PERJUMPAAN maya dan nyata menggerakan komunikator dan komunikan untuk masuk dalam perjumpaan yang sejati, membangun persaudaraan, solidaritas yang merangkul dan menyentuh manusia dalam realitas diri yang sesungguhnya. Itulah ideal dari komunikasi sosial. Hal yang sama menjadi harapan Sri Paus Fransiskus dalam pesan Pastoralnnya untuk hari komunikasi sosial sedunia ke-48.
Media sosial diharapkan mampu menciptakan citarasa kebersamaan, menumbuhkan semangat solidaritas. Dinding-dinding kesenjangan dirobohkan dengan menciptakan situasi komunikasi saling mendengarkan dan berani belajar dari kebenaran yang dimiliki pihak lain.
Itu berarti, dalam komunikasi kita tidak hanya memberi pendapat, tetapi juga menerima pendapat yang berbeda.
Secara khusus, Bapa Suci memberikan perhatian pada internet, wahana komunikasi yang bisa menciptakan “ruang publik”, yang memungkinkan terjadinya perjumpaan antar pribadi dan munculnya solidaritas bersama. Sri Paus juga mengakui bahwa penyebaran informasi kadang melampaui batas-batas kemampuan manusia untuk berefleksi dan menilai. Hal ini bisa menghalangi ekspresi diri yang lebih seimbang. Ragam pendapat yang dipublikasikan bisa bermanfaat, tetapi juga dapat membuat orang membentengi diri di belakang kebenaran informasi yang masih diragukan validitasnya.
Perkembangan teknologi komunikasi hasil karya manusia, tidak menjadi tujuan pencarian manusia, tetapi sarana yang dapat digunakan untuk komunikasi antar manusia. Komunikasi antar sarana ini tidak dapat mengeliminasi hakekat diri manusia sebagai mahluk sosial. Dimana dia membutuhkan sentuhan nyata, solidaritas dan persaudaraan.
DITUANGKAN DALAM FILM
Sebagian dari pesan Bapa Suci untuk Hari Komunikasi Sosial ke-48, kami rangkai dalam kisah film pendek berdurasi 15 menit. Film yang berjudul PERJUMPAAN YANG MENGGERAKKAN, sedang dalam proses editing.
Film ini mengisahkan solidaritas di kalangan remaja. Dua remaja SMA yang sekolah pada sekolah yang sama menjadi sahabat akrab. Keduanya berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda. Tentu dengan gaya hidup yang berbeda pula. Mekar adalah anak dari keluarga kaya, yang memiliki segalanya. Dia sangat peka dan murah hati. Sedangkan Dhea adalah anak dari seorang janda miskin dari sebuah desa terpencil.
Mekar ingin menghadiahKkan HP barunya kepada Dhea. Selain sebagai perwujudan rasa cintanya kepada Dhea, pemberian hp ini sebagai sarana yang memungkinkan mereka masih bisa berkomunikasi di luar jam sekolah. Namun niat baik Mekar, ditolak oleh Dhea. Alasannya sangat sederhana. Memiliki Hp mengandaikan memiliki uang untuk membelikan pulsa. Jangankan untuk membeli pulsa, membeli obat bagi ibunya yang sedang sakit menjadi problem baginya.
Sebagai anak yang cerdas, Mekar tak kehabisan akal mencari jalan agar bisa membagi kasih kepada Dhea dan keluarganya. Dia minta diizinkan untuk bisa ke rumah Dhea. Betapa sedihnya Mekar saat menyaksikan ibu dari Dhea yang sedang terbaring karena sakit.
Dia tergerak untuk membawa ibu Dhea ke rumah sakit. Tanpa mempertimbangkan banyak hal, termasuk tanpa meminta izin orangtuanya, Mekar membawa ibu Dhea yang sekarat dengan mobilnya ke rumah sakit terdekat.
Mekar sadar akan konsekuensi dari keputusannya. Tabunga BCA-nnya pasti tidak mencukupi untuk membiaya perawatan dan pengobatan di rumah sakit.
Setelah berpikir sejenak. Mekar menemukan jalan keluar. Dia sadar bahwa dia memiliki sahabat di dunia maya dari keluarga-keluarga yang kaya. Dia menulis kisah yang dialami ibu Dhea dan sms tersebut dibroadcast ke teman-temannya.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama, banyak orang yang tergerak untuk membantu. Bahkan berkat nasihat ibu kandungnya yang juga sangat murah hati, Hp yang tadinya mau diberikan kepada Dhea, dijualnya untuk menambah biaya pengobatan dan perawatan dari ibu Dhea.
Seluruh pengorbanan dan tindakan Mekar membawa hasil nyata. Ibu Dhea yang tadinya tak memiliki harapan hidup bisa sehat kembali. Menjalankan perannya mencari uang untuk membiaya hidup keluarga dan bayar uang sekolah putrinya.
Mekar dan teman-temannyanya sadar bahwa sarana komunikasi bisa digunakan untuk saling bersolider, membangun persaudaraan yang sejati. Komunikasi yang menggerakkan.
RD. Kamilus
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.