SAUDARA-SAUDARI…. Beberapa hari yang lalu saya sempat nonton video clip tentang Pak Ahok, Gubernur DKI Jakarta dengan seorang ibu tua penjual kue, yang mendatangi Balai kota untuk bertemu dengan gubernur. Pak Ahok membeli semua kuenya. Tetapi yang menarik bahwa sewaktu Pak Ahok mengamati wajah ibu tua ini, ia merasa tersentak. Ia langsung tanya: Ibu sakit? Ibu langsung menangis, karena memang benar bahwa ia menderita sakit ginjal, tetapi karena tidak punya uang, ia tidak bisa ke RS. Pak Ahok langsung membantu nenek tersebut mengurus BPJS. Sang ibu sungguh merasa terharu dengan perlakuan baik Pak Ahok sampai ia menangis-nangis.
Yang sangat menarik dari sikap Pak Ahok dalam peristiwa saat itu adalah: ia bukan hanya memuaskan ibu tua itu dengan membeli semua kue jualannya, tetapi jauh dari itu, ia bisa membaca apa yang sedang terjadi dalam diri sang ibu. Pak Ahok merasakan bahwa Sang ibu tua lagi menderita sakit. Sesudah mendapat konfirmasi dari sang ibu bahwa ia lagi ada gangguan ginjal, Pak Ahok langsung mengurus BPJS untuk sang ibu agar sakitnya segera diurus di RS. Secara pribadi saya boleh katakan bahwa Pak Ahok betul seorang pemimpin yang punya hati. Ia sangat sensitip dengan kebutuhan orang lain. Kasih Kristus sudah menjadi pelita hidupnya. Ia hidup dalam kasih Kristus.
Saudara-saudari, hari ini kita mendengar bahwa Yesus mengajar dalam Rumah Ibadat pada hari Sabat. Di situ ada seorang perempuan yang telah 18 tahun dirasuk oleh roh sehingga ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiri dengan tegak. Ketika Yesus melihat perempuan itu, ia memanggil dia dan berkata kepadanya: “Hai ibu, penyakitmu telah sembuh.”
Yesus sungguh luar biasa. Ia bukan hanya mengajar, bukan hanya membekali manusia yang percaya kepada Tuhan dengan ajaran-ajaran tentang Tuhan, tetapi lebih dari itu, ia memberi kebahagian dan kehidupan baru bagi mereka yang sudah lama merindukan suatu pembaruan dalam hidup.
Si ibu yang menderita sakit selama 18 tahun. Kita yakin bahwa sudah lama ia merindukan kesembuhan. Kerinduannya kini terpenuhi di saat ia menampakkan dirinya kepada Yesus. Ia menjumpai Yesus dalam Rumah Ibadat. Dalam rumah Tuhan, Tuhan sendiri menjamah dia dan memberi dia kehidupan baru. Dengan kekuatan kata-kata Yesus menyembuhkan dia: “Hai ibu penyakitmu telah sembuh.
Satu peringatan bagi kita bahwa dalam keadaan apa saja, entah sehat atau sakit, tunjukkanlah diri kita kepada Tuhan. Jangan lari dari dari Tuhan. Pergilah ke rumah Tuhan, persembahkan diri kita kepadaNya. Tuhan selalu mengerti keadaan kita. Kalau kita sakit dan kita sangat rindu agar kita sembuh, berilah diri kita kepadaNya. Dia pasti akan buat sesuatu ke atas diri kita.
Sesudah Yesus menyembuhkan ibu itu, kepala Rumah Ibadat sangat gusar hatinya karena Yesus menyembuhkan ibu itu pada hari Sabat. Ia menantang Yesus dengan berkata: “Ada enam hari untuk bekerja. Karena itu datanglah pada salah satu hari itu untuk disembuhkan dan jangan pada hari Sabat.” Lewat pernyataan ini, kita tahu bahwa kepala rumah ibadat sungguh memperhatikan hokum dan aturan agamanya.
Bagi mereka Sabat adalah hari Tuhan, hari untuk memuji dan memuliakan Tuhan, bukan melakukan pekerjaan untuk menyembuhkan. Bagi mereka hukum adalah hukum dan tidak boleh permainkan hukum. Melanggar hukum adalah dosa.
Tetapi pernyataan kepala Rumah Ibadat langsung disangga oleh Yesus. Yesus langsung membuka matanya dengan satu kenyataan yang selalu dibuat oleh orang Yahudi pada hari sabat yaitu melepaskan lembu atau keledai pada hari sabat dari kandang dan membawanya ke tempat minum. Satu perbuatan yang baik bagi binatang agar mereka tetap sehat dan hidup. Kalau untuk binatang bisa dibuat demikian apalagi bagi manusia? Kalau saja binatang tidak dikeluarkan dari kandangnya sepanjang hari Sabat dan tidak diberi air pasti binatang itu akan berontak dan berteriak sepanjang hari.
Yesus menyapa kepala rumah ibadat, yang prioritaskan hukum itu adalah orang munafik, karena dia sangat memperhatikan apa yang dibuat Yesus, sementara pelanggaran-pelanggaran yang dibuatnya sendiri tidak diperhatikan.
Yesus sangat mengasihi manusia, apalagi orang yang dikuasai oleh iblis. Perempuan yang disembuhkannya adalah perempuan yang dirasuki roh. Yesus sadar akan tugasNya, bahwa Ia diutus ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari genggaman iblis. Karena itu Ia dalam hidupNya, selalu prioritaskan kasih.
Satu peringatan bagi kita para pengikutnya supaya selalu berbuat yang sama, yaitu prioritaskan kasih Tuhan dalam hidup harian kita.
Marilah saudara-saudari, kita berdoa semoga Tuhan selalu membantu dan menyadarkan kita agar kita selalu prioritaskan kasih dalam hidup harian kita.
Kita memohon Bunda Maria untuk selalu mendoakan kita. Amen.
Kredit Foto: Hidup Dalam Kasih | Sovia C. Langitan
Misionaris SVD yang berkarya di Papua New Guinea. Bertugas sebagai pembina para frater SVD dan mengajar di Catholic Theological Institute di Bomana Port Moresby dan mengajar di Xavier Institute untuk para suster dan bruder yang mau menyiapkan diri untuk mengikrarkan kaul-kaul kekal, dan membantu mereka yang bekerja di lembaga pembinaan para religious di Papua New Guinea.