RUANG tamu Wisma Keuskupan Agung Jakarta sore itu (4/7) riuh dengan kehadiran para eksim – istilah singkat menyebut eks seminaris – yang sowan Mgr. Ignatius Suharyo.
Sekitar 15 eksim hadir, sebagian dengan istri sebagian hadir batangan. Tujuan pertemuan informal yang rileks ini untuk sharing kegiatan lembaga bentukan eksim seperti Berkhat Santo Jusup (BKSY), Paguyuban Gembala Utama (PGU), Roh Merto Bekasi (RMB), Paguyuban Sesawi, Yayasan Sesawi, dan Sesawi.Net.
Berkhat Santo Yusup mengajak berbelarasa
Berkhat Santo Yusup merupakan program belarasa untuk membantu umat yang kesusahan dengan memberi santunan kesehatan dan kematian. Latar belakang pendirian seperti pesan oleh Mgr. Suharyo pada waktu peresmian program BKSY pada 30 November 2013. “Menjadi orang Katolik tidak boleh netral, tetapi harus berpihak yaitu kepada yang KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Terpinggirkan dan Difabel)”.
BKSY didirikan oleh PalingSah (Paguyuban Lingkar Sahabat) yang bekerjasama dengan ACA.
PC Purwanta selaku pengurus melaporkan perkembangan anggota BKSY yang sudah mencapai 21 ribu orang. BKSY yang telah tersebar di 23 paroki di KAJ akan disebarluaskan di Keuskupan Agung Semarang dalam waktu dekat. Pendekatan katekese diperlukan dalam sosialisasi program ini untuk menghindari kesalahpahaman umat terhadap BKSY. “BKSY dipandang semata sebagai produk asuransi, padahal ini adalah gerakan berbela rasa yang mengharapkan seluruh umat katolik menjadi anggotanya sehingga bisa terjadi subsidi silang membantu umat yang kondisi perekonomiannya masih memprihatinkan,” jelas Purwanta.
RMB, PGU, Sesawi
Roh Merto Bekasi menjelaskan sejarah pembentukannya yang masih sangat baru. “Rupanya banyak eksim yang tinggal di Bekasi dengan beragam profesi dan pelayanan,” jelas Bernardus Dwita Pradana yang didapuk menjadi Lurah RMB.
Bekti Setiawan, Ketua PGU melaporkan rencana dan kendala PGU selama ini. PGU memiliki visi mendukung Gereja dalam melahirkan, mendidik, membina dan mempertahankan semangat kegembalaan yang berkualitas dan yang sesuai dengan tuntutan jaman.
Paguyuban Sesawi sebagai kumpulan eksim Jesuit yang memasuki usia 15 tahun Juli ini memiliki ratusan anggota tetapi baru sebagian kecil yang benar-benar aktif dalam lembaga. Sharing dan kegiatan bersama secara rutin dilakukan Paguyuban Sesawi sejak awal pembentukkan. “Pertemuan tidak hanyak dilakukan oleh eksim tetapi selalu melibatkan keluarga mereka juga,” jelas Julius Widiantoro selaku Ketua Paguyuban Sesawi.
Yayasan Sesawi yang baru didirikan pada tahun ini belum banyak berkiprah selain program beasiswa bagi anak keluarga Sesawi yang membutuhkan. Marcus Sunarto, Ketua Yayasan Sesawi menjelaskan hal tersebut dan mengharapkan beberapa rencana kegiatan yang telah disusun akan segera diimplementasikan.
Sesawi.Net diwakili oleh Mathias Hariyadi menjabarkan kegiatan dan rencana ke depannya. Selain terus berusaha menyebarkan Kabar Baik dan menyemangati para klerus dan awam untuk pewartaan digital, Sesawi.Net juga berencana memotivasi dan mengajak para guru dan siswa menulis.
Hadir sebagai keluarga kristiani
Mgr. Suharyo menyampaikan apresiasi tinggi kepada semangat dan karya para eksim tersebut. Bapa Uskup ahli Kitab Suci ini berpesan agar eksim hadir sebagai keluarga kristiani dalam masyarakat. “Sumbangsih terbaik eksim, hadirlah sebagai keluarga kristiani sejati,” demikian pesan Mgr. Suharyo di ujung pertemuan.
Pertemuan tersebut menunjukkan bahwa para eksim, walau tidak berkarya sebagai klerus, tetap memiliki semangat pengabdian kepada Gereja dan tentunya bangsa dan negara.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.