KEKUATAN Gereja terletak pada keluarga. Sejak zaman Santo Agustinus, keluarga sudah dirasakan sebagai gereja-gereja kecil tempat menumbuhkan nilai-nilai kehidupan. Dalam keluargalah pendidikan nilai ditanamkan pada anak-anak. Bila pendidikan nilai sudah tertanam kuat dalam keluarga, maka anak diharapkan tampil percaya diri di luar rumah sesuai nilai-nilai yang diajarkan.
“Zaman ini gereja perlu mendampingi keluarga-keluarga di tengah arus kemajuan teknologi yang makin membuat keluarga saling menjauh satu sama lain,”ujar Sekretaris Eksekutif Komsos KWI RD Kamilus Pantus dalam talkshow berdurasi satu jam di Stasiun Televisi Lokal CWM, Sorong, Kamis (14/5/2015) pukul 20.00 WIT.
Acara yang ditayangkan secara live ini juga menghadirkan narasumber lain yakni Ketua Komsos Keuskupan Manokwari-Sorong RD Istoto Raharjo dan Ketua Komsos Keuskupan Agung Semarang RD Noegroho Agoeng.
Kali ini topik yang dibahas merupakan pesan utama dalam Pekan Komunikasi Sosial Nasional – Konferensi Waligereja Indonesia (PKSN-KWI) yang diselenggarakan di Keuskupan Manokwari – Sorong, yakni “Mengapa Keluarga Jadi Perhatian di Hari Komsos Sedunia.”
Gejala makin merenggangnya kedekatan/ keintiman itu akibat orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, sementara anak-anak juga terbebani dengan aktivitas sekolah yang tidak bisa dihindari memakan sebagian besar hidup mereka. “Keluarga harusnya menjadi ruang untuk saling berkomunikasi, berbagi, dan memberi diri,” ujar Romo Agoeng.
Romo Istoto yang sudah delapan tahun bergelut dengan umat Katolik di Keuskupan Manokwari-Sorong menyebutkan fenomena kemajuan teknologi di kota kecil seperti Sorong ini juga menghempas anak-anak muda di sekolah-sekolah. “Pernah dalam satu razia di sekolah, kami menemukan ponsel dengan gambar dan film yang tidak semestinya mereka tonton,”ujar Pastor dari Keuskupan Agung Semarang ini.
Meski gereja dalam hal ini Komsos KWI dibantu oleh keuskupan lokal dan komisi-komisi lain seperti kateketik, liturgi, kepemudaan, keluarga-keluarga sendirilah yang harus menjadi tulang punggung utama dan sasaran untuk diberdayakan mengatasi persoalan ini.
“Kemajuan teknologi sebagai causa instrumentalis tidak bisa disalahkan bila membawa dampak negatif, yang harus ditangani adalah manusianya sebagai causa principalis. Keluarga dalam hal ini ayah ibu memegang peran penting dalam pendidikan. Orang tua harus menjadi teladan, terlibat dan memberi kesaksian bagi anak-anaknya,”tegas Romo Kamilus.
Keterngan Foto : Narasumber dari kanan ke kiri RD Istoto Raharjo, RD Noegroho Agoeng, RD Kamilus Pantus (Foto : Retno Wulandari – Dok.KWI)
Mantan Jesuit, Pendiri Sesawi.Net, Jurnalis Senior dan Anggota Badan Pengurus Komsos KWI