Samakah keadilan Tuhan dan keadilan yang dipraktekkan oleh manusia? Coba kita lihat keadilan yang didengung-dengungkan dan dipraktekan oleh manusia. Menurut orang-orang keadilan itu berarti orang menerima hak yang sama dengan hak orang lain. Semua orang mesti mendapat bagian yang sama, yaitu sama rasa, sama rata. Kalau tidak demikian, namanya tidak adil. Orang yang tidak bersikap dan bertindak adil itu biasanya mendapatkan hukuman.
Namun keadilan Tuhan tidak demikian. Tuhan telah menciptakan manusia dengan memberi mereka kemampuan masing-masing. Tuhan memberi rahmat kepada masing-masing manusia sesuai dengan kemampuannya pula. Karena itu, Tuhan ingin agar manusia mampu mengembangkannya dalam hidup sehari-hari.
Dalam pengajaran-Nya, Yesus menampilkan Tuhan yang begitu baik kepada manusia. Tuhan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kasih Tuhan itu tidak pandang bulu. Tuhan memberi kebaikannya kepada semua orang. Bahkan Tuhan memberi hal-hal yang baik kepada orang-orang yang jahat. Karena itu, Tuhan mengharapkan manusia tidak iri hati, ketika sesamanya mendapatkan kemurahan dari Tuhan.
Mengapa manusia tidak boleh iri hati? Karena Tuhan sudah memberi rahmat-Nya kepada masing-masing orang. Tuhan menghendaki agar manusia mampu mengembangkannya. Tidak membiarkan kemampuannya itu berlalu begitu saja.
Tuhan itu baik kepada semua orang. Tetapi Tuhan mengutamakan kebaikannya kepada mereka yang kekurangan. Kebaikan Tuhan itu total. Kebaikan Tuhan itu untuk keselamatan manusia. Karena itu, sikap manusia terhadap kebaikan Tuhan adalah berani menerima kebaikan Tuhan itu dalam hidupnya.
Soalnya adalah ada orang yang terus-menerus menuntut, agar Tuhan selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Mereka selalu berdoa memohon kepada Tuhan. Bahkan mereka memaksa Tuhan untuk mengabulkan permohonan-permohonan mereka. Benarkah demikian? Bukankah ini justru suatu ketidakadilan?
Sebagai orang beriman, kita ingin agar kita menerima apa yang menjadi belas kasihan Tuhan atas diri kita. Kita mesti yakin bahwa Tuhan selalu baik kepada kita. Tuhan tidak akan menyakiti hati kita. Tuhan tetap setia kepada kita, meskipun kita sering kali tidak setia kepadaNya. Mari kita berusaha untuk menerima kebaikan Tuhan bagi hidup kita. Menerima berarti kita ingin mengandalkan Tuhan dalam hidup kita.
Untuk itu, kita mesti mengubah sikap pandang kita. Kita mesti berusaha untuk tidak iri hati kepada sesama yang sukses dalam hidupnya. Mereka yang sukses itu sungguh-sungguh menggunakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Mampukah kita menggunakan kebaikan Tuhan bagi pertumbuhan hidup kita, baik jasmani maupun rohani?
Tuhan memberkati.
Keterangan foto: Menerima anugerah, Ilustrasi dari www.hidupkatolik.com
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019