Roma, Sabtu (04/06/2022) – Duta Besar untuk Takhta Suci Vatikan Laurentius Amrih Jinangkung SH LLM mengatakan bahwa para religius atau imam misionaris maupun suster Indonesia di luar negeri adalah anggota Gereja tetapi juga anak bangsa Indonesia. Melalui kehadiran dan pelayanan yang akan mereka lakukan, mereka menunjukkan diri sebagai duta-duta Gereja katolik sekaligus bangsa Indonesia di manapun mereka berada.
Demikian dikemukakan Dubes L Amrih Jinangkung saat memberikan sambutan dalam acara Pengikraran Kaul Kekal lima orang suster Biara POSC (Piccole operaie del sacro cuore / Kongregasi Suster-Suster Pekerja Sahaja dari Hati Kudus) di kota Trani, Puglia, Italia-Selatan, Minggu (29/5/2022).
Untuk diketahui 4 dari 5 orang suster tersebut berasal dari Indonesia. Masing-masing Sr M Kornelia M Paba POSC dari Keuskupan Agung Ende, Sr Yovita M Loun Koten POSC dari Keuskupan Larantuka (Flores Timur), Sr Maria de Carment, POSC dari Keuskupan Maumere, dan Sr Maria Susanti Lawi POSC asal Keuskupan Maumere. Sedangkan Sr Marjorie M Esperanzate,POSC berasal dari Filipina.
“Mewakili pemerintah Indonesia kami mengucapkan selamat kepada para suster, khususnya kepada empat suster yang hari ini mengikrarkan kaul kekal. Umat katolik hanya sedikit atau tidak sampai 10 juta dari 267 juta jiwa penduduk Indonesia,” tutur Dubes Amrih mengawali sambutan didampingi oleh Romo Leo Mali Pr, Imam asal Keuskupan Agung Kupang yang saat ini sedang studi di Roma-Vatikan usai perayaan misa pengikraran kaul kekal yang berlangsung di Kapela Rumah Induk biara di Trani, Italia Selatan.
Namun dari yang sedikit itu, jelas Dubes Amrih, saat ini Gereja Indonesia telah mengirim misionaris ke seluruh dunia.
Saat ini, beber Dubes Amrih, ada sekitar hampir dua ribu orang religius/para imam asal Indonesia yang berkarya di Italia. Ke-empat suster yang mengikrarkan kaul di kongregasi POSC termasuk bagian utuh dai Gereja Indonesia.
“Para religius/Imam misionaris Indonesia di luar negeri adalah anggota Gereja tetapi juga anak bangsa Indonesia. Dan melalui kehadiran dan pelayanan yang akan mereka lakukan, mereka menunjukkan diri sebagai duta-duta Gereja katolik sekaligus bangsa Indonesia di manapun mereka berada,” ucap Dubes Amrih.
Dalam kesempatan itu, Dubes Amrih Jinangkung juga mengapresiasi Umat Katolik serta masyarakat di Trani di mana para suster berkarya yang telah menerima kahadiran para suster. Sehingga meski berada jauh dari keluarga dan orang tua, tetapi para suster tetap merasa berada di rumah sendiri.
Secara khusus kepada para Yubilaris, Dubes Laurensius Amrih Jinangkung berpesan agar mereka tetap menjadi anggota Gereja yang juga warga Indonesia yang memberikan kesaksian mengenai nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia.
“Semoga para suster tetap 100% Katolik dan 100% Indonesia,” ujar Dubes Amrih menutup sambutannya seraya mengutip ucapan Mgr Sugijapranata.
Pesta Kenaikan Tuhan
Upacara pengikraran kaul kekal kelima orang suster pada Biara POSC yang bertepatan dengan Pesta Kenaikan Tuhan, dan hari komunikasi sosial sedunia berlangsung dalam perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Leonardo d’Ascenzo uskup keuskupann trani didampingi oleh 16 orang imam concelebrantes.
Perayaan berlangsung di Kapela rumah induk biara di Trani, Italia Selatan. Pengikraran kaul disaksikan oleh Sr. Celestina Maria Iampietro sebagai pemimpin umum POSC.
Perayaan Misa Kaul juga disiarkan langsung melalui platform Youtube. Sehingga orang tua dan sanak keluarga para suster di Indonesia dan Filipina dapat mengikuti perayaan secara online.
Setia Mendengar dengan Hati
Mgr. Leonardo d’Ascensione dalam homilinya menghubungkan ketiga peristiwa penting ini untuk menegaskan pesan penting bagi para suster yang berkaul dalam memaknai pengikraran kaul mereka.
“Yesus yang sudah naik ke surga sepenuhnya adalah Allah. Dalam kepenuhan ke-IlahianNya Ia menjanjikan berkat bagi para murid agar mereka menjadi saksi-saksiNya. Untuk menjadi saksi yang setia diperlukan kesediaan untuk terus menerus mewartakan Tuhan yang bangkit. Dan kesediaan itu hanya bisa dimiliki karena kerelaan untuk mendengarkan Tuhan,” tutur Mgr Leonardo.
Sehubungan dengan itu Mgr. Leonardo menggarisbawahi seruan Sri Paus Fransiskus pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia tahun 2021 dan 2022. Pada tahun 2021 dalam seruannya pada Hari Komunikasi Sedunia Sri Paus menganalogikan pewarta yang setia sebagai “Le Persone che consumano i sandali” orang-orang yang menghabiskan sendal mereka.
Dengan ungkapan ini Sri Paus menegaskan kegigihan para pewarta yang terus berjalan dan mewartakan khabar gembira injil.
“Ibarat seorang pejalan kaki yang menggunakan sendal, seorang pewarta yang gigih dalam pelayanan terlipat pada lapisan dasar sendalnya yang terus menipis dari hari ke hari. Karena seorang pewarta yang setia tidak akan lelah untuk ‘pergi’ mewartakan khabar gembira Tuhan,” ucap Mgr Leonardo.
Menurut Mgr Leonardo, pada tahun 2022, pada Hari Komunikasi Sosial Sedunia Sri Paus menyampaikan pesan menarik agar para murid Kristus sebagai komunikator sejati harus pertama-tama mendengarkan dengan hati atau memiliki telinga di hatinya.
Dengan menyatukan dua pesan penting ini, Mgr. Leonardo mengajak para suster untuk tetap memegang teguh janji setia mereka sebagai saksi kebangkitan Tuhan dengan selalu terlebih dahulu mengarahkan hati untuk mendengarkan Tuhan dalam setiap pelayanan mereka.
Gembira Mengikuti Tuhan
Dalam kesempatan yang sama. Sr Celestina M Iampietro, pemimpin umum Kongregasi, mengungkapkan kegembiraan dan sukacita atas kesediaan ke lima suster yang berkaul. Terutama karena ia merasa bahwa kelima suster berani mengambil keputusan dengan sukacita. Sebab bagaimanapun juga sebagai pribadi para suster harus bahagia dengan keputusan mereka untuk mengikuti Tuhan menurut cara hidup yang dipilih sesuai kharisma pelayanan kongregasi.
“Spiritualitas pelayanan sesuai semangat dan kharisma kongregasi dapat dihayati dengan baik dan sepenuh hati oleh para suster kalau mereka memiliki sukacita dalam hatinya atas pilihan mereka sebagai pribadi,” ujar Sr Celestina yang sebagai pemimpin kongregasi mengikuti dari dekat persiapan para suster sampai kaul kekal ini.
Secara pribadi sebagai anggota kongregasi POSC yang lebih dari tiga puluh tahun berkecimpung dalam pendampingan anak-anak dan remaja putri, Sr Celestina ikut merasakan betapa berat pelayanan kongregasi saat ini. Terutama karena Gereja sendiri harus melewati masa-masa yang sulit dengan sekian banyak tantangan sekularisasi yang membawa serta banyak masalah kemanusiaan.
Gereja sendiri, menurut Sr Celestina, harus menghadapi berbagai tantangan seperti tingginya angka perceraian keluarga, persoalan sexual abuse dan pedofilia di kalangan Gereja, anak-anak dengan kepribadian yang lemah karena tidak mendapat pendampingan sejak awal untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai dampak ikutan dari masalah keluarga.
Banyak anak muda tidak punya arah dan tidak memilik iperibadi yang kuat karena tidak dibantu sejak awal untuk mengenal diri sendiri. Inilah tantangan terberat anak-anak muda di tengah dunia yang tersekularisasi ini. Sementara itu lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah tidak banyak membantu mereka untuk menghadapi tantangan ini.
“Situasi ini menyodorkan tantangan bagi setiap anggota Gereja untuk menjadi semakin manusiawi dari waktu ke waktu dengan terus mengenal diri dan meyadari karya Tuhan dalam hidupnya. Dengan cara ini pula menurutnya kita akan sanggup menjadi saksi yang nyata dalam waktu yang sulit ini,” urainya.
Sr. Celestina juga mengungkapkkan rasa syukur dan gembiranya karena ia merasakan kegembiraan dan sukacita dari para suster yang berkaul. Hal ini sangat penting. Karena kalau mereka bahagia dengan keputusan mereka dan rela memberi diri kepada pelayanan Gereja melalui kongregasi, maka mereka akan sanggup melewati masa- masa pelayanan selanjutnya yang tidak mudah.
“Kami juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga para Yubilaris di Indonesia yang sudah mempersembahkan dan selalu mendukung anak-anaknya untuk mengambil bagian dalam tugas pelayanan Gereja melalui Kongregasi POSC,” tutup Sr Celestina.
Sr Kornelia M Paba, salah satu yubilaris mengungkapkan kebahagiaannya boleh mengkirarka kaul kekal dalam kongrgasi POSC.
“Mewakili para Yubilaris saya mengucapkan terimakasih atas pelbagai bentuk dukungan dari berbagai pihak yang mereka terima. Sekalian kami meminta doa tetap setia dan berbahagia dalam janji yang kami ikrarkan,” katanya.
Sr. Kornelia mengakui sempat melewati waktu yang lama untuk pada akhirnya mengambil keputusan menjadi anggota para suster POSC secara penuh dengan pengikraran kaul ini. Dalam masa menimbang ini, ia sempat melewati masa-masa krisis ketika ia sempat berpikir untuk meinggalkan biara. Karena ia merasa tanggungjawab sebagai anggota biara POSC terlalu berat baginya. Terutama karena ia melihat anggota konggregasi yang terbanyak adalah para suster indonesia yang masih sangat muda, tetapi harus mengambil tanggungjawab pelayanan yang berat di komunitas di mana mereka berada.
“Namun berkat dukungan dan peneguhan dari keluarga, para romo, sesama suster akhirnya saya sanggup melewati masa krisis dan semakin mantap dalam membuat keputusan ini,” pungkasnya.
Menunggu Dengan Kepercayaan
Kongregasi POSC (Piccole Operai del sacro cuore) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan denan Kongregasi Suster-Suster Pekerja Sahaja dari Hati Kudus, dirintis oleh Sr. Anna Maria Ventura dan P. Erminio m. Rondini Barnabiti. pada pesta Maria dikandung tanpa dosa. 8 Desember 1935. Spiritualitas kongregasi adalah melayani Tuhan melalui pelayanan serta kerasulan yang mereka lakukan.
Sementara karya kerasulan yang menjadi kekhasan pelayanan kongregasi adalah: pendidikan anak-anak usia dini, Panti asuhan bagi anak-anak terlantar dari keluarga bermasalah, Pastoral Parokial dan pastoral orang muda dan pelayanan orang sakit dan jompo.
Perayaan kaul kekal yang terjadi hari Minggu 29 Mei 2022 di Trani menandai sebuah masa jedah yang akan berlangsung selama 7-8 tahun ke depan akibat tidak adanya calon yang akan berkaul. Hal ini tidak terlepas dari fenomena sulitnya panggilan untuk hidup sebagai Imam/religius di Eropa dan Italia khususnya.
Maka sejak tahun ini kongregasi POSC harus menunggu kurang lebih 7-8 tahun lagi untuk kaul kekal berikutnya. Dalam pembicaraan dengan para suster memang terasa ada kekhawatiran akan beratnya tuntutan pelayanan dengan tenaga yang ada. Tetapi pada saat yang sama tampak bahwa mereka sangat percaya akan penyelenggaraan Tuhan.
Sama seperti kongregasi para suster lainnya, kongregasi ini pernah mengalami “musim kemarau” dalam panggilan. Sejak tahun 1935 setiap tahun ada anggota yang mengikrarkan kaul kekal. Namun setelah itu sejak tahun 1981 tdak ada lagi perayaan kaul kekal. Kongregasi harus menunggu selama dua puluh tahun. Akhirnya baru pada tahun 2001 seorang calon suster dari Italia mengikrarkan kaul kekal. Sejak tahun itu pula hadir generasi pertama para calon suster yang berasal dari Indonesia.
Sebagaimana mereka pernah menunggu selama dua puluh tahun untuk seorang calon yang akan mengikrarkan kaul kekal pada tahun 2001, demikian pula kali ini mereka akan menungu sekali lagi hingga tahun 2029 atau 2030. Tapi mereka percaya bahwa kalau Tuhan memerlukan Ia bisa melakukan apa saja melalui siapa saja. Ia bisa membuat mujizat melalui satu orang atau sepuluh orang. Jumlah memang bukan yang utama. Tapi secara manusiawi tidak dapat disangkal bahwa ada banyak rencana kongregasi yang membutuhkan tenaga para suster. Untuk itu diperlukan kehadiran para anggota baru kongregasi. Dan saat ini pandangan mata penuh harapan diarahkan ke Indonesia.
Kongregasi para suster POSC termasuk salah satu kongregasi kecil. Saat ini jumlah anggotanya hanya 60 orang, tersebar di Italia, Filipina dan Indonesia. Dari 60 orang anggota 18 orang berasal dari Indonesia. Di Indonesia mereka sedang merintis karya pelayanan di Keuskupan Maumere- Flores.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.