PEN@ Katolik — Relikwi darah yang kering dari Santo Gennaro atau Santo Yanuarius dari Napoli secara ajaib berubah menjadi cairan di Katedral Napoli. Biasanya perubahan ini hanya terjadi pada perayaan orang kudus itu tanggal 19 September. Ini peristiwa pertama terjadinya perubahan itu selain pada hari perayaan itu.
Sebelumnya, dalam setiap kunjungan Paus, darah mengering itu tidak pernah mencair. Fenomena itu tidak terjadi saat kunjungan Pius IX, Yohanes Paulus II atau Benediktus XVI. Namun keajaiban itu disaksikan di siang hari itu, tanggal 21 Maret 2015, setelah Paus Fransiskus menyampaikan sambutan bagi umat beriman dan para klerus, kaum religius, dan frater serta diakon.
Paus mengambil bejana penyimpanan darah Santo Yanuarius yang ditatahkan di altar lalu menciumnya. Saat mencium bejana itu, Kardinal Crescenzio Sepe asal Italia yang merupakan Uskup Agung Napoli mengatakan lewat mikrofon: “Ada pertanda bahwa Santo Yanuarius mencintai Paus Fransiskus: setengah dari darah itu menjadi cair.” Pernyataan itu diikuti tepuk tangan panjang dari umat beriman.
Kemudian Paus menjawab, “Kalau hanya setengah yang mencair berarti kita masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan; kita harus bekerja lebih baik. Hanya setengah dari kita yang dicintai orang kudus itu.” Tapi darah itu terus mencair sampai seluruh relikwi itu berubah menjadi cair. Banyak umat beriman pun menangis menyaksikan peristiwa ini.
Santo Yanuarius yang lahir di kota Benevento atau Napoli, Italia, hidup di abad ke-4. Dia wafat sekitar tahun 304 di dekat kota Napoli. Awalnya dia dilemparkan pada binatang buas, tapi karena binatang-binatang itu tidak menyerangnya, ia kemudian dipenggal.
Yanuarius adalah Uskup Benevento pada masa dimulainya penganiayaan oleh Kaisar Diocletianus. Masyarakat Napoli secara khusus mencintai Santo Yanuarius atau San Gennaro dalam versi Italia itu. Mengetahui bahwa beberapa diakon dijebloskan ke dalam penjara karena iman mereka, uskup lemah lembut dan penuh kasih itu mengunjungi mereka.
Namun para petugas penjara melaporkannya kepada gubernur yang kemudian mengirim prajurit untuk menangkap San Gennaro. Uskup itu ditangkap bersama seorang diakon dan seorang lektor lalu dijebloskan ke dalam penjara bersama para tahanan lainnya.
Akhirnya, San Gennaro bersama enam orang lainnya tewas sebagai martir iman. Mereka dibunuh dekat Napoli tahun 305. Masyarakat Napoli menganggap “San Gennaro” sebagai santo pelindung mereka dan berdevosi kepadanya.
Yang sangat istimewa, sejak berabad-abad lalu, darah San Gennaro yang tercurah sebagai martir disimpan dalam sebuah bejana. Darah itu sudah menjadi hitam dan mengering. Namun, setiap tahun pada saat-saat tertentu, darah itu mencair menjadi merah dan terkadang merah menyalah bahkan kadang-kadang mengeluarkan gelembung-gelembung.
Wadah relikwi tempat menyimpan bejana berisi darah itu dipertontonkan dan dihormati secara umum pada Sabtu pertama di bulan Mei, pada pesta San Gennaro tanggal 19 September, dalam oktaf atau hari kedelapan setelah pesta itu, dan terkadang tanggal 16 Desember. Darah San Gennaro yang mencair telah dipertontonkan dan dihormati sejak abad ketiga belas.(pcp/penakatolik.com dari berbagai sumber Vatikan)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.