MIRIFICA.NET – Hari kedua PKKI ke-XII, 10 September 2022, menghadirkan empat panelis untuk berbagi tentang karya dan pelayanan yang telah dilakukan saat pandemi Covid-19 merebak di Indonesia. Bersama Romo Cornelis Fallo, SVD sebagai pemandu sesi, para narasumber: Romo Antonius Danang Bramasti, SJ sebagai direktur Sekolah Kanisius Cabang Magelang, Romo Martinus Sutomo, Pr sebagai direktur karina KAS, Sr. Mariyati, CB pengelola Syantikara Youth Center, dan Bapak Yosef Onesimus Kepala sekolah Kanisius Kenalan, berbagi kepada para peserta PKKI.
Romo Danang berbagi bagaimana katekese mendidik anak-anak misioner. Katekese mendidik anak-anak misioner adalah memancarkan ajaran Kristiani, Injil harus diwartakan melalui kesaksian hidup kontekstual, keterlibatan partisipatif, fasilitator, terencana, berbasis data dan transformatif.
Sejatinya ada tiga unsur utama dalam pembelajaran: membaca (mengamati, menganalisa), matematika (logis, sebab, akibat), sains (memecahkan masalah). Tiga unsur ini juga sama halnya dengan katekese. Katekese berbicara tentang apa yang dilihat, dikatakan, ditulis. Sedangkan katekis-nya memfasilitasinya.
Sebagai contoh kegiatan yang dilakukan di SD Kanisius Kenalan, sudah 6 tahun melakukan merdeka belajar. Para siswa diajak untuk tilik belik (meninjau sungai), remeng peken (meninjau pasar), sobowono (jalan-jalan ke hutan), nyinau batik (belajar batik), sabawana (meneliti tanah), dan tospo (tilik orang sakit). Semua kegiatan ini dimaksudkan supaya siswa lebih merdeka dalam belajar dan seimbang teori dan praktik. Seperti menjadi anak misioner, bersemangat lebih lewat doa dan aksi. Bapak Onesimus menambahkan bahwa para murid di SD Kanisus Kenalan sudah diberikan ruang berekspresi dan berefleksi. Refleksi ini penting untuk merefleksikan diri dan merumuskan aksi. Dengan kurikulum yang dijalankan ini, UNESCO tertarik untuk mengunjungi dan melihat langsung dinamika di SD Kanisius Kenalan.
Berbeda dengan Romo Danang, Romo Sutomo berbagi bagaimana Karina KAS, lembaga pastoral milik Keuskupan Agung Semarang yang bergerak di bidang kebencanaan, membantu masyarakat ketika terjadi bencana. Bencana yang telah telah dibantu diantaranya adalah bantuan bencana banjir di Gunungkidul hingga bekerja sama dengan pemerintah merespon bencana pandemi. Romo Sutomo menambahkan bahwa tugas utama Karina KAS adalah merespon dan membantu ketika ada bencana, jika tidak ada bencana program yang dilakukan adalah mendampingi relawan-relawan dan berjejaring dengan lembaga agama seperti Muhammadiyah, Dompet Dhuafa, Islamic Aid, dll.
Karina KAS sebagai tangan Gereja Katolik dalam mewartakan kasih Kristus menghadirkan kabar baik bagi mereka yang menderita karena pandemi Covid-19 dengan tindakan konkrit (diakonia). Karina KAS juga berkerja sama dengan mereka yang berkehendak baik apapun agamanya, bersama-sama melaksanakan karya kemanusiaan. Di era digital ini pula Karina KAS dapat mengembangkan pelayanan dan menghadirkan sapaan Kristus di zaman sekarang sesuai situasi, kondisi dan kebutuhan zaman sekarang.
Sr. Mariyati, CB memberikan pengalaman apa yang sudah dilakukan di Syantikara Youth Center (SYC) selama ini. Dengan menghidupi motto ‘Bertumbuh, Berkembang, dan Berbagi’ SYC menjadi rumah Youth Center yang terbuka untuk semua kalangan dan kegiatan lintas iman. Di masa pandemi ini SYC membuka diri dan senantiasa menyalurkan bantuan kepada siapa saja yang membutuhkan. Hal konkrit yang dilalukan diantaranya adalah peduli anak kos dengan membantu menyediakan makanan, menjadi shelter Syantikara untuk orang yang terpapar Covid-19, Menjadi Sahabat Isoman, mengadakan kegiatan Lintas Iman, hingga melakukan kegiatan Advent bersama Srikandi Lintas Iman. Pengalaman aksi nyata para narasumber tentu akan memberikan inspirasi bagi masing-masing peserta. *UPPKAS
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.