DUNIA internet ibarat sebuah taman kota yang bisa dimasuki setiap orang. Karena itu seharusnya, tidak ada kegiatan pribadi yang berlangsung di dalamnya. Meski ada, bahkan banyak juga yang melakukan kegiatan pribadi seperti berciuman dengan penuh nafsu sebagaimana kerap terjadi dalam taman-taman di negeri Eropa, kebanyakan merasa dan berpendapat aktivitas yang sifatnya privasi seperti itu tidak seharusnya dilakukan.
Pergaulan di dunia maya tidak berbeda dengan pergaulan di dunia nyata. Jika dalam dunia nyata mengungkapkan aib atau kebobrokan orang lain merupakan barang tabu, demikian juga dalam kehidupan dunia maya. Jika di dunia nyata urusan rumah tangga tabu untuk diumbar, di media sosial pun berlaku demikian. Sebaiknya hal-hal yang sifatnya pribadi tidak dilakukan di internet.
Ada etiket, aturan juga etika yang harus dipatuhi. “Jangan sembarangan membuat status di facebook, karena di situ semua orang bisa melihatnya. Apalagi bila ada seorang suster sedang galau lalu banyak orang membacanya,”ujar Sekretaris Eksekutif Komsos KWI, RD Kamilus Pantus dalam seminar tentang Dampak positif dan Negatif Media Sosial bagi Manusia di Aula Lux Ex Oriente, Gereja Katedral, Sorong, Rabu (13/5/2015).
Sayang, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk memilah-milah mana peristiwa publik yang boleh diungkapkan dan mana peristiwa pribadi yang hanya untuk konsumsi sendiri. Media sosial adalah ruang publik, tempat terbuka di tengah kota yang bisa dinikmati semua orang.
Jadi, saat berhadapan dengan kemajuan teknologi, kehidupan pribadi kita makin tergerogoti. Manusia seolah-olah tak mampu menghadapi perkembangan yang ada. Padahal teknologi yang merupakan hasil karya intelektual manusia bukanlah monster yang mengendalikan manusia, sebaliknya manusialah yang harus mengendalikannya.
Keterangan Foto : Para peserta sosialisasi media sosial memperhatikan dengan cermat materi yang disampaikan RD Kamilus Pantus (Foto : Retno Wulandari / Dok. Komsos KWI)
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI