Beranda KOMSOS KWI PEKAN KOMSOS Internet dan Media Sosial, Ancaman Atau Harapan?

Internet dan Media Sosial, Ancaman Atau Harapan?

TAHUKAH Anda kapan internet ditemukan, siapa penemu Facebook, apa alamat website Komsos KWI? Demikian beberapa pertanyaan yang diajukan Errol Jonathans ketika memulai seminar dampak media sosial kepada para siswa yang hadir di aula Seruni, Weetebula (28/5). Seminar ini termasuk rangkaian acara Pekan Komunikasi Sedunia ke-48 hasil prakarsa Komsos KWI di Keuskupan Weetebula.

“Indonesia termasuk pengguna super aktif dalam dunia internet. Dengan penduduk 234 juta, 13% atau 29,4 juta mempunyai akun Twitter. Ini adalah peringkat nomor lima di dunia. Untuk aktivitas Twitter, kita malah nomor wahid di dunia. Sedangkan pengguna Facebook Indonesia termasuk nomor empat di dunia dengan 65 juta pengguna,” demikian paparan sekilas data internet oleh dosen komunikasi yang sudah puluhan tahun menggeluti dunia media massa ini.

Tantangan media online
Errol mengingatkan media online jangan langsung dipercaya tanpa verifikasi. Media online yang negatif mengandung sifat anonim, sulit dikendalikan, abai etika, subjektif, fakta meragukan, dan tanpa tanggungjawab. Waspadai saluran informal berwujud desas-desus dan informasi yang tidak resmi sumbernya.

Tantangan lain adalah ketika isu internal menjadi isu publik. Maka para pengguna internet diimbau untuk berhati-hati memposting status atau tulisan di sosial media.

Kepada para peserta yang terdiri dari pelajar SMP, SMA, sampai perguruan tinggi yang hadir, Errol juga memaparkan tentang tahapan generasi yang dikenal dalam manajemen yaitu Baby boomers, Gen Y, Gen X, dan Gen Z. Masing-masing generasi memiliki karakteristik berlainan.

Fakta netizen
Masyarakat pengguna internet atau yang diistilahkan sebagai netizen memiliki beberapa karakter dasar yaitu: (1) Komunikasi sosial tatap muka sudah digantikan oleh komunikasi maya; (2) Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat; dan (3) Mengalami ketergantungan di luar kesadaran terhadap internet.

Secara umum bisa dilihat bahwa budaya pengguna telah mengalahkan budaya pencipta. Untuk bisa beradaptasi dengan baik terhadap kemajuan teknologi komunikasi, orang mesti konsisten menggali pengetahuan dan terampil menggunakannya.

“Manusia global bercirikan sembilan kunci yaitu passion, fokus, open mind, inisiatif, berpikir kreatif, bertindak sinergis, menguatkan relasi, dan integritas ,” demikian urai Errol yang berdomisili di Surabaya ini.

Perjumpaan sejati
“Walaupun sekarang tersedia teknologi praktis dan murah, tetapi tatap muka tetap merupakan komunikasi yang paling humanis. Perjumpaan sejati lebih mudah terwujud dengan temu darat tersebut dibanding temu maya,” demikian ungkap Errol.

Dalam sesi tanya jawab, Errol berpesan agar para siswa tidak perlu menginginkan barang bagus yang tidak dibutuhkan. Manusia jangan sampai dikendalikan oleh teknologi. “Apa yang kita buat itulah yang menentukan kepribadiaan kita, bukan apa yang kita punyai,” pesan Errol menutupi presentasinya.

Para peserta yang berjumlah sekitar 200 orang berasal dari lima SMA, SMK, BLK, STKIP, dan Seminari Menengah Sinar Buana Keuskupan Weetebula, Sumba.

Keterangan foto: Errol Jonathans (Sesawi.Net/Mathias Hariyadi)