MIRIFICA.NET – 02 Februari 2023, Pada Pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah, sejarah dan sukacita tertoreh indah bagi Gereja Indonesia khususnya umat di Keuskupan Jayapura. Seorang Putra asli Papua, gembala terkasih Mgr. Yanuarius Theofilus Mantopai You ditahbiskan menjadi uskup oleh Mgr. Piero Pioppo, Nuntius Apostolik Tahta suci Vatikan untuk Indonesia sebagai penahbis utama dan Mgr. Leo Laba Ladjar, Uskup Emeritus Jayapura Uskup Penahbis pendamping pertama dan Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC sebagai uskup penahbis Pendamping kedua, di Gereja Katedral Kristus Raja, Jayapura.
Mengawali Perayaan Ekaristi, perarakan dimeriahkan dengan tarian khas papua. Para uskup berjalan bersama dalam sukacita bersama umat memasuki gedung Gereja yang belum lama diberkati. Kegembiraan sungguh terasa dan terungkap dalam Perayaan Ekaristi dan Upacara Tahbisan Uskup yang dihadiri oleh 30 uskup, 1 uskup emeritus, 1 administrator diosesan dan 2 orang Vikjen utusan Uskup, para Imam, biarawan-biarawati, umat dan masyakarakat maupun pemerintah yang diundang.
Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo dalam homilinya, menyampaikan dengan penuh syukur, selamat atas perutusan baru yang dipercayakan oleh Paus Fransiskus kepada Mgr. Yan You untuk memimpin dan melayani umat Keuskupan Jayapura. Bapa kardinal mengajak semua orang berdoa, agar rencana-rencana yang akan dijalankan, bapa uskup, harapan-harapan dari seluruh umat dapat dilaksanakan dan dipenuhi dengan baik. Berdoa pula semoga dasar-dasar gereja yang sudah diletakkan oleh para pendahulu, khususnya yang terakhir oleh Bapa Uskup Leo Laba Ladjar, OFM yang sudah melayani keuskupan ini hampir 30 tahun, menjadi semakin kuat.
“Kita semua juga berdoa semoga pesan yang terkandung pada nama Mgr. Matopai sang pemberita kebenaran dalam segala kedalaman dan keluasan maknanya membawa umat menuju sang kebenaran sejati Yesus Kristus Tuhan kita.” Ungkap Bapa Kardinal.
Pemilihan hari penahbisan pada pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah dilihat bapa Kardinal:
“Inilah mahkota dari persembahan hidup Mgr. Yanuarius You sebagai imam dengan berbagai macam perutusan yang telah dijalankan beliau sampai hari ini. Sebentar lagi Bapa Uskup akan ditahbiskan, kita berharap seperti Yesus sang Imam Agung sebagaimana dibacakan sebagai surat kepada orang ibrani, Bapa Uskup Yan You juga akan menjadi imam besar yang selalu setia kepada Allah dan selalu menaruh belas kasih kepada sesama.”
Selanjutnya Kardinal Suharyo yang tiga kali menjadi ketua KWI ini memberikan refleksi dan penjelasan berdasarkan teks kitab suci yang dibacakan dalam perayaan Ekaristi hari ini.
“Sejauh dapat saya baca, dalam wawancara beliau, kisah ini dipilih karena mencerminkan pengalaman dan riwayat panggilan beliau. Pada kesempatan ini, izinkan saya berbagi renungan mengenai hidup Yeremia sesudah ia dipanggil. Kita semua tau, dibandingkan dengan nabi-nabi yang lain, nabi Yeremia ini istimewa. Masa pelayanannya sangat panjang, 41 tahun. Dari usia yang sangat muda 19 tahun sampai usia 60 tahun. Periode pelayanannya dapat dibagi 3 bagian, periode pertama ditandai dengan semangat yang menyala-nyala. Ia yakin dan mengalami bahwa Allah sungguh-sungguh mencintai umatnya. Tetapi ia juga heran, mengapa umat yang begitu dicintai oleh Tuhan tidak menanggapi kasih itu dengan sebaik-baiknya.”
Meskipun demikian ia tetap semangat, mengajak umat untuk terus berbakti kepada Tuhan.
Menutup homilinya, Bapa Kardinal mengutip salah satu ayat yang menunjukan kegembiraan Nabi Yeremia untuk menggambarkan 3 periode pelayanan oleh Nabi Yeremia yakni : “apabila aku bertemu perkataan-perkataan Tuhan, aku menikmatinya. Firman-Mu menjadi kegirangan bagiku dan menjadi kesukaan hatiku”. Itu periode yang pertama.
Keadaan menjadi sangat berbeda pada periode yang kedua. ‘’Seluruh usahaknya untuk mewartakan kehendak Tuhan boleh dikatakan gagal total. Yang paling menyedihkan bagi Yeremia adalah pengalaman pribadinya yang membuat nabi ini sampai pada kesimpulan, Allah tidak adil. Bapa Kardinal juga mengutip beberapa luapan kemarahan Nabi Yeremia: “Ia berkata begini, aku mau berbicara dengan Engkau Tuhan tentang keadilan, mengapa mujur orang-orang yang tidak baik hidupnya. Sentosa semua orang yang tidak setia. Engkau membuat mereka tumbuh, mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah, orang-orang tidak baik hidupnya mulia, orang-orang baik seperti Yeremia sengsara. Sampai pada suatu titik, ia berkata-kata kepada Tuhan dengan kata-kata ini: “sungguh, Engkau seperti sungai yang curam bagiku, air yang tidak dapat dipercaya.
Dalam keadaan seperti itu Tuhan memanggil kembali Yeremia dengan kata-kata iman:” jika engkau mau kembali, engkau akan menjadi pelayan, engkau akan menjadi penyambung lidah bagiku, Aku akan menyertai engkau.
Mengajak umat untuk merefleksikan periode pelayanan Nabi Yeremia ternyata pengalaman Yeremia pada periode kedua yang begitu berat yakni masa pemurnian. Melalui masa pemurnian itu, Yeremia menjadi pribadi yang matang, menjadi pribadi yang kokoh kuat dan yang amat jelas ada periode yang ketiga. Salah satu buahnya ialah ia jadi lebih mengenal siapakah Allah sesungguhnya.
Yeremia menulis begini: “Allah yang rancangan-rancangannya adalah rancangan damai sejahtera untuk memberikan kepada umat hari depan yang oenuh harapan. Ia juga sampai pada kesimpulan, saya kutip:” diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, ia akan seperti pohon yang ditanam ditepi air, yang menghasilkan buah. Dalam keyakinan itu Nabi Yeremia berjalan bersama umat yang sedang berhadapan dengan berbagai macam tantangan menuju tanah pengharapan. Menuju damai sejahtera yang sejati. Ia bisa menjadi kawan seperjalanan.
Dalam arti inilah saya memahami arti semboyan Mgr. Yan You, “Ego Vobiscum Sum” saya membacanya di dalam dua makna. Yang pertama: ‘’saya membaca “Ego” artinya Tuhan, Tuhan kita yang menemani, mempunyai rancangan-rancangan damai sejahtera yang menberi masa depan penuh pengharapan.’’
Pembacaan yang kedua “ego, saya baca dalam huruf kecil yaitu Bapa Uskup Yanuarius Theofilus Matopai You, saya membayangkan dengan memilih bacaan dari kitab nabi Yeremia, Bapa Uskup You ingin menjadi seperti Nabi Yeremia, menemani umat dalam segala suka dan duka menuju tanah pengharapan yang di Papua ini dirumuskan dengan Papua tanah damai.’’
Di pnghujung homilinya Bapa Kardinal mengajak umag untuk menyanyi lagu yang sangat bagus yaitu di sini pulauku yang kupuja selalu. Mengajak seluruh umat bersyukur kepada Tuhan atas anugerahnya Bapa Uskup Yan You, atas tanah papua yang indah ini yang penuh dengan pengharapan.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.