Beranda KWI KOMSOS KWI Bisakah saya menjadi pewarta?

Bisakah saya menjadi pewarta?

PURWOKERTO – “Menjadi pewarta itu gampang, “ kata Albertus Pandu saat membagikan pengalamannya sebagai wartawan kepada peserta pelatihan jurnalistik, Sabut (13/2) di Rumah Ret-Ret Hening Griya.

Pandu yang sudah lima tahun bekerja sebagai wartawan Harian Suara Merdeka, itu mengaku jika orang terus berlatih menulis dengan tetap berpegang pada prinsip 5w1H dan sistem piramida terbalik, maka sangat mudah untuk menjadi pewarta.

Peserta Kaderisasi Jurnalis Muda Katolik Keuskupan Purwokerto, Foto: Komsos Purwokerto
Peserta Kaderisasi Jurnalis Muda Katolik Keuskupan Purwokerto, Foto: Komsos Purwokerto

“Bahkan para nonprofesional pun bisa dengan mudah menjadi pewarta apabila mereka terus melakukan latihan menulis,” terang Pandu kepada peserta yang masih terus mengikuti   sharing pengalamannya meski jarum jam sudah menunjuk tepat pkl.21.30 WIB.

Setelah mendengar sharing pengalaman dari Pandu, peserta juga diberi waktu  mengajukan pertanyaan. Benedikta Sari, misalnya, bertanya apakah bisa dalam membuat berita feature tentang profil seseorang penulis dapat membandingkannya dengan profil lain yang sesaman, seusia dan setingkat pengalaman pendidikannya.

Menurut Pandu, membandingkan profil seorang dengan seorang lainnya dalam penulisan feature boleh-boleh saja. Asal saja, penulis tetap bisa kembali fokus dengan profil utama yang ditulisnya. “Jangan sampai profil orang lain mendapat porsi lebih sehingga terjadi bias cerita,”

Pada sesi akhir pembekalan jurnalistik hari pertama tersebut, para peserta dibagi ke dalam 12 kelompok. Setiap kelompok diberi tugas untuk meliput berita pada keesokan harinya, Minggu (14/2).

=======

Kredit Foto:Wartawan dari Suara Merdeka Albertus Pandu, Foto: Komsos Keuskupan Purwokerto