Pernahkah Anda mendengar kisah bahagia seorang yang lumpuh setelah dewasa? Mungkin kisah satu ini akan mengagetkan Anda. Suatu hari seorang pemuda menceritakan pengalaman lumpuhnya kepada teman dekatnya.
Ia berkata sambil tersenyum, “Saya benar-benar mulai merasa hidup ini berarti setelah saya menjadi lumpuh.”
Teman dekatnya itu begitu kaget. Ia tidak habis pikir, mengapa temannya itu berkata begitu. Padahal selama ini ia begitu jatuh kasihan kepada temannya itu. Ia merasa bahwa temannya itu sudah habis. Lantas ia bertanya kepadanya, “Mengapa itu yang Anda rasakan sekarang ini? Saya tidak mengerti.”
Pemuda lumpuh itu menjawab, “Untuk pertama kali dalam hidup, saya punya waktu untuk melihat diri sendiri. Saya dapat melihat kehidupan saya secara lebih mendalam. Saya mempunyai waktu untuk melihat bagaimana saya bereaksi dan melihat apa yang saya pikirkan. Hasilnya, kehidupan saya menjadi lebih mendalam dan lebih kaya. Jauh lebih menarik daripada sebelumnya.”
Sering orang merasa hidup ini kurang bermakna. Mengapa? Karena orang hidup hanya secara rutin saja. Orang tidak memiliki variasi dan kreatifitas dalam hidupnya. Orang hidup dari satu titik ke titik lain. Tidak memaknai hidup ini. Ini yang sering membahayakan hidup manusia. Kalau ada suatu tantangan yang berat, orang akan mengalami stress dalam hidup. Orang merasakan kekosongan yang begitu besar dalam hidupnya.
Kisah pemuda lumpuh di atas mau mengatakan kepada kita bahwa hidup itu mesti dimaknai. Orang mesti membangun hidupnya bukan secara rutin. Tetapi orang mesti selalu memberi makna atas hidupnya itu. Dengan demikian, hidup menjadi sungguh-sungguh berarti.
Pengalaman kelumpuhan ternyata membantu pemuda itu untuk mengenal dirinya secara lebih dalam. Ia mulai mengenal kelebihan dan kekuatan-kekuatan dirinya. Ia mampu menangkap siapa dirinya sesungguhnya. Yang rutin mulai ia tinggalkan, meski ia tidak bisa berjalan lagi. Ia mengalami sukacita dan kegembiraan meskipun ia hanya bisa duduk di kursi roda.
Sebagai orang beriman, kita mesti memberi makna atas hidup ini. Hidup kita bukan hanya terbatas pada hal-hal yang rutin. Hidup kita ini mempunyai dinamika yang begitu indah. Hidup kita ini bagai air yang mengalir tenang. Meskipun tenang, air itu mengalir dengan memberi pertumbuhan bagi tanah dan binatang-binatang yang dilewatinya. Air tidak mengalir begitu saja. Ia meninggalkan kehidupan bagi makhluk hidup.
Hidup manusia juga seperti itu. Kita mesti memberi makna atas setiap detik perjalanan hidup kita. Kalau ini yang terjadi, kita tidak perlu kuatir bahwa kita akan stress dalam hidup ini. Justru kita akan mengalami suatu hidup yang penuh makna yang membahagiakan diri kita dan sesama. Mari kita berusaha memberi makna atas hidup kita ini untuk menjadi lebih baik.
Tuhan memberkati.
Ilustrasi: Kelumpuhan (foto diambil dari www.huffingtonpost.com)
Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); sekarang Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Signis Indonesia; pengelola majalah “Fiat” dan “Komunio” Keuskupan Agung Palembang.