MEDAN memanggil dan Samosir pun menanti kedatangan para mahasiswa-mahasiswi calon dokter dan tenaga kesehatan lainnya dari seluruh penjuru tanahair. Mari bersama dan bersanding dalam kasih menyatu visi misi untuk mewujudkan Indonesia sehat.
Onan Runggu merupakan salah satu kota di Pulau Samosir. Di sinilah akan menjadi pelabuhan terakhir dalam membina iman katolik para delegasi dari seluruh Indonesia serta menjadi perpaduan ide, kisah bahkan saksi keluarga mahasiswa katolik untuk meningkatkan rasa solidaritas persatuan satu sama lain.
Inilah salah satu karya pelayanan KMK St. Raphael Universitas Methodist dan KMK St. Lukas Universitas Sumatera Utara yang menjadi penggerak dan motivator kegiatan ini. Tujuannya antara lain dalam rangka menjalin harmonisasi antar mahasiswa-mahasiswi kedokteran dan ilmu kesehatan masyarakat. Yakni, keinginan untuk bergerak bersama demi persatuan atas solidaritas antar keluarga mahasiswa katolik calon tenaga kesehatan di masa depan.
Semangat itu kami gelar melalui acara Pembinaan Jaringan Pembinaan Mahasiswa Katolik Fakultas Kedokteran Indonesia. Lokasinya mengambil tempat di Medan dan Samosir, mulai tanggal 30 Juli hingga 5 Agustus 2014.
Ikut terlibat dalam kegiatan ini tak kurang dari 80 orang perwakilan keluarga mahasiswa katolik dari seluruh Indonesia. Gerakan ini muncul dan berangkat dari keprihatinan bersama atas kondisi yang terjadi di kampus-kampus dimana sulit sekali melakukan kegiatan bersama dengan lingkungan satu keyakinan di lingkungan kampus. Demikian keterangan yang disampaikan Alfian Aditya Sinaga, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia sekaligus Ketua Panitia PJPMKFKI XIX.
Maka, pertemuan ini juga diharapkan bisa menjadi medan latihan saling mengenal dan kerjasama antar mahasiswa-mahasiswi kedokteran katolik dan mahasiswa-mahasiswi ilmu kesehatan masyarakat yang juga katolik.
Keuskupan Agung Medan sangat mendukung kegiatan ini.
Solidaritas bersama
Pembinaan Jaringan Mahasiswa Katolik Fakultas Kedokteran Indonesia (PJPMKFKI) pada tahun ini berlangsung di Medan. Kegiatan ini sudah berlangsung selama 19 tahun. (Baca juga: blog komunitas ini di http://pjpmkfkixix.blogspot.com/)
“Increase Solidarity For Unity” merupakan tema PJPMKFKI XIX yang bertujuan untuk membangun jaringan antara calon dokter dan tenaga kesehatan lainnya supaya dapat bersama berkolaborasi di masa depan.
PJPMKFKI XIX menjadi salah satu sarana mengembangkan iman katolik melalui pembinaan, serta meningkatkan solidaritas antar tenaga kesehatan untuk mewujudkan Indonesia sehat di masa depan.
.
Dari seluruh Indonesia
Perhelatan akbar tahunan ini diawali dengan pertemuan para delegasi dari seluruh Indonesia, yang diwakili oleh semua region. Mereka bersama berkumpul di Pertapaan Karmelitas Talun Kenas.
Acara ini dibuka dengan misa yang dipimpin oleh Romo Bayu dan berlangsung dalam suasana keheningan di lingkungan Pertapaan Karmelitas.
Di tempat inilah, iman para delegasi keluarga mahasiswa katolik dibina melalui berbagai acara seperti seminar, forum tatap muka dan diskusi lengkap dengan para pembicara yang luar biasa. Salah satu topic menarik adalah pembahasan tentang tantangan para calon tenaga kesehatan ke depan.
Hal ini menjadi bekal yang bisa menambah wawasan para calon tenaga kesehatan untuk menghadapi tantangan yang ada di masa depan.
Pada hari ketiga, para delegasi diajak melakukan ziarah rohani ke Graha Maria Annai Velangkanni, Tanjung Selamat, Medan. Para delegasi diajak untuk berefleksi terkait segala kuasa Tuhan yang ajaib di dalam hidup ini.
“Velangkanni merupakan tempat istimewa dan dapat membuat kita yang berkunjung ke sini mendapat kelegaan tersendiri serta ketenangan batin saat berdoa dan memandang bangunan indah yang memiliki misteri iman di dalamnya” ujar Cinthya, salah satu delegasi dari Universitas Indonesia.
Di satu sisi, “Aku seperti pulang ke rumah, ketika memasuki Velangkanni, seperti dirangkul oleh Bunda Maria. Rasanya sangat nyaman, ” kata Dion, salah satu delegasi dari Universitas Padjajaran.
Pulau Samosir dan kasihnya
Setelah tiga hari menempa iman, para delegasi ini bergegas menuju Pulau Samosir untuk berbagi kasih kepada masyarakat sekitar.
Setelah melewati kota Pematang Siantar, tibalah di Pelabuhan Ajibata untuk menyebrang ke Samosir. Terlihat raut wajah yang ceria dan antusias tinggi untuk pergi ke salah satu kepingan surga di dunia.
Tepat keesokan harinya, para delegasi melakukan bakti social dalam rangka sumbangsih ilmu yang selama ini sudah didapatkan di bangku kuliah dan dipraktekkan langsung ke masyarakat dengan kasih.
Bakti sosial ini berupa pengobatan gratis di Desa Sipira, Onan Runggu, Samosir dan penyuluhan hidup sehat di hari esoknya yang dilakukan di SD dan SMP di sekitar Paroki St. Paulus, Onan Runggu, Samosir.
Dalam acara PJPMKFKI XIX turut hadir RP Celestinus Manalu, selaku Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Medan. Ia sangat mengapresiasi dan mendukung acara ini,; bertepatan juga karena selama ini Pastor Manalu menjadi satu pendamping tetap KMK St. Raphael & St. Lukas dalam mempersiapkan acara PJPMKFKI XIX.
Apresiasi dan ucapan terima kasih pun datang dari RP Silverius Petrus Homa selaku “pemandu” para delegasi selama berada di Paroki St. Paulus, Onan Runggu. Ia mengaku senang dan bersyukur bisa terlibat aktif dalam kegiatan PJPMKFKI di Samosir, khususnya di Onan Runggu.
Hal senada juga disampaikan oleh Pastor Paroki dan Ketua Dewan Paroki St. Paulus Onan Runggu.
Dipilih untuk melayani
Kami merasakan, betapa kami bisa bersama selama sepekan. Merasakan betapa selama kurun waktu sepekan itu kami sudah bersama dalam suatu ikatan kasih, sama-sama ikut berproses menjadi sebuah bejana yang indah, serta berkarya bersama dalam kasih dengan menjadi berkat bagi sesama melalui bakti sosial dan penyuluhan.
Usai di situ, maka sekarang tibalah waktunya para delegasi kembali ke tempat asalnya masing-masing untuk mewartakan iman dan tak lupa menjadi garam bagi sesama.
Acara PJPMKFKI XIX ditutup dengan misa dan pengutusan di gereja Paroki St. Paulus, Onan Runggu, Samosir. Selain itu, kepada setiap anggota delegasi — peserta maupun panitia– dibagikan kertas DU-DU yang selama kegiatan PJPMKFKI XIX memang sengaja difasilitasi untuk saling mewartakan kabar gembira bagi sesama delegasi.
Setelah selesai dengan rangkaian acara closing Ceremony, para delegasi berkemas dan siap kembali ke Medan lalu kembali ke tempat asal. Namun sebelum menyebrang ke Medan, para delegasi diajak mampir ke Tomok suatu tempat wisata di Pulau Samosir. Mereka disuguhi kemeriahan kultur Batak yang menawan. Nampak keceriaan dan kepuasan hati dari para delegasi yang terpancar dari raut muka mereka.
Mengutip ayat Matius 4:18-22, dijelaskan bahwa kita merupakan murid Kristus. Maka dari itu, kita semua adalah pribadi yang terpanggil dan terpilih. Ketika kita menjadi kaum yang terpilih dan terpanggil untuk melaksanakan karya pelayanan di dunia, semua hal dan tindakan yang akan dilakukan haruslah tidak demi kepentingan diri kita sendiri, melainkan untuk memberikan rasa bagi sesama, untuk kebaikan bersama.
Seperti dituliskan di Alkitab dalam Matius 5:13 yang berbunyi: Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”
Saling kenal sejak awal: Inilah salah satu manfaat pertemuan antar mahasiswa-mahasiswi kedokteran katolik dan mahasiswa-mahasiswi katolik studi ilmu kesehatan masyarakat. Saling kenal sejak awal menjadikan ikatan pertemanan dan persahabatan menjadi modal bagus untuk bisa saling bekerja sama.
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa kita diminta untuk menjadi berkat bagi sesama.
Bagi peserta PJPMKFKI XIX, semoga kutipan perikop tadi bisa dijadikan pegangan mendorong mereka dalam karya pelayanannya di bidang kesehatan masa depan agar dapat menjadi garam yang memberi rasa bagi sesame. Caranya, yakni dengan mengasah suara hati dan menumbuhkembangkan rasa kepedulian sosial serta berkolaborasi dengan para tenaga kesehatan lainnya untuk bersama bergerak dalam mewujudkan Indonesia sehat di masa mendatang.
Kredit foto: Cinthya Theresia Tambunan, peserta PJPMKFKI XIX dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.