Pematangsiantar – SEBUAH pertanyaan terlontar menanggapi diskusi kesulitan menulis para suster FCJM yang mengikuti pelatihan menulis renungan Komsos KWI dan OBOR: “Mengapa minat baca dewasa ini menurun?”
Jon Lesek, fasilitator pelatihan, menanggapi, “Banyak buku yang terbit tidak memenuhi kebutuhan para pembaca.” Penulis banyak yang punya visi masing-masing, yang terkadang tidak sesuai dengan riset penerbit mengenai kebutuhan pasar. Bilamana ditolak atau direvisi, penulis tidak setuju bahkan berhenti menulis.
MINAT MEMBACA UMAT KATOLIK?
Menurut analisis pragmatisnya dalam konteks Gereja, tradisi umat Katolik bukan membaca, tapi mendengarkan. Ini juga yang menurun ke sistem pengajaran sekolah, model ceramah. Padahal, untuk memancing perkembangan pemikiran kritis dan imajinatif, para siswa harus diajak membaca dan berinteraksi.
Nah, bacaan yang tersedia juga harus didedikasikan kepada pembaca. “Edukasi pembaca, ajak mereka berefleksi (dalam konteks menulis renungan), sehingga ada aksi nyata dari refleksi itu,” ujarnya.
*
Pelatihan menulis renungan yang berlangsung sampai besok di Rumah Pertemuan Monteluco ini juga difasilitasi oleh RD Agoeng Noegroho, Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Semarang.
BACA JUGA:
Suster FCJM ‘Curhat’ Kesulitan dalam Menulis
Kekuatan Sebuah Tulisan Bak Placebo
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.