Beranda KWI Brigjen Martin Hukom: Ormas Katolik Harus Berjiwa Nasionalis

Brigjen Martin Hukom: Ormas Katolik Harus Berjiwa Nasionalis

MIRIFICA.NEWS, Jakarta – Ketua Bidang Penegakan Hukum BNPT, Brigjen Martin Hukom mendorong Ormas Katolik untuk lebih terlibat aktif dalam menanggulanggi penyebaran ideologi kekerasan di tengah warga bangsa saat ini. Namun mereka harus terlebih dahulu memiliki jiwa nasionalis.

Berbicara di hadapan peserta Forum Dialog dan Literasi Media Sosial, Martin menyitir kembali kata-kata terkenal dari Ir. Sukarno,  “Berikanlah 10 Pemuda buat saya maka kita akan menggoyang dunia”. Ia mengatakan itu untuk mengingatkan sekaligus membangkitkan kesadaran orang muda Katolik yang tergabung dalam beberapa Organisasi Masyarakat Katolik seperti Pemuda Katolik, Ikatan Sarjana Katoli (ISKA), Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI), dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia di Civita Youth Camp, Ciputat, Tangerang Selatan.

Sebagai masukan untuk orang muda Katolik, di awal pemaparannya Martinus mengajak peserta untuk melihat fenomena meningkatnya pengguna media sosial di Indonesia dan dampaknya terhadap para penggunanya. “Di Indonesia saat ini minat orang Indonesia untuk mendengar radio sekitar 84 persen setiap hari, kemudian TV 80 persen , surat kabar 5 persen, media online 14 persen”.

Berdasarkan data BNPT,   hari ini ada 37 juta orang pengguna media sosial, Menurutnya, dengan jumlah yang ada bisa dibayangkan seperti apa orang dibanjiri dengan berbagai informasi, baik yang positif atau yang negatif.  Ia mengatakan, yang perlu diantisipasi adalah informasi radikal dari berbagai kelompok  yang memanfaatkan media sosial, Ia tak menyangkal, dengan membanjirnya informasi saat ini bahkan seorang yang nasionalis sejati sekali pun bisa jadi radikalis.

“Kami punya contoh-contoh kasus seperti ketika berhadapan dengan seorang siswa SMP di Sukabumi, siswa itu sangat disayangi oleh orang tuanya, Orang tuanya membeli komputer untuk digunakan. Dalam pemahaman orang tuanya, anak mereka itu baik. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Diam-diam ternyata ia terkoneksi dengan salah satu pimpinan organisasi radikal ISIS di Suriah.”, Martin mencontohkan.

Menurutnya, kasus seperti itu menunjukkan bahwa untuk menjadi seorang penjahat, seorang tidak perlu berguru pada dunia nyata. Pengalamannya ketika menangani kasus-kasus radikal, ia melihat radikalisme bisa berkembang melaui kekerabatan, doa bersama, group, interntet, media cetak, media elektronik, buku dan tulisan-tulisan serta konflik.

Ketika menyinggung soal kemunculan gerakan radikal di Indonesia dan di dunia, Ia mengatakan ada beberapa alasan kenapa gerakan radikal bisa muncul. Menurutnya, konflik sosial bisa membuat orang menjadi radikalis. Selain itu, isu korupsi di kalangan pejabat pemerintah. “Kelompok-kelompok radikal itu membuat stigma di tengah masyarakat bahwa korupsi merupakan produk demokrasi, semua isu itu kemudian diperteguh dengan berbagai fatwa oleh pimpinan kelompok radikal.

Fenomena ISIS

Terkait gerakan ISIS yang berkembang akhir-akhir ini,  Brigjen Martin mengatakan ISIS ini bukan hanya digandrungi oleh orang kecil, miskin, tapi juga oleh mereka yang berpendidikan tinggi. Seorang direktur di Otorita Batam, misalnya,  juga menjadi korban ideologi ISIS. “Kenapa hal itu menjadi menarik?”

Dari sisi waktu persebarannya, menurut Martin, ISIS hanya butuh waktu 3 tahun dengan menarik sekitar 3 juta orang untuk menjadi pengikutnya. Isu-isu seperti peperangan di akhir zaman dan kegagalan sistem demokrasi diyakini menarik banyak orang untuk bergabung dengan ISIS.

Lebih lanjut, Martin menjelaskan bahwa kelompok-kelompok  radikal tertentu telah memperluas paham dan keyakninan itu dan telah membuat banyak orang terpesona dengan hal itu, Mereka menjanjikan isu khilafah yang mampu menghadirkan kesejahteraan sosial. Ia pun berkeyakinan, kalau ada kelompok radikal Kristen yang membentuk isu-isu seperti itu diperkirakan banyak orang Kristen juga ikut bergabung.

Menurutnya, ISIS itu hampir menjadi negara. Satu yang tidak mereka punya adalah pengakuan dari negara lain, Kalau Alkaidah menggunakan orang-orang di tempatnya masing-masing. Di Indonesia hampir semua daerah terkontaminasi dengan pengaruh kelompok radikal ISIS.

Meski saat ini keberadaan ISIS mulai melemah,gerakan radikal an kelompok itu masih tetap dirasakan, Kenyataannya, mereka tetap beritikad untuk tidak perlu datang ke Siria, Mereka terus memompa semangat anggotanya untuk beramal pada bulan Ramadhan, karena bulan Ramadhan menjadi waktu yang tepat untuk melakukan amal.

“Tidak heran pada bulan ramadhan, penjara kami penuh dengan anggota-anggota gerakan radikal itu”, tandasnya.

Menyikapi situasi kebangsaan yang terjadi saat ini, Martinus berpesan agar Ormas Katolik harus bisa keluar dari sekat-sekat primordial.

“Ormas Katolik harus melihat ada perekat lain yang mampu menyatukan semua warga bangsa, yakni budaya dan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.

Oleh karena itu, ia mendorong Ormas  Katolik untuk terus giat melakukan dialog-dialog kebangsaan dengan berbagai organisasi kemasyarakat.

Ormas Katolik juga harus mampu  memisahkan kepentingan gereja dan negara”, tegasnya.