MIRIFICA.NET – Kamis, 24 Oktober 2019, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Ignatius Kardinal Soeharyo bersyukur Bersama seluruh staf Komisi, Lembaga, Sekretariat dan Departemen di ruang serba guna Kantor KWI, Cikini. Syukuran sederhana penuh sukacita diawali dengan ibadah syukur dipimpin Sekretaris Komisi Liturgi, Rm. John Rusae, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng syukur, mendengarkan nasehat bapa Kardinal dan Makan Bersama.
Mewakili semua, Rm. Siprianus Hormat, sekretaris eksekutif KWI, menyampaikan terima kasih atas kesediaan bapa Kardinal, yang meskipun sangat sibuk, berkenan hadir bersama-sama dengan seluruh staf dan karyawan KLSD KWI. “Kami tahu bapa Kardinal memiliki banyak kesibukan, tetapi kami yang berkarya di kantor KWI, untuk melayani para uskup ini, juga tidak mau ketinggalan untuk boleh secara dekat menyampaikan ucapan syukur kami Bersama bapa Kardinal, Mohon maaf sudah mengganggu dan terima kasih bapa Kardinal berkenan datang” Demikian Romo Sipri menyapa Bapa Kardinal dan semua yang hadir.
Sesudah memotong Tumpeng syukur yang diserahkan kepada Sr.Yasinta, FSGM, Bapa Kardinal menyapa seluruh staf dan karyawan KLSD dengan guyonan awal bahwa nama beliau masih sama, tidak berubah. Kata-kata spontan nan tulus bapa Kardinal disambut gelak tawa penuh kegembiraan dari semua yang hadir. Semuanya merasakan kedekatan dan kasih persaudaraan dari sang Bapa. Dengan gaya dan pilihan-pilhan kata yang khas bapa Kardinal melanjutkan dengan pertama-tama berterima kasih kepada semuanya. “Pertama-tama tentu saya sungguh berterima kasih, terutama atas doa-doa para romo, suster, staf dan karyawan keluarga besar KWI. Doa-doa itu memang saya butuhkan”. Dan Bapa Kardinal yang baru saja kembali dari Manado, sebagai uskup untuk TNI Polri ini, bercerita tentang saat-saat ketika Duta besar Vatikan (Nuncio) untuk Indonesia Mgr. Pierro Pioppo menyampaikan berita pengangkatannya sebagai kardinal. “Ketika nuncio memberitahu saya bahwa saya diangkat menjadi Kardinal, beliau menyampaikannya dengan penuh semangat, dengan kegembiraan yang meluap-luap; seolah-olah saya juga gembira seperti beliau. Padahal tidak, saya kaget seperti biasanya orang yang diberi tugas atau kepercayaan seperti itu.
Dengan penuh ketulusan hati seorang Bapa dan Kerendahan hatinya yang khas, Kardinal mengisahkan mengapa ia sungguh merasa kaget dan bahkan butuh waktu lama untuk boleh menerima pengangkatan ini: “Apa yang sungguh memberatkan hati saya sebenarnya adalah dalam tanda petik (saya sebenarnya tidak suka menggunakan istilah ini) Kehormatan yang melekat pada sebutan itu.” Bapa Kardinal tidak gelisah atas pekerjaan yang akan diembannya tetapi justru pada Kehormatan yang melekat dalam gelar Kardinal yang disandangnya.
Namun demikian, sesudah berefleksi, akhirnya Kardinal sampai pada satu kesimpulan yang membawanya pada ketenangan dan dengan penuh kepercayaan menerima tugas dan tanggung jawab yang diterimanya dari bapa suci Paus Fransiskus. “Yang menenangkan saya ialah ketika saya sampai pada kesimpulan ini: Pengangkatan ini pasti bukan disebabkan oleh diri saya. Meskipun yang diangkat itu saya tetapi yang menjadi alasan pengangkatan ini bukan saya”. Selanjutnya Kardinal berkisah tentang dua alasan besar dan maksud pengangkatannya sebagai Kardinal.
Bagi Mgr. Ignatius Kardinal Soeharyo, pengangkatannya sebagai Kardinal didasari oleh pengakuan atau peneguhan Vatikan khususnya bapa suci di Roma akan Gereja Katolik Indonesia yang dinamis dan sebagai pengakuan dan penghargaan Bapa Suci atas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dua alasan inilah yang membuat Kardinal menjadi tenang, meskipun tentu Vatikan juga menaruh perhatian pada figur uskup agung Jakarta yang sungguh rendah hati dan berbelaskasih.
Selanjutnya, Kardinal juga mengungkapkan apa yang menurut tafsirannya menjadi salah satu maksud pengangkatannya sebagai Kardinal. Pelantikan yang diadakan berdekatan dengan pesta santo Fransiskus Asisi, sang Pembaharu gereja dan di awal Sinode untuk Amazone, menjadi sebuah ajakan bagi seluruh Gereja untuk terus membaharui diri. Pembaharuan yang dimaksud adalah keterlibatan. Dan bagi Kardinal arah gereja Katolik Indonesia tidak jauh dari semangat pembaharuan ini. Kita ingn Gereja Indonesia menjadikan dirinya sebagai Gereja yang semakin relevan dan signifikan.
Mengakhiri sapaannya, Kardinal mengajak semua staf dan karyawan KLSD untuk melayani gereja dengan baik: “Mari kita jaga Konferensi ini, kita layani sebaik-baiknya tentu dengan pelbagai macam pengorbanan; tenaga, pikiran dan perasaan, membanting tulang; sekecil apapun kita tempatkan dalam panggilan dan perutusan kita melayani gereja ke arah pembaharuan terus-menerus.”
Terima Kasih Bapa Kardinal atas pengangkatanmu dan atas teladan, motivasi dan inspirasi yang terpancar dari hatimu yang penuh Kasih.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.