“Dan jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menjadi hakimnya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.” (Yoh 12, 47)
KETUA stasi beberapa kali mengumumkan agar orangtua mengantar anaknya lebih gasik. Satu jam sebelum misa, anak-anak diharapkan sudah berada di aula stasi untuk mengikuti sekolah Minggu. Banyak orangtua mendengarkan pengumuman itu. Namun setiap kali ada sekolah Minggu, hanya beberapa anak yang hadir.
Orangtua memang mendengar pengumuman, namun tidak melakukannya. Seorang ibu berkali-kali bilang agar pakaian kotor ditaruh di ember yang ada di kamar mandi. Anaknya mendengar kata-kata itu. Namun, selalu saja terjadi bahwa pakaian kotornya selalu berserakan di kamar tidurnya.
Anak mendengar, tetapi tidak melakukan.
Guru selalu mengingatkan agar para siswa membuang sampah pada tempatnya. Mereka mendengarkan, tetapi beberapa siswa selalu saja membuang sampah sembarangan. Pengalaman ini selalu saja terjadi. Seseorang berbicara kepada orang lain. Pembicaraan didengarkan dengan baik. Namun mereka sering tidak melakukan apa yang telah didengarnya.
Orang bisa merasa jengkel dan marah, karena dirinya merasa disepelekan dan tidak dipedulikan. Orang merasa bahwa dirinya tidak dihargai atau dianggap enteng. Perasaan jengkel atau marah sering sulit dikendalikan, sehingga mudah meluap dalam kata-kata kasar atau tindakan keras yang lain.
Kata-kata kasar yang cenderung memberikan penghakiman terhadap orang lain, seperti, “Dasar orang budeg! Oon! Dasar lemot plus lelet!” Dan masih banyak kata-kata kasar lain yang sifatnya menghakimi.
Pengalaman seperti ini sungguh berbeda dengan yang diajarkan Yesus. Diri-Nya tidak pernah menghakimi orang-orang yang mendengar perkataan-Nya, tetapi tidak melakukannya. Hidup-Nya tidak dimaksudkan untuk menghakimi orang, tetapi untuk menyelamatkannya.
Bagaimana pengalamanku: cenderung menghakimi atau menyelamatkan orang?
Teman-teman selamat malam dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)
Membantu para Waligereja mewujudkan masyarakat Indonesia yang beriman, menghayati nilai-nilai universal, serta mampu menggunakan media komunikasi secara bertanggung jawab demi terciptanya persaudaraan sejati dan kemajuan bersama.