MIRIFICA.NET – Hari kedua (31 Oktober 2023), pertemuan Nasional Komisi PSE KWI Peringatan Hari Pangan Sedunia diisi dengan seminar yang memperkaya pengetahuan para pegiat PSE. Ada tiga seminar yang disajikan: pertama, Pangan Indonesia: Tantangan, Permasalahan dan Opsi Solusi, kedua ‘Spiritualitas Kristiani: Bagaimana Gereja memposisikan Diri dalam Permasalahan Pangan’, dan ‘Membangun Sustanabilitas Gerakan Pangan Gereja Indonesia’. Ketiga sesi seminar tersebut memiliki satu garis besar yaitu Mewujudkan Pangan Berkeadilan.
Sesi pertama seluruh peserta dengan antusias mendengarkan materi dari Prof. Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa, MS. Dalam sesi ini, Prof Andreas membuka wawasan peserta dengan memberikan gambaran bagaimana krisis pangan itu terjadi dan kiat-kiat praktis supaya kita mencapai pada kedaulatan pangan. Dalam sesi tanya jawab, beliau juga menambahkan bahwa kita perlu benar-benar memulai diversifikasi pangan dan membangun pangan-pangan lokal seperti jagung dan sagu. Prof Andreas menambahkan kita harus memulai dari sekarang, jangan menunggu program dari pemerintah.
Romo Benedictus Hari Juliawan, SJ sebagai narasumber sesi kedua membawakan materi Spiritualitas Kristiani: Bagaimana Gereja Memposisikan Diri dalam Permasalahan Pangan. Romo Beni memberikan poin-poin penting bagaimana kita sebagai orang Katolik harus peka, peduli, dan menghidupi doa sebagai sarana menajamkan diri menangkap suara Allah supaya kita bisa menjadi penggerak yang konkrit bukan hanya penggerak aktivis media sosial. Beliau menambahkan tiga prinsip gerakan dalam mencapai ketahanan pangan adalah swadaya, pemberdayaan, dan solidaritas. Ketiga poin tersebut hendaknya dimaknai dan dihidupi dengan langkah-langkah sederhana dan nyata di tengah masyarakat kita. Romo Beni juga berpesan untuk peserta menghindari gerakan-gerakan yang tidak selaras dengan ajaran Tuhan Yesus.
Revitalisasi 2023 ini adalah revitalisasi kedua yang diikuti oleh Romo Beni. Yang pertama pada tahun 2003. Menurut beliau, revitalisasi ini perlu dilakukan karena kita membutuhkan semangat dan energi baru. Dan kegiatan ini menjadi bagian dari usaha kita dalam kaderisasi penggerak PSE di seluruh keuskupan. Romo Beni berharap revitalisasi ini merupakan bagian awal dari gerakan PSE di Gereja yang berciri swadaya, pemberdayaan, serta solidaritas. Dalam interviewnya Romo Beni menambahkan bahwa Romo Beni optimis dan percaya para penggerak ini mampu menggerakkan banyak orang di seluruh gereja.
Sesi ketiga diisi oleh Romo Petrus Sunu Hardiyanto, SJ dengan tema ‘Membangun Sustanabilitas Gerakan Pangan Gereja Indonesia’. Tema ini membawa kesadaran kepada peserta bahwa kita semua memiliki potensi dalam pertanian. Seminar ini menjadi sangat hangat karena Romo Sunu juga berbagi tips praktis dalam pertanian sederhana. Romo Sunu juga mengingatkan peserta akan Deklarasi Ganjuran pada Hari pangan Sedunia tahun 1990 yang lalu. Deklarasi Ganjuran ini menjadi bukti bahwa Gereja peduli kepada para petani dan keberlanjutan ketahanan pangan.
Puspita Heniwati Yuliani, kontingen Keuskupan Ketapang, tergerak mengikuti Revitalisasi Gerakan HPS ini karena memiliki kepedulian akan pangan yang tersedia di Kalimantan pada khususnya. Kontingan berusia 23 tahun ini tergabung dalam relawan PSE Keuskupan Ketapang mengungkapkan bahwa di Ketapang pernah diadakan penyuluhan kepada petani sayur dan ilmu yang didapatkan pada seminar ini berguna untuk mengembangkan pertanian di sana terutapa pada materi manajeman tanah. Selain itu ia juga berharap dengan perbaikan kualitas pangan tentunya akan menekan angka anak stunting dan memperbaiki gizi generasi muda.
Ibu Caecilia Isti Sumiwi, panitia acara, mengatakan bahwa peserta dibawa berefleksi kembali dengan spiritualitas Kristiani. Supaya value ‘Allah yang Terlibat’ tertancap dalam hati peserta. Peserta mulai menangkap bahwa ini adalah sebuah keharusan untuk membuatnya bergerak menanggapi situasi konkrit sebagai pengikut Yesus. Beliau mengungkapkan bahwa setelah sesi ini, peserta akan diajak untuk melihat kegiatan yang sudah dilakukan dan dibimbing untuk melihat arah tersebut supaya keterlibatan Gereja tampak semakin massif. Ibu Isti berkomitmen untuk menjadi pendamping para peserta sampai para peserta berdaya. Ini adalah komitmen PSE KWI dalam mendampingi para aktivis hingga revitalisasi ini berdampak di keuskupan masing-masing.
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.