“Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya, ‘Aku bukan Mesias.’ Lalu mereka bertanya kepadanya, ‘Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?’ Dan ia menjawab, ‘Bukan!’ ‘Engkaukah nabi yang akan datang?’ Dan ia menjawab, ‘Bukan!’” (Yoh 1, 20-21)
BEBERAPA tahun yang lalu ada seorang perempuan yang mengaku bahwa dirinya bertemu malaikat dan menyebut dirinya sebagai Mesias. Bahkan dia mengaku sebagai reinkarnasi Bunda Maria. Perempuan ini mengumpulkan banyak pengikut. Akhirnya perempuan tersebut dijatuhi hukuman penjara dua kali karena melakukan penodaan agama.
Peristiwa seperti ini rupanya sering terjadi sejak abad 19. Paling tidak, Wikipedia mencatat 27 nama orang yang pernah mengaku diri sebagai Mesias atau tokoh penting lain. Mungkin masih terdapat pribadi lain yang pernah berbuat seperti itu dan tidak tercatat dalam Wikipedia.
Apa yang dilakukan oleh orang-orang ini sungguh berbeda dengan yang dilakukan Yohanes Pembaptis. Dengan tegas dia mengatakan bahwa dirinya bukan Mesias. Dirinya juga bukan Elia atau nabi besar yang lain.
Pernyataan tegas Yohanes Pembaptis tersebut menjadikan banyak orang bersikap kritis: sehingga mereka tidak begitu saja menerima ajaran palsu dan Mesias gadungan; mereka tidak terjebak dalam janji-janji palsu, kesalehan atau rasa nyaman murahan. Banyak orang rupanya tidak lagi realistis dan punya sikap kritis, sehingga mereka mengikuti mesias atau nabi palsu dan akhirnya banyak yang tertipu. (Baca juga: Jiwa pun Bisa Sakit, Perlu Pemulihan Diri)
Dalam saat-saat sulit, yang penuh dengan masalah dan penderitaan, banyak orang memang sering tergoda untuk melarikan diri pada berbagai tawaran kesalehan yang diberi warna agama, untuk mendapatkan penghiburan sesaat dan melupakan sejenak beban hidup.
Yohanes Pembaptis mengajak banyak orang untuk bersikap kritis, agar mereka juga mampu mengenali kehadiran Sang Terang di dalam kehidupan mereka. Terang sudah datang. Dia ada di tengah-tengah kita.
Namun banyak orang yang tidak mengenal-Nya. Jangan-jangan kita pun sering tidak lagi mengenal kehadiran-Nya dalam kehidupan kita. Apa yang membuat diriku tidak lagi mengenali kehadiran-Nya?
Teman-teman selamat pagi dan selamat berhari Minggu. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.