Kasih Harus Menjadi Landasan Hukum
(Matius 5: 17- 19)
Saudara-saudari…
YESUS dengan tegas katakan kepada para muridNya: “Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” Tetapi menurut kesan orang Farisi, ahli-ahli Taurat dan pemuka-pemuka agama Yahudi, Yesus selalu melanggar hukum Taurat dan kitab para nabi. Contohnya tentang peraturan hari Sabat, jangan bekerja pada hari Sabat, tetapi Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat; atau mencuci tangan sebelum makan, tetapi sering murid-murid Yesus tidak mencuci tangan sebelum makan. Ada kesan, bahwa apa yang dikatakan Yesus, tidak sesuai dengan apa yang dibuatnya, karena Dia sendiri sering melanggarnya. Apakah kesan seperti itu benar?
Saudara-saudari… Kalau kita merenungkan secara mendalam, apa yang dikatakan Yesus sesungguhnya sangat benar, bahwa Dia datang untuk menggenapinya. Yesus menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi lewat kematian dan kebangkitanNya. Itu satu hal yang sangat penting. Semua ajaran Perjanjian Lama mengacu kepada Kristus, Mesias yang akan datang menyelamatkan manusia. Kematian dan kebangkitan Kristus adalah puncak dari segalannya. Kematian Kristus bukan tanpa dasar. Dasarnya bukan karena Dia gagal, tetapi karena kasihNya kepada umat manusia. Menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat, sesungguhnya bukan melawan hukum tetapi perwujudan hukum. Bahwa hukum Tuhan sesungguhnya adalah mewujudkan cinta kasih dan memberikan keselamatan dan kebebasan kepada manusia yang dikungkung oleh roh jahat atau penderitaan fisik. Yesus menyembuhkan orang sakit agar orangnya boleh secara bebas memuji dan memuliakan Tuhan serta dengan leluasa mengexpresikan kebebasannya. Menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat adalah salah satu bentuk penggenapan hukum yang diperkenalkan oleh Yesus Kristus. Sebelumnya orang mengartikan hukum secara harafiah, tetapi kini Yesus menggenapinya dengan arti baru atas dasar cinta kasih. Hukum yang ditafsirkan secara harafiah sesungguhnya sangat tidak membantu manusia, malah memenjarahkan manusia, tetapi kalau hukum dilandasi atas dasar cinta maka akan sangat bermanfaat dan punya nilai yang sangat bagus bagi manusia. Hukum dibuat oleh manusia dan untuk manusia agar manusia boleh berjalan dalam jalur yang benar, tetapi bukan untuk membatasi kreasi manusia atas dasar cinta.
Yesus Kristus sudah menggenapi hukum Taurat dan Kitab para Nabi dengan aroma baru yang kita sebut Kasih. Dasar hukum yang dipromosikan Yesus Kristus adalah Kasih. Dia yang mempromosikan dan Dia sendiri yang sudah memberi teladan kepada banyak orang dan malah Ia sendiri sudah menyerahkan nyawa-Nya untuk manusia yang dikasihi-Nya lewat kematian-Nya di kayu salib.
Bagaimana penghayatan dan pengamalan hukum dalam hidup kita? Dalam keluarga kita, hukum apa yang selalu kita promosikan dalam keluarga, hukum kasih atau hukum rimba? Di sekolah, di perusahan, di Rumah Sakit, hukum apa yang kita prioritaskan?
Marilah saudara-saudari… sebagai orang Kristen, pengikut Kristus, sudah seharusnya kita mengikuti hukum yang sudah diajarkan dan dipromosikan oleh Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu hukum cinta kasih. Kasih harus selalu menjadi landasan hukum dan tindakkan kita. Kalau hukum menjauh dari kasih berarti kita menjauh dari ajaran Kristus.
Kita berdoa semoga kasih Tuhan selalu menjadi bagian dari hidup kita sehingga gerak gerik kita pun selalu diilhami olehnya.
Kita memohon Bunda Maria untuk mendoakan kita. Amen.
Kredit Foto: fra_Angelico_Trasfigurazioners
Misionaris SVD yang berkarya di Papua New Guinea. Bertugas sebagai pembina para frater SVD dan mengajar di Catholic Theological Institute di Bomana Port Moresby dan mengajar di Xavier Institute untuk para suster dan bruder yang mau menyiapkan diri untuk mengikrarkan kaul-kaul kekal, dan membantu mereka yang bekerja di lembaga pembinaan para religious di Papua New Guinea.