MIRIFICA.NET – Hari Pangan Sedunia (World Food Day atau dalam Bahasa Italia disebut Giornata Mondiale dell’alimentazone) diperingati setiap tanggal 16 Oktober. Inilah perayaan internasional untuk menghormati tanggal berdirinya Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang dibentuk PBB pada tahun 1945. Perayaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian masyarakat Internasional akan pentingnya penanganan masalah pangan baik di tingkat regional, nasional dan internasional.
Paus Fransiskus dalam kata sambutannya kepada para peserta Konferensi FAO di Roma, 27 Juni 2019, menyatakan dengan tegas bahwa kekurangan makanan dan air bukanlah masalah internal dan eksklusif dari negara-negara yang sangat miskin dan rapuh, tetapi terhubung dengan kita masing-masing, karena setiap orang harus turut berpartisipasi untuk membela saudara-saudari kita yang menderita. Paus mengingatkan bahwa semua orang dipanggil untuk mendengarkan seruan saudara-saudari yang putus asa dan berupaya agar mereka boleh hidup dan mengalami bahwa hak-hak fundamental mereka dihormati.
Gereja Katolik sungguh concern dengan masalah lingkungan hidup dan apalagi ketersediaan bahan pangan. Hari-hari ini sedang berlangsung sebuah sinode luar biasa untuk Amazon, yang menunjukkan tanggung jawab gereja akan pelestarian lingkungan dan sumber-sumber kehidupan.
Sehubungan dengan hari Pangan sedunia, Gereja Katolik di seluruh dunia merayakannya dengan cara masing-masing. Di Indonesia, HPS dikoordinir oleh Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KWI, Keuskupan-keuskupan dan Tarekat-tarekat. Kepada team MIRIFICA, Romo Ewaldus Ewal, Sekretaris eksekutif Komisi PSE KWI menerangkan bahwa tahun 2019 Komisi PSE KWI mengangkat tema Hari Pangan Sedunia untuk Gereja Katolik Indonesia adalah Mencintai Pangan Lokal. Keuskupan-keuskupan di seluruh Indonesia diharapkan menerjemahkan tema ini menjadi lebih kongkrit lewat aksi nyata sesuai konteks masing-masing (local). Secara nasional perayaan HPS diadakan Bersama dengan Pekan Misi Nasional di Bandung sehubungan dengan penetapan bapa suci bahwa bulan Oktober menjadi Bulan Misi Luar biasa. Menurut Romo Ewal yang turut merayakan HPS di keuskupan Weetebula ini, perayaan HPS tahun ini lebih hidup, karena banyak keuskupan mengadakan kegiatan, namun diingatkan supaya seluruh umat tidak berhenti pada kegiatan saja tetapi kiranya apa yang dilakukan membawa perubahan positif dalam kehidupan masyarakat; teristimewa membuat orang semakin mencintai pangan lokal dengan mengkonsumsi dan melestarikannya.
Menutup keterangannya Romo Ewal, Imam Keuskupan Sintang ini menggaris bawahi bahwa semangat mendasar Perayaan HPS adalah mengajak orang untuk saling berbagi atau membangun solidaritas pangan, agar makin banyak saling membantu sebagai saudara di bidang pangan yang layak dan sehat.
Sementara itu dari Bumi Kalimantan, khususnya di Keuskupan Pontianak, HPS diisi dengan kegiatan kongkrit gerakan menanam sayur di pekarangan rumah sendiri; menanam buah-buahan lokal, mengkonsumsi pangan lokal dari petani lokal misalnya beras lokal, sayur organik dari petani. Kegiatan-kegiatan kongkrit ini, menurut Ketua PSE keuskupan Pontianak, Br. Krispinus Tampajara, MTB, digaungkan dalam upaya mengajak umat dan masyarakat untuk menghormati dan menghargai petani. Mengkonsumsi pangan lokal adalah bagian dari pengakuan akan peran petani yang selama ini kerap diabaikan usaha dan upayanya dalam masyarakat. Bruder Kris yang juga Koordinator Komisi PSE Regio Kalimantan ini menambahkan bahwa Status petani lokal kerap identik dengan kemiskinan dan pekerjaan yang rendah dalam status sosial. Padahal merekalah yang berperan penting dalam ketersediaan pangan masyarakat. Karena itu gerakan HPS diharapkan mampu mengangkat status dan martabat para petani.
Mendalami semangat dasar HPS dan alasan mengapa Gereja harus terlibat, Romo Greg Cahyono, Ketua PSE Keuskupan Bogor memberikan penjelasan. Semangat dasar HPS adalah kepedulian terhadap pangan, supaya semua manusia mendapatkan akses pangan, bahkan sampai pada ketahanan pangan. Gereja harus terlibat karena pangan adalah kebutuhan yang sangat mendasar dari manusia dan setiap manusia harus memenuhinya supaya tetap mampu hidup. Gereja terpanggil juga untuk menggerakkan umat supaya umat dapat menyadari akan keberagaman pangan yang bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada berbagai macam ragam makanan, tetapi karena ketidaktahuan atau ketidakpedulian menjadikan makanan yang seharusnya bisa dikonsumsi tidak dimanfaatkan dengan baik, contohnya orang tidak mau makan kalau tidak ada nasi. Di Keuskupan Bogor sendiri, menurut Romo Greg, kegiatan untuk mengisi HPS saat ini sudah lebih baik, bukan hanya perayaan semata tetapi juga dalam memperingati HPS ada beberapa agenda yang berkaitan dengan edukasi terhadap generasi muda ataupun anak-anak. Misalnya dengan pengenalan aneka macam sumber makanan yang dapat diolah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan juga berkaitan dengan cara pengolahannya, serta lomba mengolah makanan lokal, dan ada kegiatan spiritual untuk anak muda, supaya lebih memahami pentingnya pangan.
Menutup rangkain cerita tentang Hari Pangan Sedunia di beberapa Keuskupan. Pastor Clemens Joy Derry, Ketua PSE Keuskupan Manado sekaligus Koordinator Regio Komisi PSE -MAM (Manado-Ambon-Makassar), memaparkan dengan gamblang rencana kegiatan dalam rangka HPS. Perayaan akan dibuka dengan Perayaan Ekaristi bercorak “ekologis” dipimpin uskup Manado di Aula Kasuang, spiritual center, Paroki Santo Anthonius Padua, Tataaran-Tondano. Sesudah itu secara berturut-turut selama 3 hari akan digelar Pameran, Worksop dan Lomba-lomba. Pameran: Memamerkan Hasil-hasil Pertanian dan produk Olahan Rumah Tangga. Workshop akan didiskusikan tentang Pangan Lokal, sehat dan sumber protein, Kearifan local dalam pemanfaatan tanaman obat, bumi, air dan masa depan pangan, melindungi dan mengelola sumber hak ekonomi masyarakat lokal dan akan digelar pula Youth Worship. Sementara untuk lomba-lomba akan digelar lomba stand pameran, fashion show busana pangan lokal, Gerak dan Lagu bertema ekologis, Mewarnai, Cipta menu makanan non beras, goreng cucur (kue khas manado), membuat minyak goreng dan lomba membuat video pelaku pangan sehat. Menurut pastor Joy, yang juga direktur Caritas PSE Manado yang berkarya banyak di Palu Pasca Gempa ini, kegiatan HPS ini melibatkan sekolah-sekolah, OMK, kelompok-kelompok tani binaan PSE dan pihak Pemerintah.
Selamat berhari Pangan Sedunia! Mari kita cintai pangan Lokal.
Imam Diosesan Keuskupan Manado. Menyelesaikan pendidikan Lisensiat Teologi Komunikasi di Universitas Santa Croce di Roma. Menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI, September 2019 -…