Dan mengapa sebaliknya ikan dapat dikonsumsi pada hari tersebut
MIRIFICA.NET,Jakarta – Anda tahu apa yang anda alami ketika anda berada di sebuah kota dengan tradisi Katolik yang kental, di mana selama masa Prapaskah restoran hanya menyediakan ikan sebagai menu makan. Di kota-kota dengan tradisi Katolik yang kental, selepas perayaan hari Rabu Abu, tiba-tiba saja semua orang begitu peduli dengan liturgi Gereja
Lalu mengapa Gereja mengingatkan umat Katolik untuk menjauhkan diri dari daging pada hari Jumat (serta Rabu Abu dan Jumat Agung), tetapi “membiarkan” umatnya untuk makan ikan pada hari Jumat?
Pertama-tama kita harus mengajukan pertanyaan, “mengapa hari Jumat?” Penjelasan singkatnya adalah sebagai berikut. Saya kutip dari penjelasan Konferensi Para Uskup Amerika Serikat atau USCCB:
Orang Katolik dari Zaman dahulu memiliki kenangan yang tak terpisahkan dengan hari Jumat sebagai perayaan tobat khusus, di mana mereka juga dengan senang hati siap menderita bersama Kristus. Bahwa suatu hari nanti mereka mungkin ikut dimuliakan dengan-Nya. Ini merupakan inti dari tradisi pantang daging pada hari jumat, sebuah tradisi yang dinilai Gereja memiliki sifat yang suci.
Orang Kristen meyakini Kristus menderita dan mati di kayu salib pada hari Jumat. Sejak awal orang-orang Kristen telah menyisihkan sebagian dari hari itu untuk menyatukan penderitaan mereka dengan Yesus. Hal ini menyebabkan Gereja mengakui setiap hari Jumat selama masa Prapaskah sebagai “Jumat Baik”, di mana mereka dapat mengingat penderitaan Kristus dengan menawarkan sejenis pertobatan atau penebusan dari dosa.
Dalam sejarah Gereja, tradisi penebusan itu dinyatakan dalam bentuk kurban daging. Dan dalam tradisi kuno, daging hewan yang dianggap lezat tidak disembelih kecuali untuk merayakan sesuatu. Sejak hari Jumat dijadikan sebagai hari penebusan dosa, kebiasaan makan daging pada hari jumat untuk “merayakan” kematian Kristus mulai ditiadakan
Tapi mengapa ikan tidak dianggap “daging”?
Menurut USCCB itu, hukum Gereja mengklasifikasikan pantang dari ‘binatang-binatang di darat”. Hukum pantang menganggap bahwa daging hanya berasal dari hewan seperti ayam, sapi, domba atau babi – yang semuanya hidup di darat. Burung juga dianggap daging. Ikan, di sisi lain, tidak dalam klasifikasi yang sama.
Ikan adalah kategori yang berbeda dari hewan pada umunya. Ikan jenis air asin dan air tawar, amfibi, reptil (hewan berdarah dingin) dan kerang, itu yang diizinkan.
Dalam bahasa Latin kata yang digunakan untuk menggambarkan jenis “daging” yang tidak diizinkan pada hari Jumat adalah carnis, dan secara khusus berkaitan dengan “daging hewan” dan tidak pernah termasuk ikan sebagai bagian dari definisi tersebut. Selain itu, ikan dalam budaya masyarakat Latin tidak dianggap sebagai menu untuk “perayaan” makan dan juga tidak dimaksudkan sebagai bagian dari jenis makanan yang lebih berkaitan dengan perayaan penebusan dosa.
Dalam budaya masyarakat Katolik saat ini memang sudah terjadi pergeseran pandangan di mana daging pada umumnya dianggap sebagai pilihan menu yang lebih murah, juga tidak lagi memiliki keterkaitan dengan perayaan penebusan dosa. Ini menjadi alasan mengapa banyak orang Kristen dewasa ini bingung dengan peraturan pantang daging, termasuk mereka yang suka makan ikan dan tidak menganggap itu sebagai sebuah penebusan dosa.
Pada akhirnya, niat Gereja adalah untuk mendorong umat beriman untuk mempersembahkan korban kepada Allah yang datang dari hati dan menyatukan penderitaan seseorang dengan Kristus yang tersalib.
Diolah dari berbagai sumber
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.