Laobulaluo bisa mengklaim diri sebagai kepala polisi yang tidak kenal nepotisme. Laobulaluo yang menjadi kepala polisi di kota Heizhugou, Provinsi Sichuan, China barat. Selama menjadi kepala polisi, ia sudah menahan 48 sanak keluarganya berkaitan dengan berbagai kejahatan yang dilakukan mereka.
Mereka adalah saudara, sepupu dan sejumlah anggota keluarga dari pihak istrinya. Bahkan 25 sanak keluarganya harus meringkuk di penjara atau dikirim melakukan kerja sosial atau berbagai bentuk hukuman lainnya.
Kepala polisi berusia sekitar 30 tahun ini adalah anggota etnis minoritas Yi. Selama 10 tahun kariernya, dia secara pribadi menahan seorang adiknya dan dua sepupunya karena mabuk dan memukul seorang guru SD setempat.
Sanak keluarganya yang lain ditahan karena mencopet tas seorang perempuan. Sikap tegas kepala polisi ini membuat sanak keluarganya marah dan balik mengancam orangtuanya.
Kadang mereka diam-diam memotong ekor atau kaki sapi piaraannya. Tentang tindakannya yang berani itu, ia berkata, ”Pada tahun-tahun pertama, saya tidak berani mudik ke kampung untuk libur Tahun Baru. Kami sekarang semuanya oke-oke saja.” Sanak keluarganya akhirnya paham akan tindakan polisi itu.
Menegakkan keadilan tidak selalu mudah. Apalagi menegakkan keadilan yang berkenaan dengan sanak saudara, kerabat atau keluarga besar. Ada suatu pamrih dalam diri seseorang untuk bertindak adil, ketika sanak saudara atau orang-orang terdekat itu melakukan suatu pelanggaran atau yang bertentangan dengan hukum.
Kita menyaksikan bertahun-tahun di negeri kita hukum tidak difungsikan dengan semestinya. Anak pejabat yang melanggar aturan-aturan atau ketertiban umum tidak mendapatkan hukuman yang setimpal. Bahkan mereka berusaha untuk membenarkan diri. Atau menganggap diri kebal terhadap hukum. Situasi seperti ini berbahaya bagi kehidupan bersama. Hukum tidak akan pernah ditegakkan. Akibatnya, orang tidak peduli terhadap penegakkan hukum.
Kisah polisi China tadi menjadi inspirasi bagi kita untuk berusaha menegakkan keadilan dalam hidup bersama. Kalau keadilan ditegakkan, orang akan merasakan damai dalam hidup ini. Awalnya akan terasa sulit. Namun kita mesti terus-menerus berusaha, agar kehidupan bersama mendapatkan jaminan dalam hidup ini. Keselamatan dan kesejahteraan bersama menjadi andalan bagi hidup manusia.
Sebagai orang beriman, kita diajak untuk berani menegakkan keadilan dan ketertiban dalam hidup kita. Namun semua itu didasari oleh cinta yang besar kepada Tuhan dan sesama. Penegakkan keadilan yang tidak didasari oleh cinta yang mendalam hanyalah sebuah gerakan yang kurang bermakna. Mari kita menegakkan keadilan dengan dasar cinta kasih yang mendalam kepada Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. ** (Frans de Sales SCJ)
Keterangan foto: Menegakkan keadilan
Imam religius anggota Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ); sekarang Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang dan Ketua Signis Indonesia; pengelola majalah “Fiat” dan “Komunio” Keuskupan Agung Palembang.