MIRIFICA.NET – Human formation atau pendampingan Dimensi Manusiawi menjadi pokok dalam formasio di Seminari. Dengan pendampingan bidang manusiawi ini, Formator (staf pendamping) dapat melihat tingkat kesehatan fisik dan psikis para Formandi (seminaris) di Seminari. Seminaris yang sehat secara fisik, intelektual, dan matang pribadinya diharapkan menjadi imam yang baik dan mampu melayani umat dengan total.
Menilik pentingnya Human Formation tersebut, pada 23 Juni 2022, Komisi Seminari KWI memberikan hari khusus agar para rektor dapat belajar kembali dan berdiskusi mengenai pendampingan dimensi manusiawi yang selama ini dijalani dan diterapkan di masing-masing seminari. Pertemuan Rektor Seminari Se-Indonesia hari kedua dibuka dengan materi Human Formation yang dibawakan oleh Rm. Paulus Erwin Sasmita, Ph.D, staff dan psikolog Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, Yogyakarta.
Romo Erwin mengungkapkan bahwa menjadi imam adalah menjadi jembatan kepada Yesus Kristus, bukan malah menjadi hambatan umat. Pelayanan imam di masa depan, dibutuhkan pribadi yang tangguh dan bertanggungjawab untuk dapat menjadi jembatan yang baik bagi umat. Kepribadian yang tangguh ini tidak hanya dipandang melalui kemampuan kognitif saja melainkan juga pengolahan emosi masing-masing seminaris.
Dalam sesi ini, para rektor diajak oleh Rm Erwin menggali lebih dalam masalah-masalah psikologis dan penyimpanan seksual apa saja yang dialami oleh para seminaris. Tidak hanya melihat masalah saja, namun para romo juga dibekali ilmu berupa modul yang telah disusun oleh Romo Paulus Erwin Sasmita, untuk menjadi Formator yang baik. Diskusi yang mengajak melihat masalah riil yang terjadi di lapangan dan bekal modul yang disusun dengan matang oleh Romo Erwin, menjadikan pertemuan hari kedua semakin berbobot dan hangat.
Selain itu, di hari kedua ini Formator juga mendapatkan pembekalan Alat Ukur Dimensi Manusiawi dari Tim Psikologi Unika Soegijapranata Semarang. Pertemuan ini dimoderatori oleh Romo Irfantinus Tarigan. Dalam sesi kedua ini, Ibu Dra. Sri Sumijati, MSi. dan bapak Dr. Rachmad Djati Winarno menjelaskan elemen-elemen alat ukur terebut. Alat ukur ini diciptakan untuk menjadi alat bantu bagi Formator untuk menilai Formandi secara objective. Hadir pula tim yang lain Ibu Damasia Novi Linggarjati, S. Psi, MA. Dan seorang mahasiswa Flaviantius Febrianus Iko M (asisten).
Di akhir sesi dilanjutkan dengan diskusi mengenai penggunaan alat ukur dimensi manusiawi ini. Situasi diskusi menjadi semakin hangat karena para Formator aktif bertanya dan sharing aspek apa saja yang mungkin ditambahkan sesuai dengan kondisi masing-masing seminari.
Dalam kesempatan ini pula, Romo Paulus Erwin Sasmita Pr, menekankan bahwa para Formator adalah pendidik manusia, maka unsur-unsur kemanusiaannya harus digarap. Terkadang Formator cenderung melihat aspek kognitif saja, aspek-aspek human ini tidak terlihat, karena hal-hal kemanusiaan ini sulit untuk dinilai. Sulit bukan berarti kita tidak membahasnya. Romo Erwin juga berharap para formator dapat melaksanakan Human Formation di masing-masing Seminari sehingga para calon imam ini memiliki kepribadian yang tangguh, menjadi imam yang matang secara manusiawi dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Tim Psikolog Universitas Katolik Soegijapranata Semarang juga berharap alat ukur yang diciptakan ini dapat membantu tugas Formator menilai para Formandi. Dan semoga alat ukur dimensi manusiawi ini dapat disesuaikan dengan kondisi masing-masing seminari sesuai dengan standar keuskupan setempat.*** UPPKAS
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.