BERANGKAT dari keprihatinan akan minimnya buku-buku rohani katolik yang beredar di toko-toko buku di Indonesia, Budi Sutedjo Dharma Oetomo mengajak peserta pelatihan menulis yang hadir di Aula Baruga Karre, Makasar, Sulawesi Selatan membagikan berbagai pengalaman, pengetahuan, refleksi kerohanian hingga ‘kegilaan’ sebagai pengikut Kristus dalam bentuk tulisan.
“Menulis itu tidak sulit. Mari kita menulis. Kisah-kisah kristiani atau pengalamann pribadi pun bisa kita tulis” ajak dosen dari Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta di acara Pelatihan Menulis Produktif dan Jurnalistik di Makasar, Rabu (27/3/2017).
Jangan salahkan generasi muda mendatang jika nantinya anak-anak kita tidak tahu sejarah kekristenan, karena tidak ada buku-buku rohani yang beredar, kata Budi.
Penggagas gerakan Indonesia Menulis ini kembali mengingatkan agar peserta pelatihan tidak terpenjara kata “tidak berbakat”. Ini karena menurutnya semua orang memiliki talenta menulis. Namun seringkali talenta penulis itu terkubur beberapa faktor yang datang dari dalam dan luar dirinya. Talenta menulis itu adalah perpaduan antara minat, kemauan, ketekunan dan ketrampilan.
“Sementara itu faktor-faktor internal seperti salah persepsi, takut salah, tidak pede, rumit dengan format EYD adalah faktor yang menyebabkan terkuburnya talenta menulis,”ujarnya. Jadi, kata Budi, tidak perlu takut salah. Sudah ada editor yang akan memperbaiki tulisan. Belajar menulis berarti juga belajar menuangkan gagasan.
Praktisi di bidang Public Relation, Tim Komsos KWI