Rangkaian Perayaan 50 Tahun Keuskupan Agats-Asmat
MIRIFICA NEWS, AGATS – Dalam rangka merayakan 50 tahun berdirinya Keuskupan Agats-Asmat, sejumlah uskup turut hadir di tanah Asmat. Ada Nuntius Apostolik untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo, Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Tanjungkarang, Mgr. Harun Yuwono, Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi, Uskup Palangka Raya, Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka dan Uskup Bandung, Mgr. Antonius Bunjamin OSC.
Mendarat di Bandara Ewer, Sabtu (23/11), pukul 8.30 WIT, rombongan disambut umat Stasi Ewer dengan prosesi singkat, lalu diantar berkunjung ke Paroki Ewer diiringi tarian, tabuhan tifa, dan barisan anak sekolah yang memegang bendera merah putih dan kuning putih (Vatikan).
Kardinal Ignatius Suharyo, mewakili rombongan yang disambut, bersyukur untuk kemeriahan dan kebersamaan pada pagi itu. “Mari kita berdoa supaya berkat tercurah senantiasa untuk umat di tempat ini (Ewer dan Asmat),” kata Kardinal Suharyo. Bersama dengan para uskup, Kardinal Suharyo memimpin doa singkat, ditutup dengan berkat.
Rombongan lalu diantar ke pelabuhan Ewer untuk melanjutkan perjalanan ke Agats. Tigapuluh menit perjalanan dengan kapal feri terlewati, ribuan masyarakat Agats sudah menanti di pelabuhan feri Agats. Marching band, tarian, tabuhan tifa, kembali meramaikan pawai keliling kota tersebut. Setelah tiba di kantor keuskupan, titik akhir dari pawai, para uskup dipersilakan untuk beristirahat.
Malam harinya, para uskup segera diantar ke Museum Keuskupan Agats untuk menyaksikan drama kolosal persembahan siswa/i sekolah di Agats. Drama tersebut menceritakan sejarah karya para misionaris hingga berdirinya Keuskupan Agats-Asmat sampai sekarang. Malam itu diakhiri dengan bernyanyi dan menari bersama, baik uskup, imam, suster, frater, segenap golongan masyarakat, turun ke depan panggung untuk bergoyang di bawah luncuran kembang api.
Demikian hari pertama para uskup setiba di tanah Asmat. Dormom oo..
Rangkaian perayaan 50 tahun berdirinya Keuskupan Agats-Asmat berpuncak pada perayaan ekaristi yang dipimpin Nuntius Apostolik untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo, bersama Uskup Agung Jakarta, Ignatius Kardinal Suharyo, bersama beberapa uskup dan puluhan imam yang berkarya di Asmat.
Adapun uskup yang turut berkonselebrasi pada misa ini: Uskup Agats-Asmat, Mgr. Aloysius Murwito OFM, Uskup Tanjungkarang, Mgr. Harun Yuwono, Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi, Uskup Palangka Raya, Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka, dan Uskup Bandung, Mgr. Antonius Bunjamin. Misa yang berlangsung mulai 09.15 WIT, Minggu (24/11), dihadiri sejumlah pejabat daerah dan ribuan umat berbagai stasi Keuskupan setempat.
“Sebagai Nuntius Apostolik untuk Indonesia, ini pertama kalinya saya datang ke tanah Papua yang indah ini.. Saya merasa sangat bahagia,” ujar Mgr. Piero Pioppo dalam kotbahnya. “Dari lubuk hati yang terdalam, mohon terimalah salam perdamaian dan persekutuan atas nama Bapa Suci, Paus Fransiskus,” lanjutnya.
Misa ini bukan hanya unik karena tema acara besarnya, tetapi juga karena begitu banyak budaya Asmat yang disisipkan dalam perayaan Ekaristi, seperti tarian yang mengarak para konselebran, pembacaan puisi, tarian persembahan khas Asmat, lagu berbahasa lokal, dan doa umat yang dibacakan dalam bahasa setempat.
Ignatius Kardinal Suharyo menyampaikan sambutannya yang membahas tentang salib 50 tahun Keuskupan Agats-Asmat. Sebelumnya, salib yang diukir oleh umat dari stasi Sawaerma ini sudah dibawa berkeliling dari paroki ke paroki dalam rangka perayaan yubileum.
“Di bagian atas, ada api. Api untuk masyarakat Asmat, adalah lambang kehidupan. Lalu di belakang patung Yesus, ada Alkitab, melambangkan Firman Tuhan yang menjadi dasar hidup kita,” katanya seraya menunjuk bagian-bagian salib tersebut. Mengakhiri sambutan-sambutan, acara diteruskan ke pemotongan kue dan pelepasan balon dengan spanduk bertemakan yubileum 50 tahun Keuskupan Agats.
Selanjutnya, rombongan uskup dan tamu undangan diantar ke sayap kanan Museum Keuskupan Agats untuk makan siang bersama. Pada malam yang sama, para uskup sekali lagi dikumpulkan, tapi untuk berkumpul secara lebih khusus dengan sejumlah tamu untuk mengakrabkan diri tentang Keuskupan Agats-Asmat dan seluk beluknya.
Nuncio, Kardinal, rombongan uskup, dan mayoritas tamu undangan dari luar Asmat akan kembali ke kota masing-masing mulai Senin (25/11). Festival Asmat Pokman yang merupakan bagian dari perayaan yubileum 50 tahun Keuskupan Agats-Asmat sendiri masih berlangsung sampai Selasa (26/11).
Peluncuran Radio Baru “FU FM”
MIRIFICA NEWS, AGATS – Setelah direncanakan sekian masa, akhirnya Keuskupan Agats-Asmat memiliki sebuah radio. Radio berfrekuensi 99,2 MHz itu diberi nama “FU FM” dengan slogan “Suara yang Memanggil.”
Kantor radio FU FM yang berlokasi di belakang aula Keuskupan Agats ini diresmikan pada Kamis, 21 November 2019 pukul 18.00 WIT. Peresmian ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan yubileum 50 tahun Keuskupan Agats-Asmat,” ujar RD Lucius Joko, direktur FU FM kepada Mirifica News.
Peresmian diawali dengan ibadat sabda yang dipimpin Mgr. Aloysius Murwito, OFM, Uskup Agats-Asmat. “FU FM.. Fu merupakan alat tradisional masyarakat Asmat untuk memanggil orang sekitar untuk berkumpul. FU FM berarti memanggil dengan suara yang lebih nyaring dan lantang,” kata Mgr. Murwito pada kotbah singkatnya. “Sekarang ini jangkauan frekuensi baru di kota Agats. Ke depan, kami harap bisa dijangkau di seluruh wilayah kabupaten Asmat,” lanjutnya.
Selain masyarakat dan biarawan/ti setempat, peresmian FU FM juga dihadiri Bupati Asmat, Elisa Kambu; Wakil Bupati Asmat, Thomas Eppe Safanpo; Sekda Asmat, Bartolomeus Bokoropces; Kapolres Asmat, AKBP Andi Yoseph Enoch, SIK; dan Uskup Palangka Raya, Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka, MSF. Ibadat sabda dilanjutkan dengan pemercikan air suci untuk kompleks kantor FU FM, diikuti ramah tamah bersama tamu undangan perayaan yubileum 50 tahun Keuskupan Agats-Asmat.
Proficiat untuk FU FM, selamat mengudara, mengabarkan kebenaran dan kabar sukacita untuk masyarakat Asmat. (RD Lucius Joko & Kevin Sanly Putera)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.