MIRIFICA.NET – Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Se-Indonesia (PKKI) XII menyajikan beberapa topik yang menjadi perbincangan hangat untuk seluruh peserta. Topik moderasi beragama dirasa sangat penting untuk diangkat karena sesuai dengan kondisi aktual yang terjadi di Indonesia. Pada sesi kedua di 10 September 2022 ini, PKKI mengusung tema Gereja Indonesia Pelopor Moderasi Beragama dan Implikasinya bagi Karya Katekese di Indonesia. Tema ini diangkat berdasarkan keresahan bersama dan menjadi tantangan berat untuk hidup berbangsa dan bernegara.
Ibu Listia, aktivis dan peneliti penggerak pendidikan interreligius, menjelaskan bahwa moderasi beragama menekankan bagian solider praktik baik dalam mengembangkan penghayatan agama dalam hidup beragama dengan orang lain. Kita perlu berdialog agama supaya saling memahami, supaya kita dapat menemukan pengalaman koeksistensial. Beberapa hal yang perlu kita perhatikan supaya dapat hidup berdampingan adalah kita harus memiliki kesadaran bahwa ada orang yang berbeda. Sebagai contoh dalam satu keluarga saja sudah banyak perbedaan namun terkadang dalam praktik hidup berkeluarga dan pendidikan kita mengutamakan keseragaman. Hal ini yang menjadikan kepekaan terhadap kebutuhan orang lain tidak tumbuh.
Dalam kesempatan ini pula, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo hadir melalui media daring untuk menyapa seluruh peserta PKKI. Dalam sapaan ini, beliau menekankan bahwa moderasi Agama Katolik adalah Katolik yang toleran, damai, ramah dan santun, tidak menghendaki terjadinya konflik serta tidak memaksakan kehendak, sehingga dalam masyarakat yang multikultural dan multi-religius, kita bisa menghargai dan menghormati perbedaan yang ada dan bisa menempatkan diri secara bijak dalam interaksi sosial di tengah-tengah masyarakat. Sikap-sikap seperti inilah yang perlukan untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri maju dan berkeadilan.
Ganjar Pranowo menambahkan, kateketik bisa didorong menjadi agen moderasi agama karena dapat mensosialisasikan muatan moderasi beragama di kalangan masyarakat agar tercipta kehidupan yang harmonis, damai dan rukun, khususnya melalui media digital yang akrab digunakan oleh berbagai kalangan.
Untuk lebih mendalami topik mederasi beragama dengan contoh yang kongkrit, Romo Aloysius Budi Purnomo Pr, berbagi kepada peserta PKKI bagaimana pengalaman beliau dalam berdialog, merangkul, dan berkolaborasi dengan agama lain, budaya setempat termasuk dengan penghayat kepercayaan. Sesi ini dimoderatori oleh Romo Oktavianus Situngkir, OFM.Cap. Romo Budi menekankan bahwa moderasi beragama sejatinya adalah mendagingkan Sabda dan daging (kebaikan) itulah yang menyelamatkan. Ketika ada intoleransi, terorisme, kebaikan ini yang menyelamatkan. Katekese ini bisa dimaknai sebagai ‘Laboratorium Dialog’. Dokumen Abudabi dan Dokumen Fratelli menjadi dasar pijak moderasi beragama. Hal ini tidak terlepas dari petunjuk katekese dialog menjadi ‘laboratorium’. laboratorium dialog ini bisa menjadi rekomendasi kita refleksikan bersama bagaimana karya katekese kita masuk dalam konteks dialog. Entah dalam formal informal, katekumen dll. Para katekis juga bertanggungjawab untuk membuka percakapan pada dialog agama, merajut dialog dan kerjasama. *UPPKAS
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.