MENYADARI statusnya sebagai bangsa non-Yahudi, wanita Siro-Fenesia tidak menuntut ‘roti’ kepada Yesus, namun cukup sekedar ‘remah-remah’ saja, sisa makanan yang terbuang.
Ia percaya bahwa Yesus sanggup melakukan mukjizat.
Usahanya yang gigih, tidak kenal malu dan pantang menyerah, disertai sikapnya yang rendah hati, menggerakkan hati Yesus untuk memulihkan anaknya.
Beriman kepada Tuhan bukan berarti bahwa segalanya akan berjalan mulus dan lancar sesuai keinginan kita. Di saat berbagai kesulitan menerpa kehidupan kita, iman harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
Butuh perjuangan, kesabaran, kesetiaan dalam menanti jawaban Tuhan.
Tuhan menjangkau seluruh umatNya, Ia tidak membuat perbedaan.
Ia akan mencurahkan rahmat keselamatan bagi siapa saja yang beriman teguh, menaruh harapan penuh kepadaNya dan disertai usaha yang tak kenal lelah.
Mari renungkan, sudahkah kita memiliki iman yang hidup ?
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.