Suatu hari, seorang murid yang sedang mendalami agamanya menjadi bingung. Pasalnya, ia tidak bisa menemukan gambaran tentang Tuhan di dalam Kitab Suci. Ia semakin bingung, ketika guru pembimbingnya melarang dia untuk membaca Kitab Suci. Dia bertanya, “Maksud guru apa?”
Guru itu berkata, “Ada seorang mengadakan perjalanan ke Tembok China. Di tengah jalan, ia berhenti dan melihat papan petunjuk jalan bertuliskan ‘Tembok Besar China’. Orang itu berkata dalam hati, ‘Yah, saya sudah melihat Tembok Besar. Inilah yang dikagumi dunia: Tembok Besar China. Kemudian ia pulang. Ketika banyak tetangga bertanya apakah dia ke tembok besar, dia menjawab, ‘Ya. Saya telah sampai.’ Ketika ditanya lagi seperti apa bentuknya, besar, luas, panjang atau menakjubkan, dia menjawab, ‘Oh, tidak. Tidak! Jauh sekali dengan apa yang kita bayangkan! Tembok Besar China itu suatu papan dicat putih. Pada papan itu dihiasi huruf-huruf Tembk Besar China.”
Murid itu mulai paham. Tetapi guru itu bertanya, “Apakah kamu paham?”
Belum sempat memberi jawaban, guru pembimbingnya berkata, “Kitab Suci tidak memberikan gambaran tentang Tuhan. Juga tidak memberi penjelasan tentang Tuhan.”
Murid itu malahan bingung lagi. Lalu ia bertanya, “Jadi apa fungsi Kitab Suci?”
Guru itu menjawab, “Seperti papan petunjuk, Kitab Suci memberi petunjuk, karena tidak ada kata-kata yang dapat menggambarkan Tuhan.”
Sering orang ingin mengetahui segala-galanya tentang Tuhan. Mereka belajar dengan mendalami berbagai buku, termasuk Kitab Suci. Mereka berharap dapat menemukan gambaran yang jelas tentang Tuhan. Tetapi sering mereka tidak puas. Bahkan mereka kecewa. Mereka tidak mendapatkan gambaran yang jelas tentang Tuhan. Mereka menjadi bingung. Ujung-ujungnya adalah iman orang semakin melemah dan bisa-bisa meninggalkan Tuhan.
Kisah tadi menunjukkan bahwa Kitab Suci menjadi sarana bagi manusia untuk berjumpa dengan Tuhan. Orang tidak boleh puas dengan hanya membaca Kitab Suci. Orang tidak boleh puas hanya dengan memahami maksud-maksud Tuhan yang tercantum dalam Kitab Suci. Orang mesti sampai pada perjumpaan dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari.
Dalam salah satu pengajaran-Nya, Yesus menandaskan pentingnya berjumpa dengan Tuhan secara pribadi. Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan itu ternyata membawa kebahagiaan bagi hidup manusia. Tuhan itu memberikan kasih-Nya kepada manusia. Tuhan tidak meninggalkan manusia terpuruk dalam dosa dan kesalahan-kesalahannya. Justru Tuhan yang mahapengasih dan penyayang itu ingin menyelamatkan umat manusia, siapa pun mereka.
Tuhan itu lebih besar dari agama mana pun. Mengapa? Karena Tuhan itu menciptakan dan menguasai seluruh umat manusia dan agama yang dianut manusia. Karena itu, orang beriman diajak untuk senantiasa berusaha berjumpa dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Tuhan kita itu hadir dalam hidup kita. Tuhan bekerja bersama kita. Bahkan Tuhan menderita bersama kita, ketika kita mengalami duka nestapa dalam hidup ini. Tuhan memberkati.
** (Frans de Sales SCJ)
Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); sekarang Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Signis Indonesia; pengelola majalah “Fiat” dan “Komunio” Keuskupan Agung Palembang.