RAPAT pleno ketua komisi komsos se-Indonesia yang berlangsung di Kota Sorong, Papua (13-19 Agustus 2018) menjadi sangat istimewa karena dihadiri semua ketua komisi komsos/utusan dari semua keuskupan di Indonesia. Karenanya laporan karya pastoral komisi komsos periode tahun 2015 hingga 2018 sangatlah lengkap.
Hari pertama rapat pleno, Rabu (15/8) diisi dengan pemaparan laporan masing-masing keuskupan dari Regio Sumatera, Regio Kalimantan, Regio Papua, Regio MAM dan Regio Nusra. Hasilnya semua komisi komsos keuskupan telah menjalankan program yang dirancang, dengan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda. Ada yang melaksanakan semua, ada yang sebagian. Yang belum sempat membuat program akan memulainya setelah pertemuan.
Dari hasil presentasi lima regio ditemukan beberapa kegiatan yang diprogramkan dan dilaksanakan tiap-tiap keuskupan diantaranya pelatihan/kursus seperti pelatihan jurnalistik media cetak dan elektronik, online dan website. Pelatihan pembuatan film pendek, video, program acara siaran (radio/tv), serta penulisan kreatif/latihan menulis.
Juga kegiatan pelayanan pastoral seperti menerbitkan majalah, buletin, mading, berita paroki, informasi/pengetahuan iman, bahan pendalaman iman, renungan, doa, produksi video/film pendek untuk katekese, pendalaman iman, penyadaran masalah sosial, ekologi, renungan, dan animasi.
Siaran radio yang berisi berita gereja/keuskupan, berita umum, talkshow, renungan, kotbah, misa, devosi, pembinaan iman, baik melalui radio keuskupan maupun radio partner jejaring (Pemda/RSPD, radio swasta lainnya) juga dilakukan di beberapa keuskupan.
Juga ada program-program pengeloaan media sosial seperti fb, whatsapp, youtube dengan konten-konten refleksif-spiritual, pembinaan serta berbagi info dan berita yang penting/bermanfaat. Seminar/lokakarya berkaitan dengan komsos. Termasuk pelayanan ke sekolah-sekolah melalui kegiatan animasi/pelatihan, pembinaan dan pendampingan berhubungan dengan pemanfaatan media sosial.
Meski kelihatannya menggembirakan karena banyak kegiatan sudah dilakukan, beberapa kendala dialami sehingga tidak semua program bisa dituntaskan.
“Adanya kemunduran. Dalam sejarah pernah ada komsos di keuskupan mengalami kemajuan dan sekarang tidak lagi, baik karena kehilangan personal yang mumpuni, kehilangan sarana/pra-sarana, dokumentasi atau arsip yang tidak baik. Ada juga kegiatan yang terpaksa harus dihentikan karena halangan hukum (seperti pengurusan izin siar yang belum tuntas) atau terpaksa tidak diteruskan. Juga karena pihak jejaring kerja membatalkan atau tidak meneruskan (TVRI/RRI).”ujar pengamat sidang pleno, RP Petrus Aman, OFM.
Meski demikian, Dosen Teologi Moral STF Driyarkara/Unika Atmajaya ini juga mengungkapkan adanya perkembangan dan kemajuan yang dicapai komsos-komsos keuskupan.
“Semakin banyak program serta pilihan-pilihan bentuk kegiatan yang semuanya terhubungkan dengan “hal-hal yang menakjuban” (sarana/media komunikasi teknologi tinggi),”ujar Aman.
Menurut Aman, hal itu memperlihatkan kemajuan dalam karya pelayanan di bidang komsos. Kemajuan itu juga dilihat oleh sejumlah pencapaian, seperti pemanfaatan secara efektif medsos, sarana audio-visual untuk pelayanan pastoral Gereja di bidang iman/pastoral, katekese dan sosial. Kerja sama yang makin luas dan terus dirawat dengan pelbagai pihak merupakan tanda kesungguhan dan perhatian dalam bidang pelayanan yang dipercayakan.
Praktisi di bidang Public Relation, Tim Komsos KWI