SAAT ini perkembangan sarana teknologi komunikasi semakin pesat. Internet sebagai sarana komunikasi kini bukan menjadi hal yang tabu bagi masyarakat. Internet sebagai sarana komunikasi sosial merupakan hasil dari kemajuan iImu pengetahuan dan teknologi.
Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial, dalam dokumen “Gereja dan Internet” mendefinisikan bahwa sarana komunikasi sosial merupakan alat kuat bagi pendidikan dan pengayaan budaya, kegiatan dagang dan keterlibatan politik, bagi dialog dan pemahaman antar budaya, dan, dapat juga sebagai sarana untuk melayani perkara agama.
Melalui Sambutan untuk Perayaan Hari Perdamaian Dunia (2001) Sri Paus mengatakan “Pemanfaatan internet dapat membantu orang-orang menggunakan kebebasan dan demokrasi secara bertanggung jawab, mengembangkan jangkauan pilihan-pilihan yang tersedia di berbagai bidang kehidupan. Memperluas cakrawala pendidikan dan kebudayaan, menghapus batasan-batasan, memperjuangkan kemajuan kemanusiaan dengan beragam cara”.
Beberapa ciri khas internet sebagaimana juga dikemukakan Sri Paus (Etika Komunikasi, n. 2) :
- Instan
- Seketika
- Mendunia
- Desentralisasi
- Interaktif
- Berkembang tanpa batas dalam hal isi dan jangkauan
- Fleksibel dan sangat adaptif.
Pesatnya perkembangan internet tersebut ditanggapi Sri Paus dengan memaparkan Pandangan Gereja Katolik. Pandangan ini dijadikan sebagai titik tolak partisipasi Gereja dalam dialog lintas sektor masyarakat, terutama kelompok-kelompok keagamaan lain mengenai perkembangan dan penggunaan alat teknologi yang mengagumkan ini. Gereja Katolik, bersama lembaga keagamaan lainnya, dituntut kehadiranya secara aktif dalam Internet dan menjadi mitra dialog publik.
Gereja tidak bermaksud untuk mendikte keputusan-keputusan dan pilihan seseorang, namun berusaha untuk membantu dengan menunjukkan kriteria etis dan moral yang relevan terhadap proses ini – kriteria yang harus ditemukan baik dalam nilai-nilai universal maupun nilai-nilai kristiani.
Saat ini internet banyak digunakan untuk hal-hal baik. Harapannya tercipta banyak hal positif lagi, sekalipun banyak hal negatif juga terjadi karena penggunaan internet tidak tepat. Dampak yang ditimbulkan tergantung dari beberapa pilihan. Guna menentukan pilihan, Gereja menyampaikan dua sumbangan penting (Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial, Etika dalam Komunikasi, n. 5.) yakni: Komitmen Gereja terhadap hak azasi manusia dan Moral tradisional Gereja Katolik.
Seperti halnya dengan sarana komunikasi sosial lainnya, orang dan komunitaslah yang merupakan elemen sentral untuk penilaian moral terhadap internet. Berhubungan dengan pesan yang disampaikan, proses penyampaian, isu-isu struktural dan sistemik dalam komunikasi, (Ibid., n. 21) menekankan prinsip moral yang mendasar adalah sebagai berikut:
“Manusia dan komunitas manusia adalah tujuan dan ukuran penggunaan sarana komunikasi sosial. Komunikasi hendaknya dilakukan demi perkembangan orang-orang seutuhnya”.
Dan dalam Dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et spes, n. 26; bdk. Katekismus Gereja Katolik:
“Kesejahteraan umum, “keseluruh kondisi kehidupan masyarakat, yang memungkinkan, baik bagi kelompok maupun bagi setiap anggota, untuk mencapai kesempurnaan diri mereka sepenuhnya dan secepatnya”
Hal itu harus dimengerti secara utuh sebagai keseluruhan tujuan yang bersama-sama diusahakan untuk dicapai oleh para anggota komunitas dan yang dilaksanakan serta dilestarikan oleh keberadaan komunitas. Kesejahteraan individu-individu tergantung pada kesejahteraan umum komunitas mereka. Komitmen yang teguh untuk melaksanakan solidaritas demi pelayanan kesejahteraan umum dalam dan antar bangsa-bangsa harus memberi bentuk dan menuntun kita dalam menggunakan teknologi informatika yang saat ini berkembang yakni internet. Teknologi ini bisa menjadi sarana untuk memecahkan masalah-masalah kemanusiaan, meningkatkan perkembangan manusia seutuhnya, menciptakan dunia yang diwarnai oleh keadilan, kedamaian dan kasih. dinyatakan oleh Instruksi Pastoral tentang sarana-sarana komunikasi sosial Communio et progressio no. 19:
“Sarana yang dimaksud memiliki kemampuan untuk menjadikan setiap orang di mana pun “berpartisipasi dalam masalah-masalah berat dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh setiap orang dan seluruh masyarakat”.
Internet dapat membantu menjadikan pandangan ini menjadi kenyataan bagi orang, kelompok, bangsa, dan seluruh umat manusia, jika digunakan dalam terang prinsip-prinsip etika yang jelas dan sehat, khususnya keutamaan solidaritas. Hal itu akan bermanfaat bagi semua orang
Bapa Suci mengajak kita untuk terus berupaya menerapkan etika baik dalam berinternet. Hal ini menjadi perhatian Gereja secara khusus sebagai upaya mengembangkan pengetahuan tentang hak dan kewajiban moral dalam pemakaian sistem informasi bagi pengguna internet.
Jika internet dimanfaatkan dengan cara yang baik dan bertanggung jawab maka dapat memberikan sumbangan berharga bagi kehidupan manusia. Diantaranya, menumbuhkan kemakmuran dan kedamaian, perkembangan intelektual dan estetika, saling pengertian antar orang-orang dan bangsa-bangsa dalam lingkup global.
Sumber: John P. Foley, Ethics in Internet, Feast of the Chair of St. Peter the Apostle, Vatican City, 2002.
Staf Komisi Komunikasi Sosial, Konferensi Waligereja Indonesia, sejak Januari 2019-…