Aktris asal Inggris, Keira Knightly, ternyata menyimpan cerita mengharukan atas perjuangannya meraih posisi terhormat sebagai aktris ternama. Ia membuktikan tak sekedar pekerja keras, tetapi juga pintar. Padahal ia berhenti sekolah setelah usia 17 tahun.
Keira yang dikenal lewat peran di film papan atas seperti Pride and Prejudice dan Atonement ternyata menderita disleksia. Kondisi itu membuat kemampuannya belajar menurun. Gejala disleksia ditemukan pada masa kanak-kanak Keira. Ketika masih kecil, ia mengalami kesulitan untuk membaca dan menulis. Ia harus dibantu kacamata khusus untuk membaca.
Waktu kecil Keira dikenal sebagai pelajar yang tekun belajar. Kelemahan yang dimilikinya justru menjadi pemicu untuk membuktikan bahwa ia memiliki kecerdasan juga. Problem disleksia lambat laun mulai teratasi saat usia belasan tahun.
Ia berkata, “Disleksia membuat saya harus mematok tekun membaca semuanya secara serius, sehingga saya bisa membuktikan bahwa saya tidak bodoh.”
Perempuan berusia 23 tahun ini memilih karir sebagai artis dan tidak menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Tentang hal ini ia berkata, “Saya bukan orang terdidik, tidak menyelesaikan kuliah karena beban ini.”
Mengakui keterbatasan merupakan suatu keutamaan dalam hidup ini. Orang seperti ini menunjukkan kerendahan hatinya. Ia ingin diisi oleh keutamaan-keutamaan hidup. Ia selalu membuka dirinya untuk berbagai hal yang dapat membantunya maju dalam hidup ini. Kisah tadi menunjukkan bahwa kelemahan yang dimiliki itu bukan berarti menutup pintu terhadap kemajuan dalam hidup. Justru melalui keterbukaan hati itu, kelemahan yang dimiliki dapat diatasi. Keira Knightly sudah membuktikan hal ini.
Soalnya, dalam hidup ini banyak orang tidak mau mengakui diri apa adanya. Mereka kurang jujur dalam hidup ini. Tipe orang seperti ini biasanya memiliki mekanisme bela diri yang kuat. Kalau ada orang memberikan masukan untuk dirinya, biasanya orang seperti ini sudah menyediakan seribu satu alasan. Inilah cara mempertahankan diri. Inilah cara menutup diri terhadap orang lain.
Sebagai orang beriman, keterbukaan hati kepada Tuhan dan sesama merupakan keutamaan yang mesti selalu dikembangkan. Kerendahan hati akan tercipta dari keterbukaan hati seperti ini. Hati orang menjadi lemah lembut. Tidak keras seperti batu.
Mari kita berusaha untuk senantiasa menerima diri apa adanya. Kita menyediakan diri yang senantiasa terbuka kepada kehendak Tuhan. Tuhan memberkati.
Keterangan foto: Konyong tak berdaun dihamparan rumput yang sudah mati mendahuluinya, ilustrasi dari www.panoramio.com
Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); sekarang Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Signis Indonesia; pengelola majalah “Fiat” dan “Komunio” Keuskupan Agung Palembang.