KELUARGA, secara khusus, mendapat perhatian dalam Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-6 di Keuskupan Agung Makassar. Seperti yang terjadi pada hari ketiga, Selasa, 28/5, berbagai acara dilaksanakan secara khusus untuk kepentingan keluarga, mulai dari anak-anak, remaja, hingga pasangan suami-istri (pasutri).
Pada pagi hingga siang hari, anak-anak dilibatkan dalam perlombaan menggambar dan mewarnai. Pada waktu yang bersamaan, orang muda tingkat SMA mengikuti lomba debat. Dan, sore hingga malam hari, digelar rekoleksi bagi para pasutri Katolik di Kota Makassar.
Sekretaris Eksekutif Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Romo Kamilus Pantus menyatakan, perhatian pada keluarga memang cukup mendapat porsi dalam PKSN kali ini. Inilah pengejawantahan tema besar Hari Komsos Sedunia, yaitu “Kita Semua Anggota: Berawal dari Komunitas Jejaring Sosial ke Komunitas Insani”. Keluarga, lanjut Romo Kamilus, merupakan persekutuan hidup tempat setiap orang pertama-tama mengalami kasih satu sama lain. Selain itu, teman bermain dan lingkungan sekolah menjadi ruang perjumpaan bagi anak-anak untuk bertumbuh bersama dalam aneka hal baik.
“Jadi, konsen kita pada hari ketiga ini yaitu keluarga, mulai dari anak-anak, remaja, dan orangtua mereka. Untuk anak-anak, kita adakan lomba menggambar dan mewarnai. Untuk remaja, kita libatkan dalam lomba debat. Dan sore hingga malam, kita adakan rekoleksi bagi keluarga, khususnya pasangan suami-istri dengan tema tentang bagaimana menggunakan gadget di tengah keluarga mereka,” jelas Romo Kamilus di Aula Paroki Santo Fransiskus Assisi Makassar, Selasa, 28/5.
Lebih lanjut Romo Kamilus menjelaskan bahwa aneka lomba bagi anak-anak dan remaja didesain sebagai pendidikan sejak dini tentang pentingnya perjumpaan tatap muka dalam pergaulan sehari-hari dan bagaimana memanfaatkan media teknologi informasi dan komunikasi secara bijak, cerdas, dan bertanggung jawab.
“Sejalan dengan harapan Paus Fransiskus, diharapkan agar anak-anak dapat belajar untuk hidup bersama. Kita tahu, manusia tidak dapat hidup sendiri. Anak-anak perlu belajar bersama, bermain bersama, bersukacita bersama, baik di sekolah maupun di keluarga. Dengan demikian, mereka bisa bertumbuh-kembang tidak saja menjadi manusia yang hidup untuk dirinya sendiri, tetapi dalam kesatuan dengan sesama yang lain,” jelas imam Keuskupan Weetebula itu.
Adapun setiap perlombaan untuk anak-anak dan remaja serta rekoleksi bagi pasangan suami-istri, masing-masing mengangkat subtema khusus. Lomba mewarnai bagi anak-anak Taman Kanak-kanak mengangkat tema sahabat sejati. Sedangkan lomba menggambar mengusung tema gadget dalam keluarga. Debat antarpelajar SMA mengangkat topik-topik seputar media sosial, pendidikan berkarakter, dan hoaks. Bagi pasangan suami-istri, panitia menghadirkan Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Keluarga (Komkel) KWI, Romo Heribertus Hartono, MSF dan Romo C. Eko Wahyu D.S., OSC, untuk berbicara tentang kehidupan keluarga di tengah era komunikasi digital dewasa ini. (Erick Ratu/RBE)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.