SESI ketiga pelatihan Talkshow Radio di Dekanat 2 Keuskupan Agung Palembang yang diberikan oleh Errol Jonathans dimulai dengan sebuah pertanyaan dari Andi, salah seorang peserta pelatihan. “Sebelum saya berangkat ke sini, seorang teman bertanya pada saya apakah radio masih banyak yang mendengarkan?” tanya Andi.
Senada dengan pertanyaan yang diajukan oleh teman dari Andi tersebut, barangkali kita pun berpikiran yang sama. Hari gini masih dengar radio? Nada pesimis seperti ini sering muncul di dalam benak kita.
Bagi Errol Jonathans, memang tantangan utama saat ini dari radio adalah bagaimana menarik perhatian kembali para pendengar. Di tengah aneka macam media yang saat ini berkembang, radio seakan memang mulai ditinggalkan. Namun hal ini bukan berarti radio tidak punya masa depan lagi.
“Ada tiga jenis makanan kecil,” demikian Errol Jonathans menganalogikan sembari menunjukkan pudding, ketan, dan kacang dalam sebuah piring yang dibawa peserta. “Mana yang paling enak?” tanya Errol Jonathans. “Tergantung selera,” celetuk seorang peserta.
Dari analogi dan jawaban tersebut, Errol Jonathans pun menyatakan bahwa semua media itu sama-sama punya manfaat. Dan menarik atau tidaknya sangat tergantung dari para pendengar serta cara penyajiannya.
Perlu diperhatikan juga program yang disajikan dalam radio dengan apa yang diinginkan oleh pendengar. Menurutnya, program radio juga perlu mengangkat isu-isu penting yang sesuai dengan kebutuhan pendengar.
“Kalau kita punya program yang bagus dan memenuhi keinginan pendengar, pasti kita akan punya pendengar. Harus ada plus-plus-nya dari program yang bisa membuat pendengar kita lebih loyal,” tutur Errol.
Ia juga mencontohkan bagaimana Suara Surabaya mampu memberikan manfaat bagi masyarakat. “Radio kami pernah berhasil membantu pencarian mobil yang dicuri. Masyarakat justru melaporkan pencurian itu kepada kami, bukan kepada polisi,” papar pria kelahiran Jakarta 27 April 2016 ini.
Dalam sesi sebelumnya, Errol Jonathans menyatakan bahwa satu-satunya media yang bisa dinikmati tanpa mengganggu aktivitas seseorang adalah radio. “Radio merupakan media yang mobilitasnya paling tinggi dibanding media lainnya. Seseorang masih bisa melakukan pekerjaannya sambil mendengarkan radio,” papar Direktur Suara Surabaya Media ini.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.