WEETEBULA – Pemateri ketiga pada seminar nasional “Peran Gereja Memerangi Hoax” adalah Errol Jonathans. Daripada menyiasati secara antisipatif, Errol mengajak peserta seminar untuk realistis. “Marilah realistis! Faktanya, kita hidup di era digital di mana teknologi sudah merebak. Berapa banyak di sini yang main media sosial?” tanya Errol disambut sorak para peserta.
Direktur Radio Suara Surabaya ini mengingatkan bahwa keaktifan masyarakat Indonesia ini perlu didampingi literasi media, pemahaman tentang media. “Jangan sampai sebuah berita bohong dan bersifat negatif itu yang malah kita bagikan kepada orang-orang,” kata Errol. Literasi media sudah diperkenalkan sejak usia sekolah dasar di negara lain, “Ini membekali anak-anak supaya mereka punya pemahaman bagaimana harus menggunakan dan menyikapi media yang satu, media yang lain lagi,” jelas Errol.
“Meskipun saya aktivis radio, saya juga perlu belajar media lain, contohnya media sosial. Namun, jangan sampai kita mahir bermedia sosial, tapi payah berelasi personal dan sosial langsung,” ujarnya. “Terlalu banyak komunikasi secara diam lewat HP-nya, tapi tidak banyak komunikasi secara verbal,” lanjut Errol.
Communication -the human connection- is the key to personal and career success.
Kalimat Paul J. Mayer ini dikutip Errol untuk menekankan bahwa komunikasi langsung sangat penting dalam membangun kesuksesan. Faktanya, kemahiran komunikasi dalam interaksi keseharian mencakup komunikasi tatap muka, publik, dan massa.
“Maka kita perlu kembali kepada apa yang Paus Fransiskus katakan tahun lalu: “Perjumpaan antara komunikasi dan kerahiman akan sangat bermanfaat ketika perjumpaan itu menghasilkan kedekatan yang peduli, memberi rasa nyaman, menyembuhkan, menyertai, dan merayakan.”,” ucap Errol. “Jadi apa Anda yang memperalat teknologi komunikasi atau Anda yang diperalat?” tanyanya.
Memangnya seefektif apa komunikasi verbal? Mengutip Joel Osteen, “Orang yang mampu bertutur dengan baik, dia punya kekuatan yang luar biasa karena bisa mengubah dunia.” Hati-hati dengan komunikasi verbal, karena hoax sangat rentan bertunas di sini. “Kita hindari hoax dengan berlogika, dengan mengendalikan emosi, dan membangun kredibilitas,” kata Errol di penghujung sesinya.
Bukan teknologi yang menentukan apakah komunikasi asli atau tidak, tapi hati dan kemampuan manusia untuk secara bijak memanfaatkan teknologi – Paus Fransiskus.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.