Beranda BERITA HOMILI MISA PENUTUP – RAPAT PLENO KOMISI KOMSOS KWI | Kuta, 26 Agustus 2022

HOMILI MISA PENUTUP – RAPAT PLENO KOMISI KOMSOS KWI | Kuta, 26 Agustus 2022

gereja Katolik Indonesia, iman katolik, Komsos KWI, Konferensi Waligereja Indonesia, KWI, umat katolik

KUTA, BALI – Bangsa Timur suka akan ceritera, karena mengandung nilai luhur. Cerita tentang nilai-nilai hidup biasanya lebih mudah dipahami. Dalam pengajaran-Nya, Yesus sering memakai perumpamaan tentang Kerajaan Allah, dengan hukum yang dipertentangkan seperti  perumpamaan ttg gadis bijaksana dan gadis bodoh dalam bacaan Matius 25: 1-3. Dua sikap yang berbeda dalam menantikan kedatangan sang pengantin sebagai simbol dari Tuhan sendiri.

Perkawinan pada jaman Yahudi, biasanya berlangsung malam hari. Puncak perkawinan adalah masuknya pengantin ke rumah orang tua pria. Karena itu para pelayan perlu membawa pelita untuk menerangi perarakan pengantin. Satu hal yang sering terjadi pada jaman itu adalah pengantin pria terlambat datang. Pada situasi kita di NTT terkendala seperti belis (mas Kawin), atau belum menemukan kesepakatan besarnya belis. Tugas pelayan adalah menemani pengantin, maka mereka harus siap siaga. Jika minyak mereka tidak cukup, mereka tidak dapat menemui pengantin tersebut. Dari ke-10 pelayan, ternyata 5 bijaksana dan 5 yang bodoh. Gadis yang bijaksana siap sedia dengan lampu bernyala dan dapat masuk bersama pengantin. Sebaliknya bagi gadis yang bodoh, mereka tidak dapat memasuki pesta pernikahan karena tidak bersiap siaga dan kehabisan minyak. Meskipun mereka telah mengetuk pintu, pintu tetap tidak dibukakan.

Perumpamaan ini pertama-tama ditujukan kepada orang Yahudi sebagai bangsa terpilih. Namun ternyata mereka sama sekali tidak siap, oleh karena itu mereka dibuang keluar. Ini merupakan tragedi bagi bangsa Yahudi yang menolak Sang Pengantin yang adalah Tuhan sendiri.

Gereja mengartikan pengantin pria sebagai Kristus sendiri, dan gadis-gadis sebagai Gereja-Nya. Baik gadis yang bijaksana, maupun yang bodoh. Tiap anggota Gereja diminta untuk memiliki kebijaksanaan yaitu : hidup baik, hidup kudus dan berkenan di hadapan Allah.

Mgr. Silvester San pada saat menyampaikan Homili pada Misa Penutupan Rapat Pleno Komisi Komsos KWI, Kuta, Bali

Gadis-gadis yang bodoh, mereka yang tidak siap mendampingi pengantin. Bahkan mereka meminta minyak dari yang lain. Minyak tidak bisa dibagikan karena itu merupakan rahmat yg diberikan Tuhan utk kita masing-masing. Bagi kita ada 2 peringatan : ada hal-hal tertentu yg tidak bisa kita pinjam dari orang lain seperti : relasi pribadi dgn Allah, perbuatan baik, kehidupan rohani, dan berbagai kemampuan yg kita miliki. Itu semua tidak bisa diminta/ dipinjamkan kepada orang lain, itu adalah milik kita sendiri utk pewartaan kabar gembira. Kedua, perumpamaan ini mengingatkan kita bahwa ada hal-hal tertentu yang tidak dapat kita peroleh pada menit-menit terakhir ( in jure time ).

Kita mengucap syukur untuk selesainya kegiatan ini. Apa yg dihasilkan dalam rapat ini agar dapat diimplementasikan di Keuskupan masing-masing. Semoga kita tetap mampu berjalan bersama dalam mewartakan kabar gembira dengan cerdas dan bijaksana agar nilai-nilai Injil semakin dihidupi dan dikenal dalam masyakarat.

Bacaan tadi memberikan inspirasi dlm karya pelayanan komsos, untuk mewartakan salib Tuhan, yang merupakan kebodohan bagi orang Yahudi. Salib adalah kebijaksanaan Allah bagi kita.

Sikap berjaga-jaga dan bersiap sedia, menantikan Kristus, Sang Pengantin yang datang pada waktu yang tidak terduga adalah penting. Hidup yang baik, kudus dan berkenan di hadapan Allah, merupakan sikap berjaga-jaga dan siap sedia.

Mari kita mohon agar Tuhan datang menemui kita di saat kita berjaga-jaga :

  • di saat kita telah menyelesaikan tugas-tugas kita dengan baik, termasuk menggunakan sarana komunikasi sosial untuk mewartakan Injil dengan baik, cerdas dan bijaksana.  
  • Dan di saat kita berada dalam damai dengan sesama, tidak bermusuhan dengan sesama, serta memperlakukan mereka dengan baik.
  • Di saat kita berada dalam damai dengan Tuhan sendiri. Sebab betapa tragisnya bila pada akhir jaman dan akhir hidup kita, kita bertemu Tuhan sebagai musuh. Semoga tidak terjadi !

SAMBUTAN PENUTUP – RM STEVEN LALU – KOMSOS KWI :

Kita bersyukur karena selamat dari gempa saat pembukaan. Kita juga bersyukur karena Tuhan telah membimbing kita. Terima kasih kepada umat beriman yang telah mendukung kita.  Dukungan mereka lewat doa dan derma, pada kolekte hari Komsos. Kita minta supaya umat tetap mendukung kegiatan Komsos.

Terima kasih kepada para Bapak Uskup yang mengutus para peserta hadir dalam kegiatan ini, bapak Uskup Hilarion Datus Lega, dan bapak Uskup Silvester San.

Terima kasih kepada Rm Babey dan tim Puspas, tim Komsos, sehingga kegiatan bisa berlangsung dengan baik. Terima kasih kepada sekretariat, juga badan pengurus, dan narasumber. Terima kasih untuk teman-teman Komisi Komsos, yang hadir penuh 90%. Terima kasih kepada Rm Frans yang telah mengingatkan kita untuk setia. Kita diharapkan menjalankan 5 fokus karya pastoral komsos di Keuskupan kita masing-masing, demi cinta kepada Tuhan dan sesama.