ini membantu Gereja dalam karya pewartaan Injil melalui radio, televisi, cinema, video, media education, Internet, jurnalistik dan tekhnologi baru. SIGNIS merupakan sebuah organisasi non profit dengan 100-an Negara anggota di seluruh dunia. SIGNIS terbentuk sejak November 2001 sebagai penggabungan dari dua organisasi, yaitu International Catholic Organization for Cinema and Audiovisual (OCIC) dan International Catholic Association for Radio and Television (Unda).

Signis Indonesia memiliki 32 anggota aktif dan 2 anggota non aktif. Tiga puluh dua anggota ini hadir di lima regio, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi – Maluku dan Nusa Tenggara. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para anggota Signis Indonesia adalah membuat program-program pewartaan melalui radio, film, televisi, media sosial, website dan karya-karya jurnalistik. **