“Jangan Takut, Aku Besertamu: Komunikasikan Harapan dan Iman” Refleksi Tema Pesan Paus Fransiskus untuk Hari Komunikasi Sedunia ke-51
RD. Kamilus Pantus
MEDIA memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Namun tidak semua yang diberitakan media dapat bermanfaat bagi konsumen berita. Peran media yang memiliki andil besar dalam membentuk opini publik, pada saat menyampaikan informasi, perlu pertimbangkan banyak hal berkaitan dengan etika.
Dominasi media untuk selalu menghadirkan berita buruk dan yang melecehkan/merendahkan harkat dan martabat manusia, bagi konsumen berita yang hanya melihat dari sisi tragisnya peritiwa dapat menjerumus mereka pada rasa takut, cemas dan gelisah. Bagi sebagaian orang, bisa melihatnya sebagai bahan pembelajaran untuk tidak boleh berprilaku yang sama. Namun ada juga yang melihatnya hanya sebagai penambahan informasi. Berita-berita buruk seperti kriminal, peperangan, sara, dapat mempengaruhi atau menuntun mereka pada rasa takut, cemas dengan keamanan diri dan lingkungannya.
Harapan besar bagi pelaku media agar pada saat menyampaikan pesan melalui media, tidak boleh hanya memikirkan apakah berita tersebut memiliki nilai jual yang tinggi, melainkan juga memikirkan dampak yang akan terjadi terhadap narasumber, pihak-pihak yang terkait dengan kejadian itu, maupun audience yang menjadi konsumen berita tersebut.
Media seharusnya memperhatikan juga keseimbangan ketika mempublikasikan berita. Hal-hal baik yang muncul dalam keseharian masyarakat perlu ditulis dan dipublikasikan. Berita baik yang disampaikan media kepada pembaca, pemirsa, dan pendengar dapat menjadi bahan refleksi bagi orang Kristen tentang hakekat diri Allah maha Cinta. Allah yang selalu ada bersama dengan kita dan menuntun setiap orang berkehendak baik mewujudkan imannya dalam kata dan kesaksian hidup.
Kehadiran Yang Ilahi dalam hidup manusia beriman, menjadi kekuatan agar semakin berani menegakkan kebenaran iman, harapan dan kasih dalam hidup manusia masa kini.
Kata-kata peneguhan dari Allah “Jangan takut sebab Aku besertamu adalah sebuah kebenaran iman yang diungkapkan Yesaya 43:5 bahwa Allah tidak pernah meninggalkan manusia. Dia ada bersama manusia . Memberikan kekuatan kepada manusia untuk berani menjadi “corong’” yang menyuarakan harapan dan iman kepada sesama yang hidup pada zaman kini.
Sabda Allah, “Jangan Takut sebab Aku besertamu” adalah kata-kata peneguhan yang sangat dibutuhkan manusia saat ini. Dalam keyakinan ini, manusia dengan penuh percaya diri mengkomunikasikan harapan dan imannya bagi sesama mulai dari Komunitas terdekat.
Memiliki keberanian untuk mengkomunikasikan iman, harapan dan kasih kepada manusia masa kini adalah panggilan untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan, manusia berkehendak baik dan pelaku media.
Bapa Suci Paus Fransiskus, melihat pentingnya iman dan harapan dikomunikasikan kepada manusia yang hidup pada masa kini. Maka untuk hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-51 yang akan dirayakan 28 Mei 2017, Bapa Suci mengangkat tema : “Jangan Takut, Aku Besertamu: Komunikasikan Harapan dan Iman”. Tema ini mengajak semua orang beriman melihat bagaimana cara Tuhan bekerja kepada manusia. Dia bukan Allah yang membiarkan, memisahkan diri, melainkan Allah yang ada bersama. Dia hadir secara aktif menolong manusia agar berani mengkomunikasikan harapan dan iman kepada generasi sekarang.
Tugas ini melekat pada semua orang beriman untuk dengan caranya masing-masing mengkomunikasikan harapan dan iman. Iman merupakan operasi intellect atau akal budi (kata St. Thomas), dimana kita bekerja sama dengan rahmat Allah, sehingga kita dapat menjawab panggilan-Nya dan percaya akan apa yang difirmankan-Nya.
Iman dapat didefinisikan sebagai suatu persetujuan akal budi yang kokoh kepada kebenaran, yang bukan berdasarkan perasaan, namun berdasarkan kesaksian saksi. Artinya kalau seseorang masih ragu-ragu akan kebenaran tersebut, maka dapat dikatakan ia belum sungguh-sungguh beriman.
Harapan dalam konteks yang natural adalah keinginan akan sesuatu. Namun kalau ditempatkan dalam konteks spiritual, makna kata harapan mengarah pada kerinduan untuk mencapai Surga, hidup kekal bersama dengan Allah.
Harapan dibangun berdasarkan iman. Tanpa iman, maka manusia tidak akan mempunyai harapan yang kokoh. Sebaliknya dengan memiliki harapan yang didasarkan atas iman, manusia mampu untuk menghadapi segala tantangan apapun guna mencapai hidup kekal di Surga.
Keyakinan ini kadang memudar dalam diri orang beriman saat ini. Manusia yang diterpa dengan aneka persoalan yang mereka alami sendiri, maupun yang mereka saksikan melalui media, mengkerdilkan semangat mengobarkan iman dan harapan. Semoga dengan gerak bersama yang dimotori Bapa Suci, Gereja Katolik di seluruh dunia boleh bangkit bersama menghayati, menghidupkan dan mengkomunikasikan harapan dan iman.
Melalui tema ini, Bapa Suci mengundang kita semua untuk merenungkan khabar baik bahwa Allah tidak pernah berhenti menjadi sosok Bapa – untuk semua orang, dalam segala situasi. “Marilah kita belajar untuk mengkomunikasikan iman dan harapan dalam sejarah masa kini.
Imam diosesan (praja) Keuskupan Weetebula (Pulau Sumba, NTT); misiolog, lulusan Universitas Urbaniana Roma; berkarya sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) KWI, Juli 2013-Juli 2019
Literasi media, dengan demikian, turut membangun iman yang kuat.
Terima kasih, Pater.
Shalom.
Abang ini hanya refleksi saya atas tema hari komunikasi 2017 yg sdah diumumkan 26 september 2016. Bagaimana isi lengkap dari tema tersebut, kita tunggu publikasinya 24 januari 2017.
Komentar ditutup.