KUTA, BALI – Dalam Rapat Pleno Nasional Komisi Liturgi KWI 2023, yang berlangsung di Bali, 22 – 25 Agustus 2023, selain mendapatkan pencerahan mengenai Partisipasi Aktif Umat dalam Liturgi dengan Narasumber Mgr. Prof. DR. Hendrikus Pidyarto Gunawan, O.Carm dan Inkulturasi Liturgi oleh RD. Prof. DR. Emanuel Martasudjita, para peserta dibekali juga dengan materi Formasi Liturgi yang menjadi tema sentral dari pertemuan ini.
Untuk materi ketiga ini, di hari yang sama, Rabu (23/8), hadir pula sebagai Narasumber adalah salah satu Anggota Badan Pengurus Komisi Liturgi KWI, yang juga Dosen Liturgi Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Sulut, RP. DR. Stenly Vianny Pondaag, MSC.
Romo Stenly, begitu biasa disapa, dengan judul materi “Formasio Liturgi; Memulihkan Kapasitas untuk Menghayati Tindakan Liturgis” mengungkapkan bahwa Formasi Liturgi merupakan sebuah proses sosialisasi dalam iman kristiani, secara khusus ke dalam bentuk-bentuk ritual liturginya.
Di samping itu, Rm. Stenly juga menekankan bahwa Formasi Liturgi bukan hanya pengetahuan tentang liturgi, tetapi bagaimana hidup sesuai liturgi. “Formasi Liturgi bukan hanya pengetahuan tentang liturgi, tetapi juga mengetahui bagaimana menjadi, melakukan dan hidup sesuai dengan liutrgi,” terangnya.
Di samping itu, Formasi Liturgi, menurut Rm. Stenly, harus menghantar umat beriman kepada permenungan makna kehidupan kristiani melalui pembaharuan ritual dan tekstual. Ditekankan juga bahwa Formasi Liturgi bukan hanya Formation for Liturgy, tetapi terlebih Formation Throught Liturgy.
Dalam kesempatan itu, pastor Stenly mengungkapan bahwa fokus pembahasan mengenai Formasi Liturgi berangkat dari tiga gagasan dasar yaitu: ‘Kapasitas untuk Tindakan Liturgi’ sebagai hal esensial dalam implementasi spirit pembaharuan liturgi; lalu ‘Formasio Liturgi’ yakni bagaimana memulihkan kapasitas untuk menghayati tindakah liturgis seutuhnya; dan ‘Tugas Formasio Liturgi’adalah menjadikan umat/imam mampu menghayati Tindakan liturgis, terutama simbol-simbol liturgis.
Pentingnya Formasi Liturgi
Di sisi lain, Pastor Stenly mengungkapkan latar belakang pentingnya formasi liturgi, terutama tereflleksi dari Surat Apostolik Paus Fransiskus ‘Desiderio Desideravi’ (DD) tentang formasi liturgi umat beriman yang diterbitkan pada 29 Juni 2022.
Sangat jelas terungkap dalam tujuan DD yaitu mengobarkan kembali kekaguman kita akan keindahan kebenaran perayaan kristiani; kemudian mengingatkan kita akan perlunya formasio liturgi yang otentik; serta menyadari pentingnya ‘ars celebrandi’ sebagai pelayanan pada kebenaran misteri paskah dan pada partisipasi umat beriman.
Romo Stenly juga menunjukkan dokumen liturgis lain tentang Formasi Liturgi, antara lain Konstitusi Liturgi (SC 14-20) yang menekankan dua prinsip pastoral pembaharuan liturgi yaitu Pendidikan Liturgi dan keiikutsertaan aktif.
Dokumen liturgis yang lain adalah ‘Vecisimus Quintus Annus’ sebuah Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II dalam rangka 25 Tahun Promulgasi Konstitusi Liturgi (4 Desember 1988). Dalam dokumen ini ditegaskan, “Salah satu tugas yang paling mendesak agar supaya pembaharuan liturgi dapat lebih dimengerti dan diimplementasikan adalah formasio liturgis dan biblis dari umat beriman dan juga para gembala.”
Dokumen berikutnya, masih dari Surat Apostolik Paus Yohanes Paulus II dalam rangkat 40 Tahun Promulgasi Konstitusi Liturgi (4 Desember 2003) yaitu ‘Spiritus Et Sponsa’ dengan menekankan “Tugas penting adalah mengintensifkan kehidupan liturgi melalui pembinaan yang tepat bagi para gembala dan semua umat beriman dengan maksud untuk berpartisipasi secara aktif, sadar dan penuh dalam perayaan liturgi.”
Menurut Romano Guardini
Pastor Stenly juga menerangkan mengenai Formasi Liturgi menurut seorang Teolog Jerman Romano Guardini (1885 – 1968).
“Uraian tentang Formasi Liturgi dalam Desiderio Desideravi sangat dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Romano Guardini tentang Formasi Liturgi. Dua tulisan yang sangat penting yaitu ‘Tindakan Kultis dan Tugas Saat ini dari Pembinaan Liturgis; serta ‘Liturgi dan Pembinaan Liturgi.’
Formasi Liturgi menurut Gardini antara lain liturgi bukan hanya pengetahuan, tetapi liturgi terutama adalah sebuah realitas yang mencakup tindakan, tatanan (aturan) dan eksistensi; Tugas utama liturgi bukan hanya meneliti/mempelajari, atau juga memberi pengajaran rohani/spiritual, yang terutama, liturgi bertugas untuk “Membentuk/Mentransformasi.”
“Tujuan yang terutama adalah formasio dan transformasio spiritual ‘Ketika Kristus hidup di dalam diriku (Gal. 2:20)’,” imbuhnya.
Kemudia dikatakan Rm. Stenly, Perayaan Liturgi adalah jalan menuju kehidupan ini, maka Formasio Liturgi sebagai Transformasi ke dalam gambar Kristus terjadi terutama dalam Perayaan Liturgi itu sendiri.
Ada beberapa Tugas Formasi Liturgi menurut Guardini. Pertama, Umat/Imam memiliki kemampuan memahami simbol-simbol; Kedua, Umat/Imam memiliki kemampuan menghayati benda material sebagai sarana penghubung antara yang batiniah dan lahiriah, jiwa dan raga;
Tugas ketiga, Menghantar Umat beriman/Imam kepada kesadaran akan liturgi sebagai tindakan bersama/tindakan gerejani; Keempat, Menghantar Umat/Imam untuk keluar dari sikap subyetif yang sempit menuju ke cara pandang obyektif.
Seni Merayakan
Hal lain yang dipaparkan Pastor Stenly dalam kesempatan itu adalah tentang ‘Seni Merayakan’ (Ars Celebrandi). Mengutip Desiderio Desideravi, Rm. Stenly mengatakan “Salah satu cara untuk memelihara dan menumbuhkan pemahaman kita tentang simbol-simbol liturgus adalah seni merayakan (DD no.48).
Ars Celebrandi (seni merayakan) adalah sebuah performance lahiriah yang mengalir sikap batin dan penghayatan rohani akan jiwa liturgi. “Seni merayakan akan terjadi jika kita mengetahui struktur teologis dari liturgi dan mengerti tentang makna rohani yang dihasilkan dari liturgi,” imbuhnya,
Rm. Stenly menambahkanm Ars Celebrandi yang benar sangat bergantung dari pemahaman yang benar tentang liturgi, tentang hakekat liturgi. “Ars Celebrandi dapat diharapkan dari orang yang sungguh-sungguh masuk dan mengalami secara hidup perayaan liturgi,” katanya.
Tujuan dari Ars Celebrandi, katanya, untuk memberikan ruang bagi perjumpaan dengan Tuhan yang hidup dan bagi Tindakan Kristus melalui perayaan liturgis bersama.
“Ars Celebrandi itu dimulai dalam kegembiraan untuk membuat persiapan yang mencakup juga sikap batin dalam doa. Dari persiapan lahiriah dan batiniah inilah bertumbuh sikap dan prilaku yang benar dalam merayakan liturgi sesuai dengan ketentuan rubrik,” ungkapnya. ***
Hironimus Adil/KomsosKD
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.