Beranda BERITA Gubernur Ridwan Kamil : RS Borromeus Beri Sumbangan Besar bagi Meningkatnya...

Gubernur Ridwan Kamil : RS Borromeus Beri Sumbangan Besar bagi Meningkatnya Indeks Prestasi Manusia di Jabar

Uskup Bandung Mgr Anton Bunjamin OSC melepaskan 18 burung merpati sebagai simbol pedamaian, cinta kasih, dan komunikasi usai Perayaan Ekaristi memeringati 100 tahun RS Borromeus di Kapel Hati Kudus, RS Borromeus, Bandung, Sabtu

MIRIFICA.NET – Rumah Sakit Borromeus memberi sumbangan besar terhadap meningkatnya Indeks Prestasi Manusia (IPM) di wilayah Provinsi Jawa Barat di Bidang Kesehatan. Demikian kesaksian ini disampaikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang dibacakan oleh Uskup Bandung Mgr. Antonius Bunjamin Subianto OSC dalam homilinya pada Perayaan Ekaristi memeringati ulang tahun ke-100 Rumah Sakit Borromeus (RSB) di Kapel Hati Kudus Yesus, Kompleks RSB, Bandung, Sabtu (18/09/2021). Perayaan bertema Borromeus Healthcare 100 Yearss Legacy and Beyond ini dihadiri undangan terbatas dengan protokol kesehatan, sementara non undangan melalui platform zoom.

Gubernur, kata Uskup Anton, berterima kasih atas segala dedikasi seluruh elemen rumah sakit bahkan sempat berkantor beberapa hari di salah satu ruangan RSB saat ibunda mertua sakit dan dirawat di rumah sakit itu. Selama itu pula, Gubernur merasa nyaman sekali. “Saya doakan semoga keluarga besar RSB panjang umur, selalu Tuhan beri perlindungan dan kesuksesan di masa mendatang,”ujar Gubernur dikutip Mgr Anton.

Menyambung yang disampaikan Gubernur, Bapa Uskup Anton menyebutkan, bahwa semangat cinta kasih sudah dinyalakan oleh 6 Suster dari Kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus dari Negeri Belanda pada 18 September 1921. Mereka ini adalah Moeder Gaundentia Brandt (sebagai overste, pemimpin) Sr. Chrispine Bosman, Sr. Judith de Laast, Sr. Ludolpha de Groot, Sr. Lioba Van Haastert dan Sr. Ambrosine Steenvoorden.

Bapa Uskup mengungkapkan, sesuai dengan bacaan hari itu tentang perumpamaan penabur benih, RSB itu ibarat benih yang jatuh dan tumbuh di tanah subur. Benih yang jatuh di tanah inilah yang mengantar benih cinta kasih hingga RSB mampu melampaui 100 tahun sejak berdiri dan melintasi zaman.

“Sesungguhnya semangat cinta kasih sudah dinyalakan sejak 100 tahun lalu dan akan terus menyala lebih terang melewati waktu,”ujar Bapa Uskup.

Kata Uskup, perjalanan panjang pelayanan bidang kesehatan ini sudah teruji melalui banyak pengalaman sejak berdirinya lembaga ini (zaman kolonial), masa pendudukan, masa kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, masa reformasi hingga kini.

Para suster pendiri, para dokter, perawat, manajemen, menurut Bapa Uskup telah menerima sabda Allah dan menjalankan dengan syukur. Mereka telah meneruskan warisan Bunda Elisabeth Gruyters (pendiri Kongregasi CB) yang menghidupi dan menyalakan semangat cinta kasih.

“Semua itu bisa berkat cinta kasih. Tanpa cinta kasih untuk apa Rumah Sakit Santo Borromeus (RSB) berdiri. Dengan cinta kasih yang terus menyala dan terjaga itulah maka RSB didirikan,”ujar Uskup.

Sejarah Singkat RSB
Sejarah singkat RS St. Borromeus diawali dengan kedatangan enam orang biarawati dari tarekat Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus di kota Bandung pada Bulan Juli dan Agustus tahun 1921. Suster Crispine CB, Sr. Judith CB, Sr. Gaudentia CB, Sr. Ludolpha CB, Sr. Ambrosine CB dan Sr. Lioba CB datang ke kota Kembang, untuk menjadi pengabdi kehidupan dalam bidang perawatan kesehatan.

Para suster memilih rumah bekas poliklinik milik dokter Merz di jalan Dago, yang telah ditinggalkan hampir tanpa perabotan sama sekali, sebagai tempat pengabdiannya. Setelah dibenahi seperlunya, pada 18 September 1921 lahirlah sebuah rumah sakit dengan nama Santo Borromeus, yang bernaung di bawah suatu yayasan dengan dokter de Groot sebagai Ketuanya. Sejak didirikan, rumah sakit yang awalnya berkapasitas 17 (tujuh belas) tempat tidur ini ternyata mendapat sambutan dari masyarakat. Hanya dalam kurun waktu 3 sampai 4 tahun setelah berdiri, rumah sakit sudah harus diperluas untuk dapat menampung 90 (sembilan puluh) tempat tidur dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk pelayanannya.

Setapak demi setapak lahan diperluas dan fasilitas ditingkatkan. Setelah melalui saat-saat sulit di masa Perang Dunia II, perang kemerdekaan maupun pada awal berdirinya Republik Indonesia, pembangunan dan pengembangan pelayanan kesehatan dapat dilanjutkan. Pada dasa warsa terakhir abad-20, gedung Maria dengan 4 (empat) lantai dan gedung Yosef dengan 5 (lima) lantai dapat diselesaikan sehingga dapat menampung sekitar 370 tempat tidur dan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan yang baru. Peralatan medis diagnotik yang canggih pun secara bertahap dapat disediakan.

Sejarah Rumah Sakit Santo Borromeus tidak dapat dipisahkan dari hadirnya unit-unit lain di lingkungan Perkumpulan Perhimpunan Santo Borromeus (PPSB). Pada tahun 1926 dirintis fasilitas untuk mendidik tenaga perawat. Setelah mengalami perubahan, fasilitas tersebut kini telah mandiri sejak tahun 1993 berkembang menjadi Akademi Keperawatan Santo Borromeus.

Untuk menjangkau masyarakat yang berkekurangan, pada tahun 1963 dirintis beberapa klinik di wilayah Titimplik, Balubur dan Cinta Asih. Pada tahun 1965, didirikan poliklinik Sekar Kemulyan di Cigugur, Kuningan. Pada tahun 1987, poliklinik tersebut telah berkembang menjadi Rumah Sakit Tipe D dengan kapasitas awal 50 (lima puluh) tempat tidur. Rumah Sakit Santo Yusuf yang didirikan pada tahun 1937 di bawah Yayasan Salib Suci, pengelolaannya diserahkan kepada Direksi Rumah Sakit Santo Borromeus pada tahun 1976. Kemudian pada tahun 1987, Rumah Sakit Santo Yusuf kembali dikelola secara mandiri, namun tetap bergabung di lingkungan Perkumpulan Perhimpunan Santo Borromeus.

Sebagai respons atas kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,l pada tahun 1994 dirintis suatu layanan baru bernama Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (PJPK). Pada tahun 1999, PJPK berkembang menjadi unit mandiri. Menteri Kesehatan RI pada bulan Januari 2000 berkenan meresmikan lembaga baru dengan nama : Badan Penyelenggara Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyrakat (Bapel JPKM) Surya Sumirat.

Memasuki milenium baru, dirintis upaya untuk mendirikan Rumah Sakit Internasional Cahya Kawaluyan di Kota Baru Parahyangan (Padalarang). Selain aspek fisik, aspek Sumber Daya Manusia juga senantiasa ditumbuhkembangkan. Berbagai pendidikan formal lanjutan maupun aneka pelatihan di berbagai bidang keahlian telah diselenggarakan. Kemudian untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, diperoleh sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Selanjutnya pada tahun 2001 juga telah diperoleh Sertifikat ISO 9001:2000. Kemudian pada tahun 2005, pembangunan Gedung Carolus selesai dengan 7 Iantai dan 3 basement untuk parkir. Saat ini, RS. Santo Borromeus mampu menyediakan sampai 407 tempat tidur dengan dilengkapi peralatan medis yang mutakhir.

Tahun 2006 RS Santo Borromeus menyediakan pelayanan rawat jalan untuk anak-anak “Borromeus Children Medical Center (BCMC) ” dan secara komprehensif disediakan pelayanan anak untuk rawat inap. Sehubungan dengan hal tersebut, telah dibuka gedung Irene pada tahun 2007 sehingga RS Santo Borromeus menyediakan 437 tempat tidur dengan dilengkapi peralatan medis yang muktahir.

Kontributor : Yes Sugimo (Bagian PKRS RS Santo Borromeus)