Beranda OPINI Bimbang Melangkah

Bimbang Melangkah

“Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya, ‘Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami.’” (Yoh 10, 24)

SEORANG  frater membuat refleksi perjalanan panggilan hidupnya. Salah satu butir refleksinya adalah adanya perasaan ‘bimbang’ untuk melanjutkan panggilan menjadi seorang imam. Apa yang menjadikannya bimbang adalah kesulitannya untuk bangun pagi.

Romo rektor pernah mengatakan bahwa kebiasaan untuk bangun pagi merupakan syarat paling minimal untuk menjadi seorang imam. Syarat paling minimal saja sulit untuk dipenuhi, apalagi syarat yang lainnya.

Bimbang membuat seseorang ragu untuk melangkah atau mengambil keputusan terhadap suatu hal yang penting. Bimbang bukanlah tanah subur untuk menumbuhkan kepercayaan diri dalam menapaki masa depan. Bimbang membuat kehidupan terasa mengambang dan tidak jelas. Tugas dan pekerjaan dilakukan dengan setengah hati, tanpa ada greget dan semangat.

Bimbang membuat api kehidupan semakin memudar cahayanya dan melemahkan suka cita. Bimbang membuat kehidupan terasa tidak nyaman, seperti terungkap dalam kata-kata banyak orang kepada Yesus, “Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan?”

Seorang frater bimbang akan panggilan hidupnya.

Banyak orang Yahudi bimbang akan identitas seorang Pribadi yang bernama Yesus. Yang dibutuhkan oleh orang yang bimbang adalah sebuah kepastian akan suatu hal. Kepastian tersebut pasti tidak jatuh dari langit atau datang dengan tiba-tiba, tetapi harus dicari, ditemukan dan diputuskan oleh orang-orang tersebut berdasarkan data, pengalaman dan kenyataan yang ada.

Dalam hal apa saya pernah bimbang? Bagaimana caranya mengubah kebimbangan menjadi sebuah kepastian?

Teman-teman selamat sore dan selamat beristirahat. Berkah Dalem.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)