APA yang membuat sebuah pernikahan menjadi tidak sah(tidak berjalan sejatinya)?
Paus Fransiskus mengatakan pada sebuah tanya jawab di kongres pastoral Keuskupan Roma Kamis lalu (16/6), bahwa pada budaya pernikahan dewasa ini, orang-orang kurang berminat pada komitmen untuk panggilan setia seumur hidupnya (baik sebagai imamat atau pasangan).
“Fenomena ini SEDANG terjadi, dan membuat kebanyakan pernikahan kehilangan maknanya,” Bapa Suci menambahkan, “Karena pasangan-pasangan itu mengatakan “Ya!” untuk seumur hidupnya, tapi mereka tidak memahami apa yang mereka katakan: bisa jadi karena budaya yang berbeda. Mereka mengatakannya, mereka punya niat yang baik, tapi mereka tidak mengerti.”
Paus menuturkan, banyak pasangan tidak memahami makna sakramen. “Mereka tidak tahu kalau sakramen pernikahan tidak bisa dibatalkan, berlaku seumur hidup.” Ia menekankan pentingnya persiapan pernikahan yang matang dalam kebenaran makna sakramen tersebut.
Ketika sebuah pasutri mengalami kesulitan, itu tidak berarti pernikahan mereka tidak sejati. “Pernikahan -memang secara alami- bukan hal yang mudah,” kata J.D. Flynn, seorang ahl hukum pernikahan di Nebraska, Amerika.
Ada dua faktor utama yang dilihat ketika sebuah pernikahan akan dievaluasi. Pertama, objek dari sakramen ini. “Apakah pasangan menikah tapi tidak memahami makna pernikahan? Atau memang mereka menikah sesuai dengan bagaimana Gereja memahami pernikahan?” ujar Flynn.
Kedua, kapasitas sakramen ini. “Apakah mereka punya kemampuan untuk menyepakati kemanusiaan yang penuh dan bebas di antara mereka berdua? Saya menikahimu tapi saya punya niat untuk menghentikannya ketika saya melihat sudah tidak ada kecocokan?” tanya Flynn sebagai permenungan.
Mary Rose Verret, awam yang mempelopori program persiapan pernikahan bersama suaminya, Ryan, menekankan pentingnya ajaran Gereja untuk pasangan mengenai pernikahan Katolik, dan meyakinkan bahwa mereka hidup sesuai ajaran Katolik dan siap menerima sakramen tersebut.
Menurut Verret, calon pasutri perlu punya pasangan yang menjadi mentor mereka (dan pasangan ini mendapat katekese sebagai bekal memandu). Pasangan mentor ini dipilih untuk membantu calon pasutri mempersiapkan pernikahan dan mendampingi mereka menjalaninya melewati berbagai hal.
sumber: catholicnewsagency.com
gambar: espanol.ccnlb.com
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.