Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat mengajak gereja katolik di wilayah propinsi NTT untuk berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dengan menempatkan kader pada tim percepatan pembangunan yang ia bentuk. Laiskodat menyatakan itu pada pertemuan Pastoral Regio Gerejawi Nusa Tenggara (Nusra) di Atambua, Rabu 24 Juli 2019.
“Setiap keuskupan kirim satu orang ke kantor gubernur. Kemana pun gubernur pergi, kita sama-sama. Mana yang beres, mana yang belum beres dibuatkan perencanaan. Kita punya tim percepatan, kan. Mereka masuk dalam tim percepatan itu,” kata Laiskodat.
Kehadiran utusan gereja di barisan tim kerja gubernur, kata dia, merupakan bentuk sinergi pemerintah dengan Gereja dalam mengatasi persoalan-persoalan kemasyarakatan yang juga menjadi bidang pelayanan pastoral. Dengan itu apa yang telah dibicarakan dalam berbagai forum diskusi gereja dengan pemerintah dapat segera terwujud dalam aksi nyata.
“Kita tahu bahwa sumberdaya manusia yang ada di NTT terbatas dan gereja di NTT memiliki cukup banyak. Apabila ditempatkan, seperti tadi disampaikan untuk bersinergi dengan pemerintah propinsi dan mereka langsung aktif, kita akan bersama-sama, itu akan memberikan daya ungkit yang luar biasa untuk pembangunan Nusa Tenggara Timur”
Atasi Persoalan Migran dari Hulu
Berbicara mengenai migran dan perantau, Gubernur NTT Viktor Laiskodat menyatakan aneka persoalan terkait itu mesti diatasi mulai dari akarnya yaitu perkonomian dan pendidikan. Migrasi menurut dia terjadi karena faktor pendorong yaitu mencari kehidupan ekonomi yang lebih baik dan faktor daya tarik berupa upah yang tinggi di daerah atau negara lain.
Pemerintah, kata Laiskoad, sedang memaksimalkan berbagai potensi yang ada dan membuka lapangan kerja meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat.
“Ada banyak potensi alam di wilayah ini yang berkualitas dunia namun belum dimaksimalkan,” kata Laiskodat.
Sementara itu, keterampilan masyarakat dalam mengelola usaha juga digenjot. Selain meningkatkan kualitas hasil pendidikan formal, pemerintah Propinsi NTT membuka berbagai balai latihan kerja bagi masyarakat.
“Kita tidak melatih orang untuk nanti pergi keluar, tetapi bekerja mengembangkan usaha di wilayah ini,” kata Laiskodat.
Perlunya Kerja Sama Antarlembaga
Pertemuan Pastoral Gereja Katolik Regio Nusra ke – 11 berlangsung di Keuskupan Atambua, 22 – 27 Juli 2019. Pertemuan mengangkat tema “Gereja Nusra Peduli Migran Perantau”.
Lebih dari seratus peserta utusan hadir, yaitu dari Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Weetebula, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Maumere, Keuskupan Ruteng, Keuskupan Larantua, Keuskupan Denpasar, dan Keuskupan Atambua.
Topik mengenai kerja sama, kolaborasi, dan sinergi antarlembaga dalam mengatasi persoalan migran dan perantau mengemuka dalam diskusi selama dua hari pertama.
Itu antara lain dinyatakan oleh Rm Dr Max Regus Pr yang hadir sebagai pengamat. Dalam paparan hasil pengamatan atas persidangan, dia menyatakan persoalan migrasi dan perantau itu terlalu besar untuk diatasi sendiri oleh Gereja saat ini.
“Ada pertanyaan tentang kompetensi dan kapabilitas Gereja dalam mengatasi persoalan ini,” kata Max Regus.
Karena itu, imam Keuskupan Ruteng itu menegaskan pentingnya kerja sama; baik antarlembaga dalam gereja, antarkeuskupan, maupun kerja sama dengan pemerintah dan lembaga-lembaga lain.
Kemitraan dalam mengatasi persoalan migran dan perantau kembali diangkat dalam diskusi dengan Gubernur NTT pada hari ketiga pertemuan pastoral. Utusan dari keuskupan-keuskupan menyatakan keterbukaan gereja untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam mengatasi persoalan migran dan perantau.
Baca juga: https://www.mirifica.net/2019/07/25/gubernur-ntt-mari-kita-bersinergi/
https://www.mirifica.net/2019/07/26/pengamat-memberi-catatan-untuk-gereja-katolik-di-nusra/
Pastor Diosesan di Keuskupan Ruteng, Ketua Komisi Komsos Keuskupan Ruteng