BAGI saya, hari ini bukan saja salah satu pesta terpenting Bunda Maria sepanjang tahun liturgi, namun hari ini menjadi penting karena untuk kedua kalinya selama menjadi uskup, saya dapat kesempatan untuk memimpin misa pentahbisan. Oleh karena itu, saya mengucapkan limpah terimakasih kepada Mgr. Pascalis Bruno Syukur OFM, yang berkat kebaikan dan keugahariannya ala fransiskan, mengundang saya hadir di sini.
Saya menyampaikan salam kepada Beliau serta para imam dan umat Keuskupan Bogor, orangtua para tertahbis dan keluarga spiritual mereka, yaitu keluarga Fransiskan dan keluarga Karmelit Santo Elia. Saya membawa berkat Paus Fransiskus untuk saudara sekalian. Saya juga mengajak kita semua untuk berdoa bagi Bapa Suci, yang selalu minta untuk didoakan.
Selain itu, hendaknya doa kita menyokong dan menuntun para diakon dan imam baru, dan juga bertujuan untuk meminta kepada Tuhan anugerah panggilan imamat serta panggilan hidup bakti yang kudus dan berlimpah. Doa untuk panggilan, yang sesuai dengan permohonan Yesus kepada Bapa untuk mengutus para pekerja ke ladangNya, dan yang karenanya harus didoakan terus menerus setiap hari, merupakan doa yang meliputi seluruh Gereja: yakni para keluarga, paroki dan sekolah, di mana bertumbuh panggilan-panggilan; kaum muda yang sedang berupaya meraih masa depan mereka; para imam, para biarawan dan biarawati, agar tetap tekun dalam jalan yang telah Tuhan tetapkan bagi mereka.
Keikutsertaan pada tahbisan suci ini menggugah kita untuk selalu lebih berdoa untuk ujud ini yang begitu penting dan sangat berarti bukan hanya bagi Gereja, namun juga bagi dunia.
Sebelum penderitaanNya, Tuhan Yesus bersabda kepada para rasulNya: “Apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari DiriNya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari padaKu” (Yoh. 16: 13-14).
Dibimbing Roh Kebenaran ini, melalui iman yang dihayati umat kristiani, berkat perayaan liturgi suci, melalui hasil permenungan para teolog dan ajaran Bapa Suci bersama para Uskup, Gereja memperoleh pemahaman Sabda Tuhan yang semakin kaya dan mendalam.
Begitulah apa yang terjadi dengan dogma yang menjadi pusat perayaan hari ini: yaitu Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Di bawah bimbingan Roh Kudus yang membawa kita pada seluruh kebenaran, Gereja berhasil memahami dengan lebih baik makna perkataan Malaikat yang kita dengar dalam Injil saat ia menyebut Maria “penuh rahmat”. “Sepanjang sejarahnya Gereja sungguh menyadari bahwa Maria ‘yang dipenuhi rahmat’, telah ditebus sejak dalam kandungan” (CCC 491).
Ia telah dijauhkan dari warisan asal Adam, yakni warisan yang berasal dari dosa yang dikatakan dalam bacaan pertama, yang akibatnya menimpa setiap pria dan wanita yang tidak dapat dibebaskan kecuali melalui Sakramen Pembaptisan.
Sesungguhnya, seperti dikatakan oleh Perawan Maria sendiri dalam “Magnificat”, Tuhan “telah melakukan perbuatan-perbuatan besar” bagi hambaNya yang hina. Sungguh, “Ia telah memperoleh penebusan berkat anugerah Puteranya. Melebihi seluruh makhluk ciptaan, Bapa telah mengaruniakan segala berkat rohani di dalam surga, melalui Kristus (Ef. 1:3)” (CCC492).
Jadi, lewat kandungan yang tak bercacat, Tuhan telah mempersiapkan sebuah kediaman yang pantas untuk menerima PuteraNya yang menjelma menjadi manusia, seperti dikatakan liturgi hari ini (lih. doa pembuka). Secara unik, sejak awal mula Tuhan telah menghendaki agar Maria begitu suci dan tak bercacat dalam hal kasih, seperti dikatakan S. Paulus dalam bacaan kedua yang baru saja kita dengarkan.
Namun, rencana Tuhan, menurut Santo Paulus, tidak hanya menyangkut Perawan Maria saja, tetapi juga meliputi semua orang agar mereka juga hidup kudus dan tak bercela. Ini menyangkut sebuah rencana bagi seluruh manusia yang terwujud melalui panggilan personal yang ditentukan Tuhan, entah melalui hidup berkeluarga atau imamat maupun hidup bakti. Semua bentuk panggilan hidup ini merupakan jalan yang berbeda guna menghayati panggilan yang satu-satunya, yakni menjadi kudus dan tak bercela.
Begitu juga panggilan para diakon dan imam baru ini menjadi bagian dari rencana Tuhan yang besar yang menghendaki agar kita menjadi kudus dan tak bercela. Dalam hidup pelayanan dan hidup mereka sebagai diakon dan imam, mereka harus menjadi demikian, dan hanya bila mereka kudus dan tak bercela, pelayanan mereka akan membangun Gereja, akan menjadi terang yang menyinari seluruh manusia dan akan menarik semua orang kepada Tuhan.
Sudah barang tentu Tuhan juga mempergunakan para pelayan pendosa dan keabsahan Sakramen tidak tergantung dari kekudusan orang-orang yang mempersembahkannya, namun alangkah tidak masuk akal jika mereka merayakan Sakramen dan mewartakan Sabda Tuhan tanpa menghayatinya secara pribadi demi pembaharuan kehidupan diri sendiri.
Menjadi milik Tuhan
Para tertahbis terkasih, dalam kehidupan dan pelayanan, Anda haruslah menjadi milik Tuhan sepenuhnya: ini berarti bahwa Anda harus menjadi suci.
Agar bisa demikian, kalian harus menyatu dengan Dia dalam doa, terutama lewat doa brevir yang kalian doakan setiap hari juga bagi umat kristiani, yang kalian pimpin dan bimbing dalam hidup doa. Hendaklah Anda setia dalam doa dan berkesaksian doa, terutama dengan menyediakan waktu di gereja, di hadapan Ekaristi.
Agar menjadi milik Tuhan sepenuhnya, kalian harus melepaskan pertalian duniawi, menjahui diri dari segala kekayaan dan bentuk penampilan yang palsu. Jangan menjadikan imamat kesempatan untuk memperoleh kekayaan bagi diri kalian atau untuk kerabat kalian. Jangan membuat pelayanan kalian untuk bersenang-senang, bahkan sampai hidup bermewah-mewah.
Kalian harus bersikap bebas dari ego, dengan hidup patuh kepada Gereja dan kepada atasan kalian yang sah. Pelayanan kalian dilaksanakan melalui penghayatan presbiterium keuskupan atau lembaga religius kalian dan dalam persekutuan dengan Paus, Para Uskup dan Pimpinan yang sah. Upayakanlah persatuan dengan komunitas kalian dan jangan menciptakan pemisahan dan perpecahan.
Kalian harus bebas dalam hati, yang hanya diperuntukkan bagi Tuhan melalui hidup selibat, yang memampukan kalian untuk mencintai setiap orang tanpa sama sekali ingin memilikinya. Upaya ini harus dijaga setiap hari dengan berdoa, melalui anugerah Sakramen dan pertobatan. Jangan membiarkan keadaan dan relasi tidak jelas mengaburkan kesaksian ini, membahayakan panggilan kalian dan mengakibatkan skandal.
Menjadi pelayan kudus dan tak bercela
Tahbisan yang kalian terima hari ini menuntut agar kalian menjadi kudus dan tak bercela. Hidup Anda adalah sebuah panggilan, bukan sebuah pekerjaan seperti halnya pekerjaan banyak orang lain yang perilakunya apa saja dapat diterima! Anda perlu menjadi demikian pertama-tama, agar kemudian bisa menjadi pelayan Tuhan yang sungguh-sungguh!
Tuhan memanggil semua orang menjadi kudus dan tak bercela. Santo Paulus berkata: “Kristus telah mengasihi jemaat dan telah meyerahkan dirinya bagiNya untuk mengusudkannya” dan menempatkan gereja di hadapanNya “dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela” (Ef. 5: 25-27).
Para tertahbis yang terkasih, Tahbisan Imamat diberikan bukan sebagai privilese di hadapan umat kristiani, melainkan agar mereka para Pelayan Tuhan menjadi berkat bagi sesamanya dalam menghayati panggilan mereka menjadi kudus dan tak bercela. Misi kita adalah membuat setiap jiwa dan setiap komunitas menjadi Mempelai Kristus yang suci dan tak bernoda.
Hal ini berarti bahwa para imam dan diakon pasti bukanlah tokoh-tokoh politik, pekerja sosial, manajer, psikolog, usahawan… dan lain sebagainya… namun mereka harus sanggup mewujudkan berkat yang hanya mereka saja bisa berikan, yaitu: Sabda Allah dan Sakramen-Sakramen. Perlulah para imam dan diakon mengingat hal ini sehingga hanya inilah yang menjadi tugas pelayanan mereka, bukan yang lain!
Para tertahbis terkasih, sebagai pelayan Sabda, saya mohon Anda menyampaikan dan membawakannya dengan sungguh-sungguh dan persiapan yang mendalam, tanpa improvisasi. Saya meminta Anda untuk mewartakan iman Gereja yang diwartakan oleh Bapa Suci dan Para Uskup, dan bukan pendapat pribadi Anda, sekalipun itu merupakan pendapat para teolog yang ternama.
Saya mengajak Anda memberikan makanan rohani yang berbobot yang menyegarkan iman dan kehidupan; memang benar bahwa khotbah jangan sampai membosankan, namun untuk itu jangan lalu kita membuatnya menjadi serangkaian dagelan dan celotehan agar membuat orang tertawa!
Para tertahbis tercinta, saya mohon Anda merayakan Liturgi kudus dengan benar, sambil menyimak dengan setia norma-norma Gereja, dan mengingat kutipan Konsili Vatikan II tentang hal tersebut yang mengatakan: “Tidak seorangpun, sekalipun ia seorang imam, boleh menambahkan, meniadakan atau mengubah sesuatu dalam hal Liturgi atas prakarsa sendiri” (SC 22).
Ajarilah dan bimbinglah umat beriman sedemikian rupa untuk menyelami doa agung Gereja, tanpa memanipulasinya, tanpa mengubahnya, tanpa menyepelekannya agar umat belajar bagaimana berdoa dengan lebih baik dan bersatu dengan Tuhan.
Para tertahbis yang terkasih, hendaknya jadilah pelayan pengampunan yang setia dalam Sakramen Pengakuan. Pertama-tama Anda sendiri seharusnya sering menerima sakramen tobat terlebih dahulu. Sediakanlah diri Anda untuk menawarkannya kepada umat, dengan menyisihkan waktu secara teratur untuk ini.
Ajarkanlah pentingnya menerima Sakramen ini secara teratur (tidak cukup hanya dua kali setahun, bila mungkin!), agar umat dapat menerima Komuni secara layak. Pesta Maria Dikandung Tanpa Noda mengingatkan kita bahwa Tuhan telah berdiam dalam tubuh Maria karena ia tanpa dosa. Apakah Tuhan yang datang dalam diri kita saat Komuni, mendapatkan kediaman yang bersih, tanpa dosa, seperti dalam diri Maria?
Penting kiranya, bahwa umat sendiri berupaya memperoleh hal seperti ini dari imam mereka tanpa mencari hal-hal lain. Seperti misalnya, memperoleh rekomendasi, atau keuntungan atau pertemanan guna meraih prestasi atau bantuan material, atau bahkan persekongkolan untuk melaksanakan hal yang buruk.
Saya yakin bahwa kita akan memiliki lebih banyak panggilan imamat dan religius, bila di kalangan umat, misi seorang imam lebih dihormati karena disadari akekatnya serta anugerah apakah yang dapat kita peroleh darinya. Saudara-saudari yang terkasih, sambil menyambut para imam dan diakon baru ini, marilah kita bertanya: apa yang kita harapkan dari mereka? Apakah kita menjumpai mereka untuk mendengarkan Sabda Tuhan dan menerima Sakramen-Sakramen? Sungguh benarkah hal-hal ini begitu penting bagi kita?
Para tertahbis terkasih, panggilan kita tentulah sesuatu yang sangat dibutuhkan dan menuntut tanggungjawab besar bukan hanya bagi keselamatan pribadi kita, melainkan juga bagi keselamatan seluruh jiwa-jiwa. Namun ingatlah bahwa menjadi diakon dan imam itu merupakan suatu kebahagiaan yang besar.
Jika kalian tetap setia pada tugas-tugas kalian yang berkaitan dengan tahbisan, hidup kalian akan mengalami kepehuhan, dan kalian pun, sebagai orang yang meninggalkan seluruhnya bagi Tuhan, akan menerima seratus kali lipat – tentu saja disertai salib – dan akhirnya kehidupan abadi.
Ingatlah juga bahwa Anda sekalian tetap disertai Perawan Maria Yang dikandung Tanpa noda: Yesus dari atas salib telah menyerahkan rasul Yohannes beserta segenap rasul Tuhan kepadaNya. Kepada Bunda ini, Yesus secara istimewa mempercayakan mereka yang mengabdikan diri sepenuhnya bagi pelayanan Kerajaan Tuhan.
Kepada Bunda Yang Tak Bernoda ini, kita mohon untuk melindungi para tertahbis, agar dia juga menyertai para imam kini dan esok, menjaga panggilan mereka, membuat mereka bertekun sampai akhir dan merindukan kekudusan bagi banyak orang. Kepada Bunda Maria ini, kita mohon bimbingan supaya umat beriman mencari para imam terlebih dan terutama sebagai pemberi Sabda Tuhan dan Sakramen-Sakramen untuk menjadikan kita kudus dan tak bercela. Amin.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.