Beranda KATEKESE Katekese Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2016

Katekese Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2016

Kapan Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2016?
Hari Minggu, tanggal 8 Mei 2016.
Mengapa Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2016 bercorak istimewa?
Karena inilah tahun ke-50: Pesta Emas Hari Komunikasi Sosial Sedunia dalam Gereja Katolik.
Manakah tema yang disarankan oleh Sri Paus Fransiskus?
Komunikasi dan Kerahiman: Perjumpaan yang Memerdekakan
Apakah keinginan Paus Fransiskus tentang tema ini?
Beliau mengundang seluruh Gereja dan mereka yang berkehendak baik untuk merenungkan hubungan antara komunikasi dan kerahiman pada Tahun Suci Kerahiman.
Hal apakah yang penting diperhatikan dalam perayaan ini?
Gereja dalam perkataan dan perbuatannya harus mengungkapkan belaskasih, kelembutan dan pengampunan Allah bagi semua orang: komunikasi adalah kasih dalam sikap terbuka dan berbagi.
Apakah tujuan komunikasi sosial dalam karya pastoral Gereja?
Tujuannya adalah membawa kerahiman, menjamah orang dan menyokongnya dalam perjalanan menuju kepenuhan hidup dalam Yesus Kristus, utusan kerahiman Bapa.
Manakah sasaran utama perayaan Komunikasi Sosial dalam Gereja?
Gereja harus membawa kehangatan dalam dunia, agar Kristus semakin dikenal dan dikasihi, karena itulah panggilan iman Kristiani melalui pengajaran dan kesaksian hidupnya.
Apakah manfaat komunikasi sosial?
Manfaat kuat dari komunikasi sosial adalah membangun jembatan menuju perjumpaan yang memperkaya masyarakat.Komunikasi harus membawa kebenaran, perdamaian dan kerukunan hidup.
Di mana komunikasi terjadi?
Dalam dunia material dan dunia digital guna membangun kembali hubungan yang retak, agar persekutuan terjalin di tengah kejahatan dan kebencian.
Bagaimana hubungan kerahiman dan komunikasi?
Hubungannya terletak pada upaya menyembuhkan luka-luka sosial dan memulihkan perdamaian dan kerukunan dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Kerahiman dapat menciptakan bentuk wacana dan dialog baru.

Bagaimana dengan bahasa politik dan diplomatik?
Bahasanya harus memberikan dan menumbuhkan pengharapan, tanpa mempersalahkan orang, karena mudah sekali menyebarkan ketidakpercayaan, ketakutan dan kebencian. Bahasanya harus mengutamakan proses rekonsiliasi yang konstruktif bagi kesejahteraan bersama, karena “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mt 5:7-9).
Bagaimana sikap para Pastor dalam komunikasi pastoralnya?
Para Pastor tidak boleh menganggap dirinya superior, terutama dalam hubungan dengan mereka yang “hilang”: berdosa dan dianggap sebagai musuh, tetapi mewartakan kebenaran secara peka untuk membebaskan para korban dan mengangkat yang jatuh, karena “kebenaran memerdekakan” (Yoh 8:32).
Mengapa kebenaran akan memerdekakan?
Karena kebenaran menurut iman Kristiani adalah Yesus Kristus sendiri, dan kerahiman-Nya adalah tolok ukur kita untuk menilai dunia, terutama dalam hal ketidakadilan dan kejahatan. Kristus diutus Bapa untuk mencari orang yang kehilangan hubungan dengan Allah, yaitu orang-orang berdosa.
Bagaimana tugas utama dari Gereja dalam komunikasi sosial?
Gereja harus berpegang teguh pada kebenaran dengan kasih, sehingga perkataan dan tindakannya dapat menyentuh hati manusia yang berdosa. Dengan demikian, secara ramah kita dapat menghantar mereka kepada pertobatan dan kebebasan.

Di mana kita dapat belajar komunikasi berpengharapan?
Pengalaman hubungan dalam keluarga: orangtua mengasihi anak-anaknya, karena mereka menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Selalu mereka disambut dan diterima dengan baik. Masyarakat juga harus menjadi sebuah rumah di semua orang rasa diterima dan disambut.

Manakah syarat utama dalam komunikasi berkerahiman?
Syarat utama adalah mendegarkan, karena berkomunikasi berarti berbagi. Dengan mendengarkan secara efektif, kita memperoleh hal secara benar, dan dengan demikian membangun kedekatan: berbagi persoalan, keraguan, berjalan bersama serta bertukar anugerah demi kebaikan bersama.
Apakah sikap mendengarkan adalah mudah?
Sikap mendengarkan tidaklah mudah, karena menuntut perhatian, pemahaman, penghargaan dan hormat, bahkan perlu pengorbanan diri. Olehnya, kita mohon karunia mendengarkan dan melakukannya dalam praktek hidup.
Manakah bentuk-bentuk baru dari komunikasi sosial di jaman ini?
Surel, pesan teks, jejaring sosial dan chatting dalam dunia digital. Semua ini adalah teknologi yang harus digunakan dengan bijaksana dan penuh tanggungjawab bersesama.
Bagaimana dengan jejaring sosial?
Jejaring sosial dapat memperlancar hubungan dan memajukan kebaikan masyarakat, tetapi juga dapat menghantar pada polarisasi dan pemisahan dalam masyarakat, karena dunia digital adalah lapangan publik.
Manakah harapan Sri Paus Fransiskus dalam hal komunikasi di Tahun Yubileum?
Bahwa kita terbuka kepada dialog yang jujur dan bersemangat untuk saling memahami dengan lebih baik. Tetapi jejaring digital menuntut suatu tanggungjawab bersesama, yaitu menghormati martabatnya; dengan arif membangun masyarakat sehat dan terbuka untuk berbagi dalam kebenaran.
Bagaimana dengan komunikasi itu sendiri?
Komunikasi membuka cakrawala meluas dan itulah anugerah Allah yang melibatkan tanggungjawab besar. Kekuatan komunikasi terletak pada “kedekatan”, yang memuat kepedulian, penghiburan, penyembuhan dan pertemanan dan perayaan bersama.
Apakah makna dari komunikasi berkerahiman?
Maknanya, membantu menciptakan kedekatan yang sehat, bebas dan bersaudara antara anak-anak Allah sebagai saudara-saudari dalam keluarga umat manusia.
Mengapa Gereja Katolik selalu memakai istilah “komunikasi sosial”?
Alasannya sederhana, yaitu bahwasanya pusat komunikasi adalah manusia: manusialah yang membuat hubungan-hubungan pribadi dan sosial, termasuk hubungan sosial melalui jejaring sosial digital.
Bagaimana Gereja memandang jejaring sosial digital?
Gereja memandangnya sebagai anugerah Tuhan bagi kemanusiaan: kita harus menggunakannya dengan bijaksana dan penuh tanggungjawab dalam kebenaran, keadilan dan perdamaian.
Bagaimana kita umat Katolik membangun komunikasi sosial dalam masyarakat luas?
Kita umat Katolik ikut serta menggerakkan komunikasi sosial yang merukunkan masyarakat berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.